Urusan kantor telah selesai dan hari itu juga aku harus kembali ke
Jakarta karena ada janji dengan pacarku malam ini. Rasanya capek sekali
terutama pikiranku. Aku segera ke Stasiun Bandung untuk memburu Kereta
Api Argogede yang ke Jakarta.
Kubayangkan pacar manisku yang menunggu di stasiun.
"Permisi Mas..", kudengar suara lembut.
Dengan cuek kakiku kutekuk dan gadis itu melewatiku untuk duduk di
sebelahku. Mataku tetap terpejam. Kucium wangi parfumnya. Ah, mahal
juga, batinku. Kereta mulai berjalan. Aku selonjor kembali dan tanganku
kuletakkan di perutku. Rasa kantuk mulai menyerangku. Sekitar setengah
jam perjalanan, kantukku makin menjadi. Tanpa sadar tanganku jatuh ke
samping. Sempat menyentuh kaki gadis sebelahku tapi segera kutarik
kembali. Dua kali tanganku terjatuh.
"Maaf..", kataku tetap merem dan badanku kutegakkan.
Aku kembali terkantuk-kantuk.. Kurasakan tanganku terjatuh kembali. Kali
ini kesamping, kecelah antara aku dan dia duduk. Aku sudah tak mampu
lagi menangkatnya. Sudah terlalu ngantuk. Atau barangkali sudah setengah
tidur tapi sedikit aku masih merasakannya.
Agak lama tanganku di sampingku. Dan kurasakan tangan halus menyentuh
tanganku..Aku diam saja. Aku merasa tanganku diremas. Cukup lama
tanganku diremas dan tanganku lemas saja. Kedasaranku mulai pulih. Tapi
aku pura-pura tetap memejamkan mata. Tanganku sengaja kulemaskan agar
dikira aku benar-benar tidur. Perlahan tanganku di bawa ke pahanya. Ah
kayaknya dia memakai rok mini. Halus sekali pahanya. Hangat. Tanganku
digeser-geserkan ke pahanya. Aku tetap memejamkan mata. Aku nggak tahu
sekitarku. Mungkin dia lihat-lihat dulu, kalau nggak ada yang lewat
tanganku digeser-geser.
Aku juga merasa tangannya mengambil tiket di sakuku ketika kondektur
lewat di bangku kami. Tiba-tiba dia meletakkan tanganku kembali ke
samping. Mungkin dia sudah tahu kepura-puraanku. Aku berlagak seperti
bangun tidur. Dan pura-pura tak tahu apa-apa. Aku mulai membuka mataku.
Kutengok gadis sebelahku. Dia menghadap jendela. AH cantik sekali.
Tinggi cantik mulus. Rambutnya dicat agak pirang seperti gadis sekarang.
Benar, Dia memakai mini. Pahanya muluuss sekali.
Kupandangi dia sambil pura-pura melihat pemandangan ke luar jendela.
Tanpa menengok, gadis itu meletakkan tangannya ke samping. Hmm.. Aku
tanggap. Perlahan kugeser tanganku dan keletakkan di atas tangannya. Dia
menyambutnya. Tanganku digenggam erat. Tapi kita tetap pura-pura tak
tahu sambil melihat ke luar jendela.
"Ke Jakarta?", tanyaku memecah kekakuan.
"Ya", jawabnya sambil menoleh padaku.
Wowww..cuantik sekali. Pasti blasteran. Bibirnya tipis menantang. Tangan kita tetap saling meremas.
" Sorry, aku tadi ngambil tiketmu di sakumu", katanya.
"Oh ya? kondekturnya sudah lewat?", tanyaku pura-pura nggak tahu apa yang terjadi.
"Santi", ujarnya sambil mempererat genggamannya. Dia pakai tangan kanan
dan aku pakai tangan kiri. Tangan kita tersembunyi di celah antara kita
duduk.
"Herman", kataku. Aku tersenyum. Dia tersenyum penuh pengertian. Cukup lama kita duduk sambil berpegangan tangan.
"Aku mau kebelakang. Merokok", bisikku. Aku lalu bangkit. Berjalan ke
belakang dekat kamar kecil. Kukeluarkan rokokku dan aku mulai merokok
sambil melihat pemandangan luar dari kaca pintu kereta. Kira-kira 10
menit pintu otomatis terbuka. Santi keluar. Dia lihat aku sebentar dan
tersenyum. Aku tersenyum juga. Dan dia masuk kamar kecil. Aku
melanjutkan merokokku sambil lihat keluar.
"Her..", kudengar bisikan.
Aku menengok. Kulihat Santi mengintip dari pintu kamar kecil sambil
memberi kode agar aku mendekatinya. Aku masih diam. Bengong. Dia
lambaikan lagi tangannya. Aku berjalan ke arahnya.
"Masuklah ..", bisiknya ketika aku ada di depan pintu kamar kecil.
GILA! Santi telah telanjang bulat di kamar kecil. Pintu segera ditutupp
begitu aku masuk. Aku langsung dipeluk dan diciumnya. Lamaa. Aku segera
menguasai diri. Kuelus seluruh tubuhnya. Sambil berciuman, kuusap
pantatnya yang padat dan mulus.
Aku turun menciumi lehernya. Kujilati sambil meremas-remas dadanya.
Tangan Santi membuka sabuk dan resleting celanaku. Tanganku lalu
bergerak ke bawah. Kuusap vaginanya yang mulai basah. Kumainkan
klitorisnya hingga dia melenguh. Suara kereta menelan suara desah Santi.
Tangan Santi meremas-remas penisku. Aku merasa mulai keras. Tangan
halusnya mengocok penisku yang telah keluar dari sarangnya. Sementara
itu mulutku terus mengunyah susunya.. Santi mulai nggak tahan.
Dia lalu nungging sambil memegang wastafel.
"Sekarang Her.." Desahnya.
Aku pelorotkan sedikit lagi celana panjang dan dalamku. Perlahan aku mulai tusukkan penisku.
Ahh.. Kereta bergoyang. Aku juga mulai menggoyang Santi. Dia memejamkan
matanya. Aku memeluknya dari belakang sambil memegang susunya. Tusukanku
makin lama makin cepat dan keras. Aku mulai berkeringat.
"Kamu diam Her..rasakan tusukan Argogede", bisiknya sambil menoleh.
Aku mengikutinya. Benar saja. Aku diam. Tapi Kereta secara otomatis
telah menggoyang aku untuk memasukinya. Ah..nikmat sekali. penisku
seperti diremas-remas vagina Santi. Aku memeluknya lebih erat. Tanganku
kencang memegang susunya.
"Aku mau nyampe..", desahnya.
"Aku juga..", bisikku.
Aku makin erat mendekap dia. Kereta menggoyang kita. Enak sekali.
Cukup memasukkan penisku ke vaginanya dan goyangan terjadi otomatis. Aku merasa spermaku mau keluar.
"Di dalam atau di luar?", bisikku.
"Dalam saja", desahnya terengah.
Dan..aku mengejang..Santi mengejang.. Spermaku berhamburan menyemprot di
dalam vagina Santi..aku nikmati keadaan ini sampai habis. Aku basuh
dengan air dari wastafel. Kukancingkan celanaku dan sabukku. Kucium
Santi sekali lagi sambil memegang susunya. Aku mengintip keluar pintu.
Aman.
Aku lalu keluar dan menuju tempat duduk. Aku selonjorkan kakiku dan kupejamkan mataku..
"Permisi..", kedengar bisikan lembut. Aku tekuk kakiku untuk Santi lewat. Aku tetap pejamkan mataku..berlagak tidak butuh.
TAMAT