Aku dan 3 Sepupuku
Sebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy
tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari
Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota
Solo.
Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 4 tahun lalu,
tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 1 berumur 16 tahun.
Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku. Saat itu
aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30
tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih
kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2
orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun
kelas 3 SMK dan adik dari suami Kak Fitri bernama Asih berusia 14
tahun.
Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga
saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu
dianatara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat
seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya
woow..terlihat sangat oh..ooght nggak ku-ku bo..
Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu
yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi
setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak
tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani
mencium kening dan membelai rambutnya yang harum. Malam berikutnya aku
sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai
meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat
vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang..oh..oh.., aku
melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari
mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan.
“Ah..ught..hh..hmm” desahan Mbak Wina mulai terdengar.
Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi
vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut
sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku
meleset.
Ia malah berkata, “Dik teruskan.. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja..”
Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan
kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu
kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku
emut yang kiri dan kanan bergantian.
“Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!”
“Nggak apa-apa kok Dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada Mbak
karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.
Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok
bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang
menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut.
“Cup..cup..sret.. srett”, suara jilatan lidahku.
“Ought..ought..terus Dik enak..!!”
Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera
mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang
kedalam vaginanya yang basah.
“Ehmm..oh..ehh.. mmhh”, rintih kakakku keenakan.
Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia.
“Crot..cret..crett.. crett”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.
“Oh..”
Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar.
“Terima kasih Dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”
“Ok deh mbak”, sahutku.
Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan
sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut
penghuni rumah yang lain pada tahu, sehingga suatu ketika kejadian itu
aku ulang lagi.
Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi, saat Mbak Fitri dan
adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak
terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada
hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela.
Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya
dengan erat dari balakang.
“Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach.. sayang..!” pinta Kak Wina.
Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.
“Hm..eght.. hmm.. eght..!”
Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar.
Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua
pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa
sehelai benang pun yang menempel. Wow..tubuh kakakku ini memang benar
sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal,
payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan
yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho.. bukit kecil
kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.
Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing
itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap
gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bisa melihat tubuh masing-masing.
Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya
yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang
mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil
bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.
Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah
pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang
kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar
lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit
pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku.
“Ught..ugh..hah oh..oh..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.
Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang
membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot
semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin
saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada
yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya,
Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa
suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka
ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang
lupa tak aku kunci. Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut
bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan
kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan
kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.
“Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah
seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.
“Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
“Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.
“Boleh”.
Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.
“Ck.. ck..ck..ck..”, guman ku.
Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.
Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar
kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak
kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A
vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.
Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku
membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya
kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum
sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu
itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut,
sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam
vagina satu sama lain.
Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring
baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku.
Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku
semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku
menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat
terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.
Giliran mereka mengulum penisku bergantian.
“Hoh.. hoo.. hh.. ehmm”, desah mereka bertiga.
Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara
dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling
peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka
memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.
“Dik aku mau keluar”
“Mas aku juga”
“Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
“Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
“Boleh”, kata Mbak Fitri.
Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu
persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan
main.
“Srep.., srep”.
Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka
kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat.
Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina
Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit
kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi
vaginanya masih sempit seperti perawan saja.
“Dik enak.. Uh.. oh..teruss!”, desahnya.
“Emang kok Kak.. hh ehmm..”
“Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.
“Tunggu sebentar sayang.”
Sekitar 10 menit aku main sama Kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan
pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia
masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk
ke liang vaginanya.
“Mas.. sakit.. mas.. oght.. hhohh..”, jerit kecil Asih.
“Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
“Benar Mas sekarang nikmat sekali.. oh.. ought..”
Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, Kak Fitri dan Kak Wina tak
ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke
vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia
memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang
masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam
kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.
Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai
puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas
penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar
aku bisa menetek, eh.., bener juga lama-lama air susunya keluar lagi,
kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat
posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat
di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya.
Ia mendesah seperti kepedasan.
“Ah.. huah.. hm..!”
Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap
Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah.
Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.
“Ought.. hmm.. cret.. crot..”
“Enak Mas..!” desah Asih.
Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan
spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami
berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan
letih yang kami rasakan.
Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati
sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu
mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun
berempat.