Dari bagian 1
Mungkin Mbak Yn yang sudah berpengalaman mengetahui keadaanku hingga
semakin kencang meremas dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat
kencang. Napasku seolah terhenti, dan mataku erat terpejam saat
kurasakan sesuatu yang mendesak di perut bagian bawahku tidak dapat
kutahan lagi dan meledak. Badanku serasa mengawang dan kurasakan suatu
kenikmatan yang belum pernah kurasakan saat rasa ingin kencing yang
tidak dapat kutahan lagi keluar dan membasahi tangan lembut Mbak Yn.
Crrtt! Cratt!
"Ahh!", tanpa sadar aku melenguh.
Aku jadi malu sekali pada Mbak Yn.
"Enak dik?" bisik Mbak Yn mesra.
"Ah, Mbak Yn. Saya jadi malu karena mengotori tangan Mbak"
"Enggak apa-apa kok. Memang Adik belum pernah keluar itu-nya?"
"Kalau onani sendiri sich pernah Mbak, tapi kalau yang begini, be.. belum Mbak.."
"Terus kalau tidur sama cewek sudah pernah belum?"
"Be.. belum Mbak. Saya enggak berani"
"Nah kalau belum pernah dan ingin merasakan tidur dengan cewek, nanti kita bisa nginap dulu sebelum pulang. Adik mau enggak?"
"Ah, sa.. saya takut Mbak!"
"Lho, takut sama siapa? Kan Mbak enggak nggigit, malah mau bikin kamu enak, iya kan?"
Aku terdiam karena tidak tahu musti menjawab apa. Disisi lain aku ingin
dan penasaran sekali merasa kan bagaimana rasanya tidur dengan cewek,
sementara di sisi lain aku merasa takut pada apa. Entahlah aku tidak
tahu. Mungkin dogma agama yang telah tertanam dalam diriku bahwa
perbuatan tersebut adalah zina, membuat rasa takutku timbul. Lama aku
bergulat dalam pikiranku antara ya dan tidak, tetapi rupanya syeitan
telah keluar sebagai pemenangnya. Kediamanku ternyata dianggap sebagai
persetujuanku.
Bus kami sampai ke Kota P dini hari. Pukul 03.00 bus kami sudah masuk
terminal. Sementara untuk pulang harus berganti bus lagi dan belum ada
bus yang ke kotaku yang berangkat. Apalagi Mbak Yn yang dari kotaku
masih harus naik angkutan pedesaan lagi, jadi cukup beralasan kalau kami
akhirnya memutuskan untuk menginap. Kami pun akhirnya mencari
penginapan yang banyak bertebaran di sekitar terminal.
Singkat cerita kami pun check-in satu kamar. Kemudian aku langsung masuk
kamar mandi dan mandi karena risi CD-ku basah sekali oleh air maniku
sendiri setelah di bus tadi aku sempat mengalami orgasme karena
dikerjain Mbak Yn. Selagi mandi tiba-tiba Mbak Yn masuk ke kamar mandi
dengan tanpa sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang putih. Aku
terkesiap. Mataku melotot menyaksikan pemandangan luar biasa yang baru
seumur-umur kulihat ini. Tubuhnya yang polos berdiri didepan mataku
tanpa ada rasa sungkan sama sekali. Kulitnya putih bersih, perutnya yang
cukup rata tanpa guratan bekas melahirkan kelihatan serasi dengan
tonjolan bukit payudara-nya yang sedang besarnya yang masih kencang
menggantung di dada Mbak Yn. Putingnya kulihat besar dan berwarna agak
kecoklatan. Sementara di bagian bawah perutnya tampak tonjolan bukit
yang lebat ditumbuhi bulu-bulu hitam yang sangat lebat. Sehingga kulihat
sangat kontras sekali perpaduan antara kulitnya yang putih bersih tanpa
cacat berpadu dengan sebentuk warna hitam yang terpusat di bawah
perutnya.
Aku masih melongo saat ia memencet hidungku sambil tersenyum dan mengatakan ingin ikut mandi sekalian.
"Aku mandi sekalian aja. Soalnya udah keburu ngantuk, biar tidurnya enak!", demikian ia berkilah.
"Ak.. aku malu Mbak", dalam hatiku sebenarnya senang soalnya ini adalah
pertama kali aku dapat melihat tubuh wanita telanjang. Setan benar-benar
telah memenangkan diriku. Yang kuingin pada saat itu adalah cuma rasa
penasaran. "Alaah.. pakai malu segala", desisnya, "Ayo sini Mbak
mandiin"
Aku diam saja karena tak mampu berkata-kata lagi. Kemudian Mbak Yn
mengambil sabun dan mulai menggosok tubuhku yang sudah basah dengan
tangannya yang penuh sabun. Perlahan rasa nikmat itu menyerangku lagi
saat tangan Mbak Yn menggosok punggungku dengan sabun dan
sebentar-sebentar tonjolan lembut dan hangat di dadanya menekan
punggungku dari belakang saat ia menyabun dadaku dari arah belakang.
"Akhh", aku mendesah panjang saat Mbak Yn dengan memelukku ketat dari
belakang menyabun tubuhku bagian bawah, aku begitu terangsang.
Di punggungku menempel ketat tonjolan bukit payudara yang lembut dan
hangat, sedangkan selangkanganku digosok-gosok dan diurut tangan Mbak Yn
yang lembut. Kupejamkan mataku untuk menikmati sensasi yang luar biasa
bagiku. Aku merasakan betapa batang kemaluanku yang sudah tegang
berdenyut-denyut dalam genggaman tangan Mbak Yn yang licin karena busa
sabun. Ia terus mengurut-urut batang kemaluanku keatas dan kebawah
dengan lembut dengan sesekali diselingi remasan dikantung buah zakarku.
Napasku kian memburu dan desahanku kian kencang.
"Ouchh, shh, Mbaakk.. ouchh!", aku hampir saja merasakan adanya sesuatu yang mendesak hendak keluar dari bawah perutku.
Dan Mbak Yn yang rupanya sudah cukup berpengalaman tahu keadaanku hingga ia menghentikan aksinya.
"Sekarang gantian Mbak yang dimandiin dong", pinta Mbak Yn tak berapa lama kemudian.
Aku pun mengguyur tubuh telanjang Mbak Yn dengan air dan kemudian tanganku dengan canggung mulai menyabuni punggungnya.
"Pelan-pelan Dik, jangan takut.", bisiknya yang membuat keberanian dan rasa PD-ku mulai bangkit.
Aku pun mulai meraba (menyabuni) punggung Mbak Yn kemudian tanganku
mulai berani nakal mulai turun ke pinggulnya, terus turun dan akhirnya
dengan gemas tanganku mulai meremas sambil menyabuni buah pantat Mbak Yn
yang besar dan indah. Lalu setelah puas bermain-main dengan pantat Mbak
Yn, aku pun mengikuti gaya menyabun Mbak Yn tadi. Tanganku merayap ke
depan dan mulai menyabuni kedua buah gumpalan yang menggantung indah di
dada Mbak Yn. Dengan gemas kuurut bukit kembar itu sehingga putingnya
mulai mengeras.
"Oohh, enaakk Diik. Terusshh, shh!", Mbak Yn mendesis-desis seperti orang kepedasan.
Aku pun tak lupa menempelkan batang kemaluanku yang sudah mengencang
sejak tadi ke tengah-tengah belahan buah pantat Mbak Yn yang membuatku
merasa sangat nikmat. Apalagi Mbak Yn kemudian menggoyangkan pinggulnya
menggeser dan semakin erat menekankan batang kemaluanku ditengah belahan
kedua belah buah pantatnya yang licin karena sabun.
"Ouchh, ter.. ter.. ushh Dik", Mbak Yn mendesis desis ketika tanganku
mulai bergerak-gerak menyabuni gundukan bukit kecil yang lebat ditumbuhi
rambut di selangkangan Mbak Yn.
Tubuhnya semakin liar bergerak menggeser batang kemaluanku yang terjepit
disela-sela bongkahan buah pantatnya. Tubuh kami yang licin sangat
membantu pergerakan dan gesekan-gesekan tubuh kami. Hal ini membuat
sensasi yang luar biasa bagi kami berdua. Batang kemaluanku yang
terjepit diantara belahan buah pantat Mbak Yn dan tubuhku sendiri
semakin berdenyut denyut. Aku sudah tidak tahan lagi.
"Oochh.. Mbaakk aku su.. sudah tak ku.. aatthh mbaak!", bisikku di telinganya.
Mbak Yn pun menghentikan gerakannya dan memintaku untuk segera membersihkan tubuh kami dari sabun.
Beberapa siraman air dingin ternyata cukup untuk menolongku untuk tidak
sampai mengeluarkan air maniku yang sudah mendesak-desak ingin
disalurkan. Aku merasa agak cool walau pun batang kemaluanku masih tegak
berdiri. Dan setelah selesai mengeringkan tubuh kami dengan handuk,
Mbak Yn segera menuntunku untuk menuju ke tempat tidur. Dengan masih
bertelanjang bulat kami bergandengan tangan dan melemparkan tubuh kami
ke tempat tidur double bed yang empuk.
Kami berbaring saling bersebelahan. Mbak Yn yang sudah berpengalaman
rupanya tahu bahwa aku masih sangat hijau dalam hal seperti ini. Dengan
serta merta tanganku dibimbingnya ke arah dadanya, sementara tangannya
sendiri juga mulai mengelus dadaku. Kembali kami saling raba dan saling
pencet. Tanganku segera meremas bukit payudaranya dengan gemas
bergantian kanan dan kiri.
"Oohh, terushh Diik", Mbak Yn terus mendesah.
"Aahh!", aku pun ikutan mendesah tatkala tangan Mbak Yn kembali mengurut-urut batang kemaluanku dengan lembut.
Tubuhku menggigil menahan kenikmatan yang luar biasa ketika tangan Mbak Yn mengocok-ngocok batang kemaluanku. "Mbaak, oohh!"
"Sek.. sekarang kamu naik.. Diik.. oochh", Mbak Yn pun rupanya sudah tak tahan lagi.
Kemudian direntangkannya kedua pahanya lebar-lebar dan disuruhnya aku untuk naik ke atas perutnya.
Aku pun dengan arahan Mbak Yn segera menempatkan diri di tengah-tengah
pentangan pahanya dan mulai menindih tubuhnya. Tangan Mbak Yn segera
memandu batang kemaluanku dan diarahkannya ke tengah-tengah gundukan
daging di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi rambut.
"Akhh!", aku mengerang saat ujung kepala kemaluanku mulai
digesek-gesekkan oleh Mbak Yn ke celah-celah yang begitu hangat dan
sudah basah.
"Doronghh.. pelan-pelannh diik. Ouchh!"
"Hkk. Ouchh", napasku seolah terhenti seketika ketika ujung kepala
kemaluanku mulai menerobos celah yang sempit, hangat dan licin di
sela-sela paha Mbak Yn.
Mbak Yn pun kudengar napasnya tertahan "Achh, oochh, terushh.. doronghh!"
Aku terus mengikuti aba-aba Mbak Yn. Kutarik pantatku ke atas begitu
kurasakan kira-kira hampir separuh batang kemaluanku terbenam dalam
celah kemaluan Mbak Yn, dan kemudian kudorong lagi kebawah. Setelah
beberapa kali kulakukan hal itu aku disuruh untuk menekan dan
membenamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya.
"Sekkaranghh, ma.. masukkanhh.. Ouchh!", Mbak Yn menjerit tertahan saat
kutekan pantatku kuat kuat hingga seluruh batang kemaluanku terbenam
kedalam liang kemaluannya yang masih cukup sempit dan sangat hangat.
Mbak Yn pun segera menggerakkan pinggulnya memutar.
Baru beberapa putaran dilakukan Mbak Yn. Tiba-tiba aku merasakan
seolah-olah batang kemaluanku seperti diremas-remas oleh jepitan daging
yang licin dan hangat sehingga mataku sampai terpejam erat-erat menahan
nikmat yang amat sangat. Aku merasakan seolah olah ada desakan yang maha
dahsyat yang mendesak dari bawah pusarku. Desakan itu terlalu kuat
untuk dapat kutahan.
"Ouuchh.. Mbakk, akk sudahh oochh", dengan erangan yang panjang aku
merasakan seolah-olah tubuhku tersentak oleh aliran listrik ribuan volt,
jiwaku seolah melayang dan kepalaku terdongak ke atas.
Mbak Yn yang sudah tahu kondisiku semakin gila memutar pantatnya
diangkatnya pantatnya tinggi-tinggi untuk menyongsong sodokanku.
"Terr.. russh. Terushh.. ohh.. terusshh", desisnya tak henti-henti.
Sementara aku sudah tidak mampu lagi menahan ledakan yang sedari tadi
kucoba untuk menahannya. Dan crrt, cratt! Jebollah pertahananku. Air
mani keperjakaanku menyembur di dalam liang kemaluan Mbak Yn yang hangat
dan memenuhi semua celah yang ada didalamnya. Badanku masih
menggeliat-geliat untuk beberapa saat lamanya seolah-olah menuntaskan
sisa-sisa kenikmatan yang ada.
"Terr.. ushh.. Diikk, terusshh!", desisnya berulang-ulang.
Namun aku sudah tak mampu bergerak lagi.
Dengan gemas Mbak Yn yang rupanya sedang dalam pendakian segera membalik
tubuhku dan kini posisinya menindihku. Walau pun sudah terkuras air
maniku, namun batang kemaluanku belum begitu mengendur. Sekarang giliran
Mbak Yn yang bergerak diatas perutku. Tubuhnya bergerak liar seperti
seorang joki yang sedang menaiki kuda balap. Payudaranya
bergoyang-goyang indah.
"Ayo, putar pinggulmu Diikkh.. ouchh"
Aku pun mengikuti 'komando'-nya. Kugerakkan pinggulku memutar seperti yang diinginkan Mbak Yn.
"Ya, ya.. beg.. ituu. Ouchh! Terushh!", akhirnya kurasakan jepitan liang
kemaluan Mbak Yn semakin erat menjepit batang kemaluanku.
Tubuh Mbak Yn tersentak dan matanya membeliak.
"Ouchh, terrushh", dan akhirnya tubuhnya ambruk diatas perutku.
"Shh.. kamu.. sudah cukup hebbathh Dikk!", napasnya mulai teratur.
"Tapi saya kalah Mbak, saya sudah keluar duluan!"
"Enggak apa apa. Mbak juga bisa orgasme kok! Memang kamu baru kali ini merasakan bersetubuh ya Dik?"
"Iya Mbak. Terima kasih ya Mbak telah memberikan pengalaman yang berharga bagi saya"
"Saya justru yang berterima kasih, kamu telah memberikan kehangatan pada
Mbak yang sudah cukup lama tidak merasakan seperti ini sejak bercerai
dulu"
Begitulah kami pun lalu beristirahat sambil tetap berpelukan dengan
tubuh Mbak Yn masih tetap menindihku dan batang kemaluanku masih tetap
menancap di dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Yn.
T A M A T