Walaupun sudah empet rasanya untuk nyari pembantu lagi, tapi apa
boleh buat, aku dan istriku sama-sama pekerja kantoran jadi untuk urusan
pekerjaan rumah tangga sudah tentu kami berdua tidak punya cukup waktu
untuk melakukannya apalagi urusan menjaga anak? Beruntung selang
beberapa hari sejak pembantuku yg terakhir itu ku berhentikan mertuaku
mengabari bahwa pembantu yg sedang bekerja dirumahnya punya saudara yang
sedang butuh pekerjaan. Singkat kata aku-pun langsung menerima pembantu
yg ditawari mertuaku itu untuk bekerja di rumahku.
Namanya Nia, masih lugu, umurnya-pun masih 16 tahun dan dia baru 1
tahun pengalaman menjadi pembantu rumah tangga. Waktu awal-awal bekerja
dirumahku aku tidak terlalu memperhatikan dia karena kupikir ah mungkin
sama saja dengan pembantu2 sebelumnya. Namun setelah satu bulan bekerja
mau tidak mau terlihat juga sifat-sifat aslinya...
Diluar dugaan, Nia ternyata anak yg sungguh rajin bekerja. Dia penuh
dengan inisiatif dan juga telaten menjaga si kecil yg baru berumur 2
tahun itu. Aku sempat tersenyum gembira karena merasa dia adalah
pembantu yg selama ini aku harapkan. Aku pun merasa sayang bila suatu
saat nanti kehilangan dia dari rumahku. Karena ya tadi itu, sangat susah
mencari pembantu yg sesuai harapan di jaman sekarang ini.
Niatku untuk membuat Nia betah bekerja dirumah aku sampaikan juga
kepada istriku dan diapun langsung setuju karena memang, istriku juga
merasa Nia adalah pembantu yg tepat bagi keluarga kami.
Untuk membuatnya betah bekerja, semua kebutuhan bulananya kami
penuhi. Dari uang jajan harian, hal2 kecil seperti sabun mandi dan odol
sampai parfum dan handbody yg seharusnya hanya untuk kecantikan-pun
tidak segan2 kami belikan untuknya. Benar saja, Nia begitu betah bekerja
di rumahku dan tak terasa sudah 1 tahun dia bekerja tanpa ada tanda2
kalau dia jenuh atau tidak senang bekerja untuk keluargaku.
Karena semua kebutuhan termasuk alat2 kecantikanpun kami berikan
kepada dia, Nia menjadi rajin merawat diri. Nah, suatu waktu ketika aku,
anakku dan dia sedang pergi jalan-jalan ke sebuah mall, terbersit
niatku untuk menyenangi dia dengan mengajaknya ke salon untuk memotong
rambutnya yg sdh kelewat panjang dan kurang terurus itu. Awalnya dia
menolak karena merasa malu dan tidak enak, tapi karena aku paksakan
akhirnya dia mau juga.
Satu jam menunggu dia di Salon aku habiskan dengan anakku di sebuah
playland yang ada di mall itu. Begitu selesai akupun kembali ke salon
untuk menjemput Nia. Tapi Ya ampun..... Aku begitu kaget melihat dia dan
rambutnya yang baru di potong itu berdiri di depanku... Dia begitu
cantik! Ya, cantik! Bukan hanya manis, tapi benar2 cantik sekali sampai
aku terdiam menganga beberapa detik seperti layaknya orang yg baru saja
melihat keajaiban.
Perjalanan pulang dari mall, aku tidak begitu konsen menyetir. Dari
td aku selalu mencuri-curi pandang untuk memperhatikan Nia dengan
penampilan barunya itu. Potongan rambutnya pendek sebahu, rapih dan
berkilau. Aku bisa dengan jelas melihat wajahnya yang putih dan mulus
itu... Eh tunggu dulu? Putih dan mulus?? Apa aku tidak salah lihat?
Seingatku dia dulu biasa saja, kusam malahan? Apa karena produk2
kecantikan itu memberikan efek yg sedemikian rupa? Atau rambutnya yg
panjang yg selama ini secara tidak langsung menyembunyikan
kecantikannya? Atau mungkin aku saja yang selama ini tdk memperhatikan
dia dengan baik?? Ahhhhhh... Bodo amat lah. Yang jelas ada wanita muda
dan cantik sedang duduk disampingku.. Tidak, bukan hanya itu. Tapi dia
akan selalu ada serumah denganku kan?.
Lampu merah masih menyala. Ada angka 90 tertulis di panel LED yang
terletak diatasnya menadakan cukup waktu bagiku untuk lebih detil lagi
melirik si cantik Nia yg sedang kerepotan mengatur duduk si kecil di
pangkuannya. Ku perhatikan wajahnya sekali lagi dengan rasa yang masih
tidak percaya. Memang ternyata aku tidak salah lihat tadi. Dia benar2
cantik sekali...
Lalu perlahan-lahan pandanganku mulai penasaran melirik turun ke
arah lehernya yg juga jadi terlihat jelas karena potongan rambut barunya
itu. Oh my god, Lehernya ternyata jenjang... Mungkin karena dia rajin
bekerja jadi otomatis tubuhnya-pun terbentuk proporsional dengan
sendirinya. Tidak heran memang.
Puas melihat lehernya yg jenjang itu, bola mataku kembali penasaran.
Kali ini mulai turun lagi dari lehernya yg indah itu menuju bagian
dadanya yg ternyata juga membuat aku terpana... Oh shit! Dadanya begitu
padat dan berisi. Cukup besar untuk umurnya yang baru 16 tahun itu.
Malah lebih besar dari punya istriku sepertinya? Ada apa ini? Apa aku
sedang bermimpi? Kenapa baru sekarang aku ngeh dengan fisik pembantuku
ini??
Malam itu jadi malam yang paling menyiksa buatku. Walau sudah
mencoba mengalihkan pikiran ke hal-hal yang lain tapi tetap saja, yang
kupikirkan hanyalah wajah cantik Nia dari td. Lama2 lamunankupun mulai
menjurus ke arah yang tidak2. Aku mulai membayangkan kalau saat ini yg
sedang tidur disampingku ini adalah Nia dan bukan istriku.
Aku mulai berangan-angan untuk bisa sekedar merasakan hangat tubuhnya dipelukanku..
Hari demi hari berlalu aku semakin penasaran dibuatnya. Nia begitu lugu.
Oh ya, dia ternyata sudah 17 tahun loh. Aku lupa kalau sampai saat ini
dia sudah bekerja setahun lebih di keluargaku. Dia sudah dewasa tentunya
kan? Artinya semakin matang penampilannya dimataku.
Aku mulai mencari cara dan kesempatan agar bisa bersentuhan dengannya.
Saat dia lagi di dapur misalnya. Memang dapurku itu kebetulan cukup
sempit untuk lebih dari 1 orang berada didalamnya. Tapi dengan dalih mau
mengambil gelas dan piring aku usahakan bisa masuk untuk sekedar bisa
memeluk Nia dari belakang walau terkesan hanya demikian.
Tidak puas dengan hanya bersentuhan seperti itu aku mulai berpikir lebih
jauh... Ah ide kecil pun akhirnya muncul di kepalaku yg mulai ngeres
ini. Bagaimana kalau aku pura2 saja merasa pegal2 dan minta Nia untuk
memijatku. Hmmmm... Ide yg masuk akal sepertinya ya?
Diluar dugaan, Nia ternyata dengan enteng menerima permintaanku untuk
dipijat. Dia bilang waktu di kampung dia memang sering disuruh memijat
orang tuanya. Wuahhhh...rasa-rasanya ingin teriak girang sekali saat
itu. Ideku ternyata disambut dengan mulusss...
Dengan bertelanjang dada, punggunggu dipijat Nia dengan lembutnya. Harus
kuakui kalau dia memang bukan pemijat professional. Tapi bukan itu kan
yg aku harapkan kan? Aku cuman ingin merasakan sensasi sentuhan jari2
Nia di tubuhku dan untungnya memang itu yg kudapatkan saat ini.
Setelah puas merasakan hangatnya tangan Nia yang telaten itu aku tiba2
punya ide yg lebih konyol lagi. Aku minta dia untuk memijat dadaku. Ya
dadaku! Aneh memang kalau dia pemijat professional pasti akan bertanya2
mungkin.
Nia dari awal memijat punggungku dari belakang. Aku duduk bersila
sedangkan dia setengah berdiri dengan kedua kakinya di tekuk di lutut.
Saat itu aku berpikir bila kusuruh dia memijat dadaku maka mau tidak mau
tubuhnya akan menempel dengan punggunggku agar tangannya dapat
menggapai dadaku dr belakang. Dan benar saja... Oh dear, gunung kembar,
padat dan berisi itu akhirnya menyentuh bagian belakang kepalaku...
Hangat... seperti melayang rasanya...
Semakin Nia berusaha memijat dadaku dari belakang maka semakin aktif
dada montoknya itu menggesek2 belakang kepalaku. Owhhh semakin terlena
aku dibuatnya karena merasakan seolah kepalaku sedang ikut dipijat.
Bukan dengan tangan, tapi dengan kedua payudara montoknya yang
kuidam-idamkan itu!
Selama 10 menit kubiarkan kepalaku digesek-gesek oleh payudaranya.
Untungnya Nia begitu lugu untuk berpikir bahwa aku sedang menikmati
pijatan payudaranya itu dan dengan semangat terus memijat2 dadaku dengan
aktif. Seperti disurga rasanya...
Bukan hanya kepalaku yg mulai pusing memikirkan ide2 konyol berikutnya
tapi "kepala" di bawahku-pun sudah mulai bergeliat memberontak. Ahhh...
That's it! Aku sudah tidak tahan lagi dan ini berarti aku ingin lebih!
Secara tiba2 aku tarik tangan nia dari dadaku dan ku remas lembut
telapak tangannya. "Sudah ya pak?" Tanyanya, berpikir bahwa tindakan
yang baru saja aku lakukan itu menandakan kalau aku ingin meyudahi
pijatannya. "Emm... Iya Nia, tapi saya mau kamu pijetin saya yg lain"
balasku agak sedikit kagok.
"Oh iya pak, mau dipijet yang mana lagi?" Tanyanya tanpa rasa curiga sedikitpun.
Sudah kepalang tanggung, ku tarik telapak tangannya dan kuarahkan masuk
ke dalam celana pendekku sampai jarinya menyentuh barang kemaluanku yg
dari tadi sudah berdiri tegak mengacung.
Nia kaget bukan main, secara reflek ditariknya tanggannya keluar dari
celanaku. Tapi karena tanganku masih memegang erat pergelangan
tanggannya, tangan Nia tidak bisa sepenuhnya keluar.
"Bapak jangan begini Pak! Nia ngga mau" pintanya dengan memelas seperti
ingin menangis. Jantungku mulai deg2an. Aku mulai berpikir dengan
logika, aduh bagaimana ini? Bagaimana kalau nanti dia melapor ke
istriku? Bisa hancur rumah tanggaku yang baru seumur jagung ini?
Hadooohhh... Tapi kalaupun aku sudahi sampai disini belum tentu juga dia
tidak akan melapor?? Ahhh.. Benar2 kepalang tanggung sepertinya!
"Kenapa Nia? Ga papa koq. Saya cuman minta dipijet aja" dengan suara pelan dan kubuat semanis mungkin.
"Pak Nia takut... Nanti Nia dimarahi Ibu" balasnya dengan masih memelas.
"Ga lah Nia, kan ibu ga tahu? Ya kamu jangan bilang2 ke dia nanti. Kan
kamu tahu sendiri ibu orangnya bagaimana?" Kali ini ada sedikit nada
ancaman di suaraku dengan harapan dia terlalu lugu untuk tidak menyadari
ancamanku yg tidak masuk akal itu.
"Ehhhh... Iy..iya Pak...." jawabnya lirih. Sepertinya ancamanku termakan
olehnya. Nia memang begitu segan dengan istriku karena bila ada sesuatu
yg istriku tdk suka maka dia tidak segan2 untuk memarahi pembantuku
itu.
Ku tarik kembali tangan Nia dan kuarahkan jari2nya untuk menggengam
batang kemaluanku. Kali ini dia diam saja. Sangking diamnya malah tangan
kecilnya itu tidak melakukan apa2 terhadap kemaluanku.
"Ayo Nia, koq kamu diam aja. Kan saya minta dipijetin" pintaku dengan
nada memaksa. Jari2nya pun mulai bergerak tidak beraturan. Ah memang
terlalu lugu pembantuku yang satu ini...
Nia perlahan-lahan mulai mengerti apa yang ku maksud. Tangannya yang
mungil itu mulai menggenggam batang kemaluanku dengan penuh dan
mengocoknya pelan. Aku pandu dia dengan desahan kecilku. Setiap dia
melakukan pijatan yang benar aku sengaja mendesah lebih keras agar dia
tahu aku menikmati itu.
5 menit berlalu, pijatan Nia semakin sempurna. Batang kemaluanku semakin
mengeras dan berharap diperlakukan lebih lagi olehnya. Sepertinya bila
aku meminta lebihpun dia akan terpaksa memenuhinya pikirku saat itu.
"Udah Nia. Kita pindah ke kamar saya aja ya. Ga enak posisi saya begini
nanti malah saya pegal2 lagi" ajakku dengan nada tetap memaksa.
Tanpa menunggu jawaban dari dia, aku langsung berdiri berjalan ke arah
kamarku lalu tidur bersandar diatas springbed tempat aku dan istriku
biasa tidur.
Berselang beberapa detik kemudian Nia masuk menyusul. Wajahnya
tertunduk. Tidak begitu jelas kulihat wajahnya apakah dia sedang
menyembunyikan matanya yg kemungkinan sedang basah dengan air mata. Ah,
aku tidak mau ambil pusing. Aku tarik tanggannya kembali dan aku arahkan
dia duduk berlutut di samping pinggul kiriku. Tangannya ku arahkan
kembali untuk meremas batang kemaluanku yang kini dengan jelas mengacung
bebas di hapannya.
Nia kembali memijat naik turun dan meremas2 batang kemaluanku tanpa kusuruh. Sudah paham betul sepertinya dia sekarang.
"Pijetnya agak sedikit cepat ya..." pintaku seperti memelas karena
sedang keenakan dengan apa yg sedang Nia lakukan. Dia masih diam saja,
tapi menuruti dengan baik.
"Oohh...ahhh... Enak Nia" desahku tak karuan. Lama2 puncak kenikmatan
itu mulai berangsur-angsur datang. Sebentar lagi aku akan orgasme. Tapi
memang dasar otakku sudah ngeres betul. Ku pegang leher Nia dan kupaksa
menunduk ke arah kemaluanku itu dengan harapan dia mau mengulumnya.
"Kamu hisap2 ya! Buruan!" pintaku memaksa. Mungkin karena takut,
langsung dilahapnya kepala kemaluanku itu yang membuat aku sempat
menggelinjang sedikit karena merasakan hangatnya mulut dan air liur Nia.
Ohhhh nikmat tiada tara....
Kuluman demi kuluman membuat batang kemaluanku semakin berdenyut2
kencang. Arghhh aku ingin tahan lebih lama lagi tapi ternyata tidak
bisa. Kombinasi pijatan keras di batang kemaluanku dan hisapan2 kencang
mulut Nia akhirnya membuat aku orgasme. Crot! Cairan hangat itu melimpah
keluar dan memenuhi mulut Nia seketika. Nia terkaget bukan main, dia
terbatuk tersendak dan menarik wajahnya menjauhi batang kemaluanku.
Kubiarkan saja, karena kupikir aku tidak ingin membuatnya menderita
lebih dari ini lagi...
Nia berlari ke kamar mandi, dan kudengar dia muntah2 berusaha mengeluarkan spermaku yang sepertinya tertelan olehnya.
Ku tunggu sampai pintu kamar mandi terbuka dan dia keluar. Nia kaget
melihat aku sudah berdiri di depannya. Bisa kulihat matanya sembab
seperti habis menangis.
"Nia, kamu ga papa kan. Jangan sampe kamu cerita sama ibu ya! Soalnya
bukan hanya saya, kamu juga pasti akan di amuk ibu nanti kalau kamu
cerita! Paham!" Teriakku dengan nada yg tidak terlalu tinggi.
"Iya pak... Nia ga cerita" balasnya lirih.
"Tapi nanti kalau Nia hamil bagaimana pak? Nia takut..." Dengan lugunya dia bertanya.
"Hamil? Ga bakalan lah Nia. Hamil itu kalau saya masukin punya saya
kedalam punya kamu itu dan saya keluarin seperti yg saya keluarin tadi
di mulut kamu. Baru kamu bisa hamil!".
"Iy...iya pak.. Maaf" balasnya dengan pelan terkagok-kagok lalu menunduk.
"Ya sudah, kamu istirahat saja sana. Nanti besok2 kalau saya minta
dipijetin kamu sudah tahu kan?" Sambungku sambil berjalan melengos tanpa
menunggu jawaban darinya.
Aku-pun kembali masuk ke kamar tidurku. Sambil merebahkan diri kuingat2
kembali sensasi yang baru saja kurasakan... Oooh nikmatnya bikin
kemaluanku mulai berdiri kembali. Ku kocok2 sampai muncrat dan akupun
mulai tertidur pulas.....
Besok aku pikirkan lagi bagaimana caranya menikmati pembantuku yang cantik ini...
bersambung ke bagian 2