Halo.. Para penggemar cerita porno. Aku (Anis) pemburu kenikmatan sex
kembali memaparkan kisah nyata yang kualami di hari Minggu 10 Oktober
2012 baru-baru ini. Aku kebetulan ke Makassar lewat Bus penumpang
sekitar pukul 7.00 pagi untuk suatu tujuan penting. Selain aku, banyak
penumpang lain dalam mobil tersebut. Aku duduk di bangku kelas dua
bersama 3 orang lainnya yang sama sekali tidak kukenal.
Di kursi itu aku duduk nomor 2 dari kanan, sedang di sebelah kiriku
duduk 2 wanita setengah baya. Namun di sebelah kananku seorang wanita
entah gadis, janda atau istri orang sedang duduk tenang dan sopan.
Usianya kutaksir sekitar 25 tahunan. Wajahnya sedikit putih dan menarik
untuk ditatap karena nampak ceria yang menunjukkan sikap keramahan.
Bibir dan mulut serta hidungnya memancing daya tarik tersendiri untuk
dilumat. Bodinya cukup ramping yang dilapisi pakaian yang agak tebal
karena terbungkus jaket warna biru. Rambutnya tidak kelihatan karena
terbungkus kain berwarna hitam, sedang bagian bawahnya terbungkus kain
warna biru tua.
*****
Bermula ketika mobil yang kami tumpangi banyak bergoyang akibat jalan
yang dilaluinya banyak berluban dan mulai rusak-rusak kurang lebih 200
km dari daerah tempat tinggalku menuju kota Makassar. Saling bersentuhan
dan berbenturan tubuh dalam mobil, sulit kami hindari. Awalnya
persentuhan tubuh kami biasa-biasa saja. Tidak ada reaksi dan pengaruh
apa-apa. Tapi lama kelamaan, akhirnya berpengaruh pula pada pikiran
kotorku. Aku terkadang berpura-pura tertidur sehingga kepalaku bersandar
dengan lemas ke wanita di sebelah kananku itu.
Aku sempat merasakan hawa yang sedikit hangat dari tubuh wanita itu.
Ditambah pula dengan bau harum dari farfum yang digunakannya. Sepanjang
dalam perjalanan, tubuhku lebih banyak condong dan bersandar ke wanita
di sebelah kananku. Ketika aku membuka mataku sedikit, kulihat wanita
setengah baya di samping kiriku memperhatikanku, sehingga aku pura-pura
terkejut dan segera memperbaiki kembali dudukku seolah aku baru saja
terbangun.
Entah wanita di samping kananku itu tidur atau tidak, tapi yang jelas
kulihat matanya tertutup rapat. Tapi perasaanku mengatakan kalau ia
pura-pura tidur, karena nafasnya terasa tidak teratur dan hawa yang
keluar dari tubuhnya semakin lama rasanya semakin panas. Setelah mobil
melaju kl. 30 km dengan kecepatan rata-rata 80 km perjam, hampir semua
penumpang dalam mobil itu mulai ngantuk sehingga tak ada lagi saling
memperhatikan gerak gerik antara satu dengan lainnya. Aku leluasa
menyandarkan tubuhku pada tubuh wanita di samping kananku tapa ada lagi
yang mengawasi.
Awalnya aku sangat ragu kalau wanita itu betul tidur lalu terbangun dan
mempermalukan aku dalam mobil. Tapi setelah beberapa lama ia tidak
bergerak sedikitpun bahkan nafasnya terasa semakin tak beraturan
keluarnya yang diprkuat pula dengan kepalanya yang sedikit condong ke
arahku, maka aku yakin kalau ia tidak keberatan atas sikapku itu, bahkan
ia nampaknya sangat menyenanginya.
Dengan perasaan takut dan sedikit gemetar, aku coba gesekkan kepalaku ke
lehernya lalu menyentuhkan daguku ke bahunya, tapi ia tetap tak
bereaksi. Kuturunkan lagi mukaku menyentuh dadanya dan buah dadanya
sekaligus, tapi ia tetap diam, bahkan nafasnya terasa semakin kencang.
Sungguh nikmat rasanya menyentuh kedua bukit kembarnya yang empuk itu,
meskipun dibalut dengan tiga lapis kain tebal. Setiap mobil bergoyang
agak keras, akupun memanfaatkan untuk menekan wajah dan mulutku agar
menyentuh putingya dengan harapan ia juga bisa terangsang seperti aku.
Sikapku ini masih tidak dihiraukan, sehingga aku pura-pura tersentak
sambil menarik kepala lalu kujatuhkan kembali secara berulang-ulang.
Kali ini aku lebih berani lagi menempelkan wajahku ke wajahnya yang
memang agak condong ke arahku. Sengaja kegesek-gesekkan sehingga terasa
halusnya dan nafasnya menyapu hidungku berkali-kali. Bahkan aku coba
sedikit membuka mulut agar setiap mobil bergoyang aku mencium dan
mengisap pipinya. Ia hanya terdiam dan lebih merapatkan pipinya, lalu
aku coba lagi sentuhkan mulutku ke mulutnya atau bibirnya, namun tetap
diam, malah ia sedikit gerakkan mulutnya seolah ia sambut bibirku.
Ketika pipi, mulut dan bibir kami saling nempel dalam keadaan tidur yang
dibuat-buat, aku tidak akan menarik dan melepas lagi, bahkan setiap
kali mobil bergoyang, akupun menggerakkan bibir dan sesekali mengisap
bibirnya. Aku semakin penasaran dan tak tahan lagi berpura-pura tidur.
Kucoba membuka mata dan menatap wajahnya sambil tetap menempelkan
wajahku di wajahnya, tapi ia nampaknya bertahan untuk tetap menutup
matanya.
Tanganku mulai gatal ingin bergerak menelusuri tempat-tempat
sensitifnya, tapi aku masih ada keraguan. Akhirnya aku coba beranikan
diri menjatuhkan lenganku kepahanya, ternyata ia tidak bergerak. Lalu
kuturunkan sedikit demi sedikit ke selangkangannya dan menekannya
berkali-kali bahkan aku berusaha menyentuh vaginanya dari luar, tapi
kedua pahanya masih rapat. Jantungku terasa hampir copot ketika ia
tiba-tiba melenguh keras dan menggerakkan kepalanya serta kedua pahanya,
tapi ternyata hal itu membuatku lebih berani lagi.
"Hhmm.. Sstt.. Hh.." suara nafas itulah yang keluar dari mulutnya sambil
membuka lebar kedua pahanya dan menyandarkan kepalanya lebih rapat lagi
ke leherku, meskipun matanya masih tetap tertutup.
Sikuku lebih leluasa menyentuh benda hangat lagi montok terbungkus kain
tebal seirama dengan gerakan mobil yang kami tumpangi. Mulutnya terasa
panas menyentuh leherku yang sesekali kurasakan tertempel rapat yang
membuat leherku sedikit basah. Hawa panas nafasnya sangat terasa menyapu
pipi dan leherku. 99% aku yakin kalau ia menyadari sikapku sejak tadi,
hanya saja masih ada 1% keraguanku karena matanya masih tertutup rapat.
Tapi setelah aku mencoba mengisap keras bibirnya dan memasukkan tangan
kananku ke dalam kain yang membungkus CD-nya lalu kutarik kepalaku
bersandar kembali di kursi seperti sedia kala, matanya tiba-tiba terbuka
pelan-pelan dengan sayu lalu memandangi wajahku yang sedang menghadap
ke depan sambil ia tersenyum simpuh.
Pandangan dan senyum simpunya itu kulihat dari ekor mataku sehingga
membuatku yakin 100% kalau ia berpura-pura tidur sejak tadi dan ia
sangat menikmati semua tindakanku. Ia nampaknya tidak menolak tanganku
yang masih menempel di atas CD-nya. Malah pahanya semakin terbuka,
sehingga cairan yang membasahi CD-nya terasa licin di tanganku. Tapi aku
segera berbisik dekat telinganya sambil menarik keluar tanganku.
"Mm.. maaff yah Mmbak.. Aku tak sadari diri. Aku khilaf" bisikku.
"Nggak masalah kok Mas. Biar aja. Sudah telanjur" jawabnya berbisik pula
sambil memegang tanganku seolah melarangku mengeluarkannya.
"Turun di mana Mbak?" Tanyaku sambil memasukkan tanganku ke dalam CD-nya.
"Di jalan APR. Kalau Mas di mana?" ia balik bertanya usai menyebut alamatnya.
"Di jalan MR Mbak" jawabku sambil mengelus-elus bulu-bulu halus yang
tumbuh pada kedua daging montok yang kurasakan dalam CD-nya. Sesekali
pula kusentuh tonjolan daging mungil yang tertancap di tengah-tengah
lubang yang terasa sangat basah dalam CD-nya itu.
Baru aku berpikir untuk mengajukan pertanyaan yang lebih inti lagi,
tiba-tiba seorang wanita setengah baya di samping kiriku batuk keras
yang membuat semua penumpang dalam mobil itu terbangun. Aku segera tarik
keluar tanganku dari dalam CD si wanita di kiriku itu dan..
"Sebentar kita selesaikan Mas" katanya sambil memperbaiki tempat duduknya seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan aku.
Kami tetap seperti orang yang tidak saling kenal. Namun tangan kami
saling meraba dan ujung sikuku bertumpu rapat pada payudara wanita itu
sampai mobil berhenti di depan warung nasi yang ada km 100 dari kota
Makassar. Kami memberi kesempatan pada penumpang lainnya turun untuk
makan. Setelah kami hanya tinggal berdua di atas mobil, kami mencoba
saling meraba di bagian bawah karena takut dilihat oleh orang yang
keluar masuk dari warung itu. Tanganku kembali menggerayangi vagina si
wanita tadi, sedang ia menggerayangi kemaluanku tanpa membuka pakaian
kami masing-masing.
Setelah kami saling terangsang dan merasa takut ada orang lain yang
melihat kami, kami lalu turun dan sepakat ke belakang warung untuk buang
air kecil. 3 pintu WC yang berjejer dalam keadaan terbuka dan kosong,
lalu aku masuk ke WC yang kedua, sementara si wanita yang belum
kutanyakan namanya tadi melangkah menuju WC yang terakhir.
Setelah kuperhatikan kiri kanan tidak ada orang lain yang melihat kami
masuk, kami lalu beranikan diri menarik tangan si wanita itu masuk ke WC
di mana aku masuk. Ia nampaknya juga ketakutan, tapi setelah ia
menengok kiri dan kanan, iapun segera masuk. Lalu kututup pintunya
dengan cepat dan melepas ikat pinggang serta memerosotkan semua celanaku
sampai ke lutut hingga kemaluanku terlihat berdiri keras. Wanita itu
nampaknya mengerti maksudku dan ia tak mau sia-siakan kesempatan ini, ia
lalu menyingkap tinggi-tinggi rok panjang yang dikenakannya lalu
menarik CD-nya keluar hingga lepas.
Dalam keadaan berdiri, ia kudorong sedikit ke belakan hingga bersandar
ke dinding WC, lalu kutekan dan kujepitkan tubuhku ke tubuhnya sambil
merenggangkan kedua kakiku. Ia pun segera memberi peluang padaku tanpa
aba-aba. Ia membuka kedua kakinya lalu menarik kedua bibir vaginanya
yang terlihat basah, berbulu halus, montok dan berwarna merah jambu
dengan kedua tangannya. Ujung penisku segera kuarahkan ke lubangnya dan
kutekan sedikit demi sedikit tanpa kami harus panetrasi lagi mengingat
waktu kami sangat sempit.
Walaupun mulanya sangat sulit dan terasa sempit masuknya ujung penisku
yang agak besar lagi keras sejak tadi itu, namun akhirnya masuk pula
perlahan menembus dinding vagina si wanita itu setelah berulang-ulang
kali kupaksakan dengan keras hingga membuatnya sedikit merintih dan
seolah mau berteriak tapi mulutnya kututup rapat dengan tangan kananku.
Aku tak sempat lagi berpikir saat itu apa ia perawan atau bukan,
bersuami atau janda. Yang penting birahiku segera tersalur cepat di
tempat itu.
Meskipun tanganku sangat gatal ingin meraba dan mengisap bukit kembar si
wanita itu serta melumat bibirnya selama mungkin, tapi aku masih selalu
sadar kalau waktu dan tempat kami sangat sempit dan terancam.
Perhatianku hanya pada kemaluan kami dan ancaman yang sewaktu-waktu
muncul dari luar. Kocokan penisku kupercepat sambil berdiri sehingga
menimbulkan bunyi keciprat.. keciprat yang diiringi dengan deru nafas
kami yang saling kejar tanpa teratur. Kedengarannya si wanita itu ingin
sekali berteriak dan bersuara mengikuti gerakan pinggul kami, tapi
nampak ia menahan dengan sekuat tenaga agar tidak mencurigakan dari
luar.
Kami saling diam seribu bahasa, melainkan hanya kemaluan kami yang
bicara dengan suara khas dengan makna kenikmatan mendadak. Setelah
kurang lebih 10 menit kami saling menggenjot dalam WC itu, aku merasakan
mulai ada cairan hangat yang mengalir dari ujung perutku menuju ujung
penisku tapi aku merahasiakannya. Semakin kupompa semakin keluar dan
rangkulan dan tekananku semakin keras hingga akhirnya terasa muncrat dan
tumpah dalam rahim wanita itu.
"Mas, akhh.. Stts.. Uhhkk.. Aikhh.. Kamu keluarin di dalam yach?" tanya wanita itu sambil terengah-engah dan memandangiku.
"Iiyach.. Sayang. Terlanjur. Apa boleh buat" jawabku sambil mencium bibirnya, namun penisku belum kukeluarkan.
Belum sempat ia menyambung kata-katanya, tiba-tiba ia merangkulku dengan
erat sambil tubuhnya terasa gemetar bagaikan orang menggigil. Ternyata
ia pun mencapai puncaknya sesaat setelah aku mencapainya. Kami saling
berpelukan lemas dan lunglai dalam keadaan berdiri. Tiba-tiba terdengar
pintu WC di sebelah tertutup lalu kedengaran ada air yang jatuh. Kami
tersentak terkejut dan segera melepaskan rangkulan lalu cepat-cepat
merapikan pakaian kami masing-masing.
Aku coba buka pintu WC-nya perlahan lalu menengok kiri dan kanan kalau
ada orang yang memperhatikanku. Tapi setelah kuyakini tidak seorangpun
yang melihatku, aku buru-buru keluar yang diikuti pula oleh si wanita
tadi dan langsung naik ke mobil tumpangan kami. Setelah kami duduk, kami
lalu saling menatap sambil melempar senyum tanpa berbicara karena sudah
ada penumpang yang duduk di belakan kami.
Kami tidak merasakan lapar hingga kami tiba di tujuan kami
masing-masing. Selama dalam perjalanan dari warung ke kota tujuan kami,
kami hanya tidur tanpa banyak gerakan lagi seperti sebelumnya. Setelah
tiba di Makassar, kami kembali saling memandang wajah sambil tersenyum
tanpa bisa berkata-kata. Aku berharap agar kami berdua bisa bicara
banyak nanti setelah turun di terminal, bahkan aku berniat akan mencari
tempat yang lebih aman dan lebih leluasa untuk melanjutkan pergulatan
kami tadi di dalam WC.
Ternyata setelah kami turun di terminal, si wanita tadi tiba-tiba
berlari masuk ke dalam sebuah mobil sedan yang telah diparkir tidak jauh
dari tempat parkir mobil yang kami tumpangi lalu dengan segera melaju
dengan cepatnya. Aku hanya sempat melihat tangannya terangkat
tinggi-tinggi keluar lewat jendela. Aku sangat menyesal tidak menanyakan
nama, alamat lengkap dan status serta pekerjaannya sewaktu di mobil.
Aku hanya bisa menghela napas panjang tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.
Tapi setidaknya kami punya kenangan kisah nyata yang sungguh tak
terlupakan nikmatnya kapanpun.
Hingga kutulisnya kisah ini, aku masih berharap bisa bertemu dengan
wanita yang tidak jelas identitasnya itu. Mudah-mudahan kami masih bisa
dipertemukan di atas mobil, sehingga kami bisa melakukannya lebih seru
lagi. Sungguh suatu kenikmatan yang tak disangka-sangka dan tak
direncanakan serta tak dapat ditemukan kembali.
*****