Gairah
Kakak Kandung-Bag 2
Beberapa saat kupermainkan kedua
puting-puting susunya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Kak Mira
menggelinjang lagi. Kupuntir sedikit putingnya dengan lembut. "Mmm.."
Kak Mira semakin mendesah tak karuan. Aku tak tahan, secara bersamaan
akhirnya kuremas-remas gemas kedua buah dadanya dengan sepenuh nafsu.
"Aawww.. nngg.." dia mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei
dengan kuat. Aku semakin menggila, tak puas kuremas lalu mulutku mulai
menjilati kedua buah dadanya secara bergantian. Lidahku kujulur-julurkan
menjilati seluruh permukaan susunya itu sampai basah, mulai dari
payudara yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang kanan.
Kugigit-gigit puting-puting susunya secara bergantian sambil
kuremas-remas dengan gemas sampai dia berteriak-teriak kesakitan.
"Sshh.. shh.. oohh.. oouwww.. Ndre.." erangnya. Lima menit kemudian
lidahku bukan saja menjilati, kini mulutku mulai beraksi menghisap kedua
puting-puting susunya sekuat-kuatnya. Aku tak peduli Kak Mira menjerit
dan menggeliat kesana kemari. Sesekali kedua jemari tangannya memegang
dan mengeremasi rambut kepalaku yang bergerak liar. Sementara kedua
tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua buah dadanya bergantian
sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat. Bibir dan lidahku dengan
sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua payudaranya yang
kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya kupilin-pilin dengan
lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa kempot, aku
mengkhayal meminum air susunya. Dia hanya bisa mendesis, mengerang, dan
beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti putingnya dengan
gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan
susu-susunya itu tampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis
kecil bekas gigitanku.
Mmm, ini benar-benar nikmat. Cukup lama sekali aku menetek susunya,
mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku
kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang
basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan
berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna
kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, dia mulai
mengerang-erang kecil keenakan. Bau tubuhnya yang harum bercampur dengan
keringatnya yang khas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak. Kukecup
dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku
bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah
lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit
kemaluannya yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu alat kelaminnya
itu. "Oooh.." Kak Mira hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah
lemas kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun
sudah sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah susunya. Sekarang
ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang
kemaluannya, sebab pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku kalau
ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika
mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat
dirinya bergairah.
Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kakakku. Kak Mira membuka
kedua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini
wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan.
Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah
merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain
sprei, kelihatannya dia tegang sekali. "I.. m.. Ndree.. e.. enaak.."
katanya. Aku tersenyum senang, sebentar lagi kau akan merasakan
kenikmatan yang luar biasa sayang, bisikku dalam hati. Aku akan
menyetubuhimu sepuasnya. Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat
kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin
cewek. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku,
keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan
khas. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit
kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia
mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang
kemaluannya sama sekali. Betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan
liang kemaluannya menjepit batang kemaluanku, akan kutumpahkan
sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda
hilangnya keperjakaanku. Aku juga ingin nantinya dia bisa merasakan
semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan
kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil
memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang
keluar dari celah kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba Kak Mira berbisik lirih menyadarkanku, "Ngapain sih.. kok
ngelamun.. bau yaa Ndre.." tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya
walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali. Habis
berkata begitu tangan Kak Mira bergerak memegang kepalaku dan
mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa
kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku
terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya,
"Mmff mffphh.." hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya,
empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh
perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan
bernafsu. Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara
bergantian seperti kalau aku mencium bibir Kak Mira. Puas mengecup dan
mengulum bibirnya bagian atas aku berpindah untuk mengecup dan mengulum
bibir kemaluannya bagian bawah. Rasanya.. "Mmm.. yummi.." ada sedikit
manis dan asin. "Mmm.. mm.." bercampur bau kemaluannya yang memabukkan.
Pokoknya dari Sabang sampai Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan. Tidak
heran karena ulahku Kak Mira sampai memekik-mekik nikmat tak karuan,
tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang. Beberapa kali
kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu
dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah
berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku
tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang
merangsang. Salah sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. "Mmm..
Ndree.. aauuwww.. auuwww.. aawww.. hgghhkhh.. aduuh.. e.. naak.. aahh
aduuhh.. oouuhh.." Kak Mira mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup
kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak mengeremasi rambut
kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang
seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang
digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh
permukaan alat kelaminnya yang montok itu.
"Oouhh.. yaahh.. yaha.. huhuhu.. huhu.." Kak Mira berteriak makin keras,
dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan
kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat
hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya. Kepala
kakakku, Kak Mira dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat.
Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat
melihat tingkahnya, sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku
semakin buas. Dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya
yang menawan dengan jemari tangan kananku. Mmm, hangat dan empuk. Kini
kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur
dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu
barulah aku dapat melihat celah liang kemaluannya yang amat sangat kecil
dan berwarna kemerahan pula. Aku mencoba untuk membuka bibir
kemaluannya agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan
bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak Mira tiba-tiba memekik
kecil, ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu
sehingga ia mengerang kesakitan. "Aawww.. iih.. Ndre.." pekiknya
kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. "Yaa.." bisikku kuwatir.
Kuusap dengan lembut penuh kemesraan bibir kemaluannya agar sakitnya
hilang. Sebentar kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan bibir
nakalnya itu, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang
kemaluannya yang sempit itu. Aku melihat ada tonjolan daging kecil
sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah klitorisnya
bagian paling sensitif dari alat kelamin wanita.
Mmm, ini dia biang kenikmatan bagi cewek, pikirku. Lalu secepat kilat
dengan rakus lidahku kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai
menyentil-nyentil daging klitorisnya. Benar saja karena tiba-tiba Kak
Mira memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke
bawah. Kak Mira mengejan hebat, aku sampai kaget dibuatnya karena
pinggulnya bergerak liar dan kaku, jilatanku pada klitorisnya jadi
luput. Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah pahanya yang
putih mulus lalu kembali kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah
kedua bibir kemaluannya. Kujulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin
lalu kutelusupkan lidahku menembus jepitan bibir kemaluannya dan kembali
menyentil nikmat klitorisnya dan.. "Hgghggh.. hghgh.. sshh.." Dia
memekik tertahan dan mendesis panjang. Tubuhnya kembali mengejan sambil
menghentak-hentakkan kedua kakinya yang kecil. Pantatnya diangkat ke
atas sehingga memberi keuntungan bagiku untuk lebih dalam memasuki celah
labia mayoranya menyentil-nyentil klitorisnya. Begitu singkat karena
tak sampai satu menit tiba-tiba kurasakan Kak Mira amat tegang dan
kurasakan di dalam mulutku terasa ada semburan lemah dari dalam liang
kemaluannya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Aku
menyentil klitorisnya beberapa saat sampai kurasakan tubuh Kak Mira
mulai terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur.
Dia melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan,
kenikmatan sorga dunia miliknya.
Sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar hasil
orgasmenya yang terasa asin manis dari celah kemaluannya yang kini
tampak agak memerah. Seluruh selangkangannya itu tampak basah penuh air
liur bercampur lendir yang kental. Mmm, aku menjilati seluruh permukaan
bukit kemaluannya sampai agak kering. Cairan lendirnya itu membuatku
makin bergairah. Perasaanku benar-benar fresh setelah menghirup dan
menelan cairan lendir kemaluannya. Aku tak tahu apa memang cairannya itu
mengandung vitamin atau obat perangsang? Masa bodoh, yang jelas kini
nafsu seks-ku telah memuncak, aku akan melakukan tugasku sebagai seorang
laki-laki. "Sekarang giliranku," ucapku. Aku belum sempat bergerak, Kak
Mira terlebih dahulu meraih batang kemaluanku, dia mengusapnya sambil
berkata, "Ndree, ini gede sekali.. pantas tadi sakit. Punya abang iparmu
tidak sebegini." Aku mulai bangga, dia mengocok perlahan, mataku
terpejam menahan kenikmatan. Dia berhenti, ku buka mataku, ah ternyata
dia mendekatkan wajahnya ke batang kemaluanku. Aku berteriak ingin
melarang, tapi terlambat. Terlebih dahulu dia menjilati batang
kemaluanku. Ah, aku tidak bisa berkata apa-apa selain mengerang
kenikmatan, apalagi dia mulai menjilati buah zakarku naik sampai ke
helmnya. "Oh.. nikmat sekali," ujarku tanpa sengaja tapi itu belum
seberapa, sewaktu dia mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya.
Susah payah dia melakukannya, akhirnya berhasil. Dia memainkan batang
kemaluanku di dalam mulutnya. Dia menghisapnya kuat-kuat. Ah, tanpa
terasa aku hampir orgasme. Lalu dia berhenti. "Keluarkan saja di
mulutku!" katanya sambil mengocok batang kemaluanku. Kemudian dia
kembali mengisapnya.
Aku mulai merasakan seluruh tubuhku tengang sekali. Rasanya darahku
mengalir ke suatu titik. Yah.. hingga akhirnya aku melepaskannya di
mulut kakakku. "Ah.. ehh.. ohh.." erangku sambil berusaha menyemburkan
semua cairan kenikmatanku. Dia sangat menikmatinya. "Banyak sekali air
Manimu Ndree.." ucapnya sambil mulai menjilati maniku yang tersembur di
pipinya dan kini mulai menjilati sisanya yang ada di ujung kemaluanku.
Oh, rasanya nikmat sekali. Kami istirahat sejenak, lalu dia berbisik,
"Kamu masih kuat kan? Ayo lanjutkan lagi permainanmu.. hancurkan aku
dengan kenikmatan!" Tanpa komentar lagi aku menaiki tubuhnya. "Tahan
sakitnya yah.." bisikku lagi tanpa menunggu jawabannya. Aku segera
bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhnya yang telanjang
berkeringat. Buah dadanya yang penuh lukisan hasil karyaku kelihatan
turun naik mengatur nafas. Sebodo, pikirku. Dengan agak kasar kutarik
kakinya ke atas dan kutumpangkan kedua pahanya pada pangkal pahaku
sendiri sehingga kini selangkangannya menjadi terbuka lebar
mempertontonkan alat kewanitaannya yang merangsang itu. Kutarik
bokongnya ke arahku sehingga batang kemaluanku yang sudah sengsara cukup
lama hampir satu jam itu langsung menempel di atas bukit kemaluan milik
Kak Mira yang masih basah. Kuusap-usapkan kepala batang kemaluanku pada
kedua belah bibir kemaluannya yang lunak. Kembali kubenamkan mesra ke
dalam liang kemaluannya mili demi mili secara perlahan. "Aahhggh.. sa..
yangku.. aahghgh.. nikmat sekali.." erangku pula. Kenikmatan yang
kurasakan membuat jiwaku semakin tinggi terbang ke awang-awang, mataku
merem-melek menahan rasa nikmat yang tiada tara.
Aku mulai memompanya dengan gerakan naik turun. Badannya ikut bergoyang
pelan naik-turun, bahkan terkadang sedikit memutar seirama dengan
tarikan batang kemaluan dan goyangan pinggulku yang bergerak turun naik.
Beberapa kali ia melepaskan ciumannya dan mendesah lembut melepas rasa
nikmat, karena ia sudah terbiasa dengan gerakan senggama ini. Terasa
begitu lama sekali kami saling mengadu alat kemaluan masing-masing,
sampai akhirnya kira-kira 10 menit kemudian, tiba-tiba tubuh Kak Mira
mengejan dan bergetar lembut, mulutnya mendesis dalam cumbuan bibirku,
kedua kakinya tiba-tiba dihentakkan ke bawah dan meregang. Aku merasakan
tiba-tiba pula liang kemaluan miliknya berkontraksi, mengerut mengecil
membuat batang kemaluanku seakan diremas kuat seperti dipilin-pilin.
Tubuhku berkelojotan ikut merasakan kenikmatan yang begitu sangat luaar
biasa. Kubenamkan batang kemaluanku secara perlahan ke dalam liang
kemaluan yang sedang berkontraksi itu sampai kandas, kuresapi setiap
gesekan mili demi mili dengan daging kemaluannya. Bersamaan dengan itu
pula sebuah cairan hangat dan licin mulai membasahi seluruh batang
kemaluanku banyak sekali. Kak Mira memekik dan melenguh panjang.
"Aaaghh.. aaghg.. oouuhh.." erangnya nikmat. Kubiarkan kakakku menikmati
orgasmenya yang indah, matanya terpejam rapat. Ia tak tahu kalau aku
pun sebenarnya sedang meregang menahan rasa nikmat yang sedang
ditimbulkannya pada alat kelelakianku. Air maniku sontak mengalir deras
menuju batang kemaluanku dan mendesak-desak di ujung batang kemaluanku
hendak muncrat keluar. Kucoba menahan sekuat tenaga agar jangan sampai
muncrat, namun hanya 3 detik akhirnya aku menyerah kalah.
Di saat Kak Mira sedang terbang menikmati orgasmenya yang panjang aku
pun akhirnya ikut melepaskan rasa nikmat tertahan dan mencapai puncak,
"Craatt.. cratt.. craat" air maniku menyembur-nyembur tumpah keluar di
dalam liang kemaluannya. "Oougghh.." aku pun memekik keras, lepas sudah
pendakian yang melelahkan itu. "Aaaghh.. maniikuu.. ke.. keluar Sayang..
hggh.." aku menggeram keras sambil menyemburkan air mani ke dalam liang
rahimnya. Tubuh kami berdua sama-sama bergetar dan meregang-regang
merasakan puncak kenikmatan seks. Kedua alat kelamin kami sama-sama pula
memuntahkan cairan kenikmatan hasil buah cinta kami sesaat. "Ooouuh..
oouugghh.." Kak Mira melenguh melepas orgasmenya. Dia memandangku
tersenyum sambil berkata, "Kamu bahagia?" Aku mengangguk dan berkata,
"Aku mencintai kau, Kakakku!" Malam itu kami melakukannya sampai pagi.
TAMAT