Gairah Kakak Kandung-Bag 1
Ceritaku, yang menurutku tidak hanya
dilatari nafsu semata, tapi oleh rasa kasih yang menurutku aneh.
Semuanya bermula sejak aku dikirim ke Medan untuk menemani pamanku yang
tinggal sendirian ditinggal meninggal oleh istrinya. Memang sejak kecil,
aku sudah sering berpindah tempat. Sekolah Dasar, aku lewati di
Bandung, SMP, aku lalui di Balikpapan, dan SMA di Medan. Aku tidak tahu
alasan orangtuaku yang memperlakukanku begitu. Aku punya asumsi mereka
kurang menerima kehadiranku, aku benci mereka semua. Tapi tidak dengan
kakakku Mira (Mira kakakku yang nomor 2, dan kakak satu-satunya, aku
punya satu adik perempuan, dan dua saudara laki-laki). Aku sangat
menyayangi Kak Mira, karena dia sangat pengertian, mau menghibur hatiku
yang sering kalau rinduku sangat menggebu, karena kami sangat jarang
bertemu. Sewaktu aku dikirim ke Medan, dia melanjutkan kuliah ke London.
Kamu kembali bertemu di Jakarta sewaktu aku tamat SMA, dan dia kembali
dari London untuk persiapan pernikahannya.
Tiga bulan kami banyak bersama, tapi dasar Kak Mira yang sangat
pengertian, dia malah bukan mengurusi pernikahannya, eh malah mengurusi
aku. Kami banyak bersama, aku sangat menyanginya. Saking sayangnya dia
pernah menciumku, tapi tanpa sadar aku membalasnya dengan mencium
bibirnya, dia memelukku dengan hangat. Tapi aneh kurasakan, dia tidak
menolaknya, malah mulai memainkan lidahnya di mulutnya. Hmm, sungguh
indah saat itu. Tanpa sadar aku mulai meremas payudaranya yang besar
menantang. Dia mulai menjerit lirih. Dari bibir, ciumanku turun ke
lehernya, lama aku bermain di sana. Kak Mira menekan kepalaku seolah
menuntunku untuk menciumi dadanya. Aku mulai nekat, membuka bra-nya dan
muncullah pemandangan yang sangat indah. Mula-mula kuciumi ketiaknya,
sementara tangan kiriku meremas bukit tanpa pelapis itu. Ciumanku
berpindah ke payudaranya. Kucium perlahan pangkalnya, dia nyeletuk,
"Ah.. Andre, nikmat sekali.." lalu kuciumi putingnya yang merah merekah.
Ah, nikmat sekali waktu itu. Kami melakukannya hampir satu jam, sampai
kami sama-sama sadar. Kejadian itu terhenti begitu saja setelah tiga
bulan menikah. Kami kembali melakukannya. Saat itu kutahu Kak Mira
kurang bahagia, karena setelah bulan madunya yang 2 minggu, suaminya
harus kembali ke Pekanbaru. Tinggallah kakakku sendirian.
Suatu malam, aku menemaninya menonton Selasa Drama di SCTV. Saat itu
kembali dia memelukku, kami saling berciuman mesra sekali. Malu-malu aku
mulai membuka pakaiannya. Dia membiarkan saja, bahkan mulai mengusap
permukaan resleting celana panjangku dengan sangat bernafsu. Aku makin
gemas dan bernafsu melihat tingkahnya, pakaiannya kupreteli sampai
lembar terakhir. Tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan kudekatkan ke
arahku. Mukaku persis di depan selangkangannya sehingga aku dapat
melihat gundukan bukit kemaluannya tepat didepan mata. Aku semakin tak
sabar, aku memandang ke atas dan Kak Mira menatapku sambil tetap
tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu. Tanpa aba-aba dariku
Kak Mira menganggukan kepalanya perlahan, seolah mempersilakanku
memmainkan kemaluannya. Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali
merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya yang mulus terus ke atas
sampai kedua belah pahanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun.
Halus sekali kulit pahanya dan begitu seksi dan padat. Aku mengusap
perlahan dan mulai meremas. "Oooh.." Kak Mira merintih kecil, kemudian
jemari kedua tanganku merayap ke belakang, kebelahan bokongnya yang
bulat. Aku meremas gemas di situ. Aahh.. begitu halus, kenyal dan padat.
Tiba giliran lagi aku berhadapan dengan lubang kemaluannya.
Sejenak aku berhenti, menikmati pemandangan itu. Bau alat kelaminnya
langsung menyergap hidungku. Mmm.. harum. Kini terpampanglah sudah
daerah "forbidden" itu, menggembung membentuk seperti sebuah gundukan
bukit kecil mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua
belah pangkal pahanya yang seksi. Sementara di bagian tengah gundukan
bukit kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke
bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang kemaluannya. Dan di
sekitar situ aku mengagumui bulu-bulunya yang seperti kawanan domba di
bukit. Aku hanya bisa melongo menyaksikan keindahan bukit kemaluannya
dan tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan
yang baru pertama kalinya ini. "Oohh.. Kak Mira.. indahnya.." Hanya
kalimat itu yang sanggup kuucapkan saat itu. Selanjutnya aku masih
melongo menikmati keindahan surga dunia milik Kakakku, Mira. Bau yang
keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang kempis
menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku. Aku mulai
menciumi pahanya yang mulus, sementara tanganku sibuk mengusap-usap
pahanya yang lain. Tangannya meremas rambutku sambil berteriak
kenikmatan. Ciumanku mulai naik ke selangkangannya. Kak Mira tidak
sabaran, dia menuntun kepalaku ke arah kemaluannya, aku hanya menuruti.
Kuciumi kemaluannya, remasannya mulai keras, apalagi saat lidahku
bermain di klitorisnya. Aku tak puas juga, aku mengisapnya sekuatnya,
mungkin ciuman di lubang kemaluannya itu berlangsung lebih dari 15
menit.
Kembali aku memandang ke wajahnya, walaupun wajahnya sedikit memerah
karena malu. Ia berusaha untuk tetap tersenyum. Dadanya terlihat sangat
menonjol. Alamak! Buah dadanya itu ternyata memang berbentuk bulat,
ukurannya 34B, warnanya putih bersih, putingnya tampak berwarna merah
muda kecoklatan. Aaah.. cantiknya kakakku ini apalagi kalau sedang
telanjang bulat seperti ini, "Kak.." bisikku lirih. Batang kemaluanku
semakin berdenyut tak karuan. Lalu Kak Mira mengulurkan kedua tangannya
kepadaku mengajakku berdiri lagi. Kini rasanya kami seperti Adam dan
Hawa saja. Bertelanjang bulat satu sama lain seperti kaum nudis saja.
"Aku tahu, kamu tidak pernah bahagia, aku ingin membahagianmu, dengan
cara apapun itu.. kini nikmatilah!" bisiknya mesra. Aku merangkul
tubuhnya yang telanjang merasa terharu. Badanku seperti kesetrum saat
kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika
kedua payudaranya yang bulat menekan lembut dadaku yang bidang. Aaah,
aku merintih nikmat. Jemari tanganku tergetar saat mengusap punggungnya
yang telanjang. Begitu halus dan mulus, aku tak sanggup menahan gejolak
nafsuku. Aku tak tahan lagi, aku menyetubuhinya. "Aahh.. Kak, kita
lakukan di kamar yuk!" bisikku tanpa malu-malu lagi. Kak Mira tersenyum
dalam pelukanku. "Terserah mau melakukannya dimana," sahutnya mesra.
Dengan penuh nafsu, aku segera meraih tubuhnya dan kugendong ke dalam
kamar. Saat itu aku sempat melirik jam dinding ruangan, sudah hampir
pukul 12:00. Kurebahkan tubuhnya yang telanjang bulat itu di atas kasur
busa di dalam kamar tengah. Suasana dalam kamar kelihatan sangat
romantis (maklum kamar pengantin baru). Jantungku berdegup kencang saat
kunaiki ranjang dimana tubuh Kak Mira yang telanjang berada. Ia
memandangku tetap dengan senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas
tubuhnya yang bugil dan menindihnya. Aku tak sabar ingin segera memasuki
tubuhnya. Aku merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan
kulitnya yang halus mulus. Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan
bundar dengan puting-putingnya yang kemerahan sangat menawan hatiku,
namun kutahan sementara keinginanku untuk menjamah buah terlarangnya
itu. "Ah.." ia hanya melenguh pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya
dan batang kemaluanku yang tegang itu mulai menusuk celah bukit
kemaluannya, mencari liang kemaluannya. Kurasakan bukit kemaluannya
terasa lunak dan hangat. Aahh.. tanganku tergetar saat kubimbing alat
vitalku mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara
kedua bibir kemaluannya. "Pelan-pelan Ndree.." bisiknya pasrah. Lalu
dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala kemaluanku yang sudah tak
sabar ingin segera masuk. Kak Mira memeluk pinggangku mesra, sementara
kulihat ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang akan segera
memasuki tubuhnya. Aku mencari liang kemaluannya di antara belahan bukit
kemaluannya yang lunak. Aku tak dapat melihat celah kemaluannya karena
posisi tubuhku yang memang tak memungkinkan untuk itu namun aku berusaha
untuk mencari sendiri. Kucoba untuk menelusup celah bibir kemaluannya
bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan buntu. "Agak ke bawah..
aahh kurang ke bawah lagi, mm.. yah tekan di situ Ndre.. aaww
pelan-pelan.. sakiit.." Kak Mira memekik kecil dan menggeliat kesakitan,
namun segera kupegang pinggulnya agar jangan bergerak.
Akhirnya aku berhasil menemukan celah kemaluannya itu setelah kakakku
itu menuntunku. Aku pun mulai menekan ke bawah, "Hhgkghh.." kepala
kemaluanku kupaksa untuk menelusup ke dalam liang kemaluannya yang
sempit. Terasa hangat dan sedikit basah. Kukecup bibirnya sekilas, lalu
aku berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan batang
kemaluanku sepanjang 16 cm itu seluruhnya ke dalam liang kemaluannya.
Kak Mira mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kemaluanku
yang besar mulai berhasil menerobos liang kemaluannya yang
sangat-sangat sempit sekali. "Tahan Kak.. Kak masukkan lagi! Hhgghh..
ahh sempit sekali Sayang aahh.." erangku mulai merasakan kenikmatan dan
"Sssrrtt," kurasakan kepala batang kemaluanku berhasil masuk dan
terjepit ketat sekali dalam liang kemaluannya. "Aaawww.." teriak Kak
Mira memelas, tubuhnya menggeliat kesakitan. Aku berusaha
menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan
kulumat dengan perlahan. "Mmm.. cuupp.. cuupp." Lalu.. "Hhhgghh.. tahan
sayang! kutekan lagi yaah.." bisikku di antara rasa pedih dan nikmat
karena jepitan liang kemaluannya itu begitu ketat seolah-olah kepala
batang kemaluanku diremas oleh sebuah daging yang sangat kuat
cengkeramannya, walaupun terasa hangat dan lunak. Mmm.. nikmatnya saat
batang kemaluanku menggesek celah kemaluannya.
"Hhh.. liang kemaluan Kakak masih sangat sempit."
"Kemaluanku sakit.. " erang Kak Mira lirih.
"Yahh.. kita tahan dulu, mungkin pemanasannya kurang lama.." bisiknya bernafsu.
Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan memeluknya dengan kasih
sayang. "Aahh.." aku menggelinjang nikmat merasakan kehangatan dan
kehalusan kulitnya. Apalagi saat dadaku menekan kedua buah payudaranya
yang montok rasanya begitu kenyal dan hangat. Puting-puting susunya
terasa sedikit keras dan lancip. Mmm.. mm.. kemudian kurasakan pula
perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat
batang kemaluanku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit
kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang
kemaluannya lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam
situ, tapi aahh.. aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan
kenikmatan. Aku ingin mencumbunya ini dulu, mengulum bibirnya, meremas
dan mengenyot-enyot kedua buah payudaranya, dan terakhir akan kucumbu
seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat
kelaminnya, kujilati bibir kemaluan dan klitorisnya sampai Kak Mira
merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan orgasme sepuasnya. Ia
memandangku dari jarak yang kurang dari 10 senti dan tertawa renyah,
"Mmm.. Kakak bahagia sekali bersamamu seperti ini.." Belum sempat ia
selesai ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang nakal itu. Kak Mira
membalas ciumanku dan melumat bibirku dengan mesra. Kujulurkan lidahku
ke dalam mulutnya dan Kak Mira langsung mengulumnya hangat, begitu
sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah
menelusuri sambil mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai
ke pinggulnya yang hangat padat dan kuremas gemas.
Ketika tanganku bergerak ke belakang ke bulatan bokongnya yang bulat
merangsang, bersamaan dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku
menggesek tubuh Kak Mira yang bugil terutama pada bagian selangkangan
dimana batang kemaluanku yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan
bukit kecil milik Kak Mira yang empuk. Kugerakkan pinggulku secara
memutar sambil kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir
kemaluannya yang empuk sambil sesekali kutekan-tekan nikmat. Kak Mira
ikut-ikutan menggelinjang kegelian, namun ia sama sekali tak menolak
walaupun beberapa kali kepala batang kemaluanku yang tegang salah
sasaran memasuki belahan bibir kemaluan, seolah akan menembus liang
kemaluannya lagi. Ia hanya merintih kesakitan dan memekik kecil kalau
aku salah menekan. "Aawww.. saakiit.." erangnya membuatku makin
terangsang saja. "Aahh.. sshh.." aku melenguh keenakan. Setan-setan
burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut, seolah bernyanyi
"Hangat terasa, terlena..". Beberapa menit kemudian setelah kami puas
bercumbu, bibirku menggeser tubuhku ke bawah sampai mukaku tepat berada
di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah apel. Kini ganti
perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu. Woow.. enakk.
Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai menggerayangi "Gunung Fuji"
miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua payudaranya. Kelima jemari
masing-masing tanganku kurenggangkan satu sama lain dan membentuk
seperti cakar burung dan aku mulai menggesekkan ujung-ujung jemariku
mulai dari bawah payudaranya di atas perut terus menuju gumpalan kedua
buah dadanya yang kenyal dan montok. Kak Mira merintih dan menggelinjang
antara geli dan nikmat. "Mm.. mm.. iih geli.." erangnya lirih.
Bersambung ke bagian 02