Sudah seminggu lebih semenjak kejadian kemarin itu berlalu tapi aku
mencoba bersikap seperti biasa kepada Nia. Walaupun begitu, tidak dapat
kupingkiri kalau Nia memang jadi berbeda dari biasanya. Setiap
berpapasan atau disaat aku meminta dia mengerjakan sesuatu, yang
biasanya dijawab dengan riang kini dijawab hanya dengan anggukan kecil
saja. Sempat khawatir juga kalau dia tiba-tiba retak dan memblowup
kejadian kemarin itu ke istriku. Waduh aku tidak bisa membayangkan
apabila hal tersebut terjadi...
Aku jadi berpikir keras bagaimana agar situasi ini bisa kembali
kondusif, karena bila kubiarkan seperti ini tentu ujung-ujungnya istriku
pasti akan ngeh juga kan?
Hal pertama yang muncul dipikiranku saat itu cuma satu, aku
sepertinya harus melakukan pendekatan secara persuasif ke dia. Siapa
tahu dengan membelikan sesuatu yang menyenangkan hatinya, dia bisa
melupakan atau minimal mengalihkan pikirannya dari kejadian tersebut.
Jumat itu sebelum pulang dari kantor, aku minta izin kepada istriku
untuk pulang malam karena harus singgah ke rumah temanku dulu di daerah
Blok M, padahal rencanaku saat itu sebenarnya ingin membelikan beberapa
pasang baju untuk Nia.
Ngubek-ngubek mencari baju yang cocok dan pas untuk seorang wanita
ternyata tidak segampang yang aku kira. Duuhh.. sudah beberapa puluh
pakaian yang aku pilih2 tapi rasa-rasanya masih belum ketemu yang cocok
menurut anggapanku. Beruntung saat itu ada seorang remaja putri yang
kira2 seumuran dengan Nia mau membantuku memilih baju yang tepat.
Fiuhhh... akhirnya dapat juga apa yang kubutuhkan...
Besoknya ketika istriku pergi keluar untuk hangout bareng teman2nya,
tanpa membuang2 waktu aku langsung memanfaatkan situasi tersebut untuk
mendekati Nia yang sedang sibuk memasak didapur. Sepertinya dia sedang
mempersiapkan menu makan siang untukku.
"Nia, kamu masak apa hari ini?" Tanyaku dengan penuh perhatian.
"Anu,pak, masak ikan tongkol disambelin sama tumis kangkung" jawabnya gelisah.
"Oh ya udah klo begitu.. Eh kamu sudah mandi blom? Kalau sudah nanti
habis masak tolong pijetin saya lagi ya? Sudah seminggu nih saya blom
dipijet2 lagi sama kamu."
Kali ini sengaja kutunggu sampai dia menjawab pertanyaanku agar aku bisa melihat seperti apa responnya.
"Iy..iya pak, nanti Nia mandi dulu..." Jawabnya pelan dan terbata2
tanpa memandang ke arahku. Hmmm... Terus terang aku masih meraba2
tentang perasaannya saat itu tapi nantilah pasti akan aku korek2 terus
sampai aku tahu seaman apa sebenarnya posisiku saat ini.
Padahal baru 15 menit aku tunggu dia selesai memasak tapi aku sudah
tidak sabar saja antara ingin tahu perasaan dia terhadapku dan selain
itu tentunya aku juga sudah kangen merasakan jari2 kecilnya bermain
dengan adik kecilku. Ahh.. Aku tetap harus menunggu beberapa menit lagi
karena dia harus mandi terlebih dahulu. Damnnn...
Bunyi cipratan air kamar mandi membuatku semakin gelisah. Aku benar2
sudah tidak sabar untuk menunggunya lebih lama lagi karena otakku saat
itu sudah dipenuhi dengan ide2 gila yang ingin segera aku realisasikan
bersama pembantu cantikku ini. Lalu tiba2 ide cemerlang pun muncul. Ku
ambil handphone blackberryku dan dengan cepat ku aktifkan fitur video
recordingnya. Walau perasaan deg2an karena takut ketahuan, dengan hati2
kuarahkan lensa kamera blackberryku ke atas ventilasi kamar mandi dimana
Nia sedang asyik mengguyur tubuh telanjangnya. Shit! Sangking deg2annya
aku jadi tidak berani lama2 untuk merekam moment tersebut. Segera ku
turunkan tanganku dan kumatikan mode rekamnya untuk mengecek apakah
gambar yang kumaksud terekam dengan baik atau tidak. Wow! Ternyata
spyshot yg kulakukan itu lumayan sempurna. Bisa kulihat jelas bodynya yg
aduhai walau hanya dari belakang. Lalu payudaranya yang montok itu
terlihat begitu kenyal dan menggoda sehingga membuat adik kecilku
langsung berdiri dengan tegak perkasa.
Ohhh Nia, ingin rasanya ku dobrak pintu kamar mandi ini dan ku entot kamu saat itu juga sayang...
"Saya tunggu di kamar ya!" Teriakku semangat saat Nia baru keluar dari
kamar mandi, tapi dia tidak menjawab atau mungkin suaranya terlalu kecil
untuk ku dengar saat itu.
Tak berapa lama kemudian Nia sudah berada di kamarku, sedangkan aku sedang berbaring menunggunya.
"Sini kamu sandaran disini" tanganku menunjuk kearah sandaran springbed.
"Tolong pijetin kepala saya dulu ya".
Tapi tetap tak terdengar sepatah katapun yg keluar dari mulutnya walaupun dia menuruti perintahku itu.
Nia duduk bersandar sedangkan aku dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun
langsung merebahkan tubuhku diatas tubuhnya. Kepalaku dengan sengaja
kuposisikan tepat diantara kedua payudaranya sehingga bisa kurasakan
kembali hangat dan empuknya gunung kembar itu menjepit kedua sisi
kepalaku. Emhhhh.... Nyaman dan hangat sekali rasanya...
Nia mulai memijat2 kepalaku dengan kaku. Sepertinya dia memang masih
shock dengan kejadian waktu lalu. Aku pun mencoba mencairkan suasana
dengan mengajaknya berbicara.
"Ngomong2 kamu sdh punya pacar apa blom Nia?" Tanyaku pelan berharap dia mau meresponnya.
"...Belum Pak..." Jawabnya lambat.
"Tapi sudah pernah pacaran kan?" Tanyaku kembali.
"Kalau pacaran Nia belum pernah pak.. Tapi kalu suka2an iya pernah dulu waktu dikampung.."
"Oh gitu, h