Adik Tiriku Pemuasku
Dari semua pengalaman gue selama ini,
yang pertama-tama gue mau cerita adalah pengalaman gue dengan seorang
yang bernama Bella, sebutlah seperti itu namanya. (gue pake nama samaran
karena ga mau ada orang yang bisa menebak siapa gue sebetulnya)
Sesungguhnya si Bella ini adalah adik gue sendiri. Kita satu ayah tapi
beda ibu. Dia bertumbuh dan besar di kampung selama ini. Dan pada suatu
saat (gue ga mau sebut tahunnya, takut ketebak ma orang), dia datang ke
kota dimana gue dan kakak perempuan gue tinggal (kakak perempuan gue itu
adalah saudara kandung gue dan dia sudah punya suami, sementara gue
tinggal dirumahnya).
Bella waktu itu baru tamat smp dan mau melanjutkan sekolah ke jenjang
smu sementara gue masih kuliah tingkat skripsi tetapi sudah sambil
bekerja. Dan sejak gue perhatikan kedatangannya, dalam hati gue
berpikir, ini anak kampungan banget sih.
Pokoknya masih polos-polos gitulah. Gue biasa-biasa aja pada permulaan
melihat dia, walaupun yang gue perhatiin dari dia adalah bahwa dia
mempunyai kulit yang cukup putih bersih dan tubuh yang padat walau
tinggi badannya sangat tidak ideal. Tapi tetap menarik untuk dilihat
pada umumnya.
Dan berlalulah waktu tanpa terasa dirumah kakak gue ini dengan kehadiran
penghuni baru ini. Selayaknya seorang adik, dia memanggil gue dengan
sebutan kakak , tentunya. Si Bella ini tidurnya dengan keponakan gue
yang masih SD. Dan karena jadwal sekolahnya masuk siang jadi kalau
pulang kerja, gue menyempatkan diri untuk menjemput dia (karena tingkat
skripsi jadi hanya kadang-kadang aja ke kampus)dan pulang bareng-bareng
ke rumah.
Oiya, ada beberapa waktu lamanya ketika ibu gue dari kampung juga sempat
tinggal di rumah kakak gue untuk menemani adik gue ini beradaptasi
dengan lingkungan yang baru dialaminya. Dan gue suka memperhatikan kalau
bangun pagi, adik gue ini tidak langsung melakukan aktivitas tetapi dia
menunggu dulu, ibu gue yang suka mengusap-usap telinganya sebagai
ritual pagi yang harus dilakukan dan baru setelah itu dia akan bangun
dan melakukan aktivitas dirumah.
Dan disitulah awal daripada semua cerita ini. Ketika saatnya ibu pulang
ke kampung, kalau pagi-pagi gue bangun untuk siap-siap kerja, gue
perhatikan adik gue ini belum bangun. Paling gue hanya masuk ke kamarnya
dan lihat dia sudah buka mata tapi belum mau bangun (sementara
kebiasaan keponakan gue yang tidur bersamanya adalah, kalau bangun pagi
langsung pergi ke kamar ayah dan ibunya untuk dimanja-manja). Pertamanya
sih, gue biasanya hanya bilang ke dia seperti ini misalnya:”Ayo bangun
Bella, bantu-bantu sana di dapur…” Gue hanya ingetin dia supaya rajin
karena kita hanya menumpang tinggal saja.
Tetapi entah kenapa, suatu pagi terlintas di benak, adik gue ini kasihan
juga karena dia sebetulnya membutuhkan kasih sayang dari orang tua,
setidaknya dari ibu yang biasanya mengelus-elus telinganya ketika dia
terbangun dipagi hari. Dan pada pagi itulah setelah gue selesai mandi
dan pergi ke kamarnya, gue rebahan disamping dia yang selalu posisi
tidurnya dengan gaya tidur samping dan langsung mengelus-elus telinganya
sambil mengatakan:”Kamu pasti kangen diginiin sama ibu ya…” si Bella
membalikkan badannya dan hanya tersenyum senang saja. Lalu selanjutnya,
beberapa hari ke depan, setiap pagi gue datang kekamarnya dan mengelus
telinganya tanpa punya perasaan apa-apa.
Hingga pada suatu pagi, gue masuk ke kamarnya dan seperti biasanya
langsung mengelus-elus telinganya, ehhh, ketika dia membalikkan
badannya, tangan gue yang tadinya berada di telinga terturun karena
gerakan tubuhnya menjadi bersentuh dengan payudaranya. Entah kenapa, gue
mengalami perasaan yang berbeda saat itu. Lain banget perasaannya. Ada
sedikit mengalami ketegangan.
Ketegangan pada jantung yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ketegangan
pada nafas yang sedikit tertahan. Dan ketegangan pada penis gue yang
tiba-tiba menjadi keras. (sebetulnya ga aneh kalau penis pria mengeras
dipagi hari, karena itu memang sudah kodratnya, menurut ilmu kedokteran)
Tapi yang gue rasa aneh adalah ketika gue sudah mulai menikmati semua
ketegangan ini. Dan entah setan darimana yang sudah menunggu kesempatan
ini untuk menjatuhkan iman gue, entah kenapa ketika adik gue telentang
seperti biasanya kalau sudah mulai dielus telinganya, seharusnya gue
memilih mengelus telinga yang terdekat dengan posisi gue disampingnya.
Tapi kali ini, gue bersikap diluar kebiasaan, yaitu dengan mencari
telinga yang justru disebelah kirinya.
Sudah pasti dapat ditebak, dengan posisi kita berdua sama-sama tidur,
tentu saja ketika gue meraih telinga yang disebelah kiri, maka itu
berarti gue harus menjulurkan jangkauan lebih jauh dan itu artinya bahwa
lengan gue akan menindih payudaranya yang terliwati oleh tangan gue.
Dan jujur, itulah sebetulnya yang gue sudah rencanakan dengan tiba-tiba
pada pagi itu. Sementara gue mengelus telinganya, pada saat itu juga,
lengan gue tergesek-gesek oleh payudaranya yang menyembul.
Mungkin bisa dikatakan tidak terlalu montok, tetapi lumayanlah untuk
merasakan bahwa itu adalah payudara perempuan yang sedang ranum-ranumnya
berkembang. Tapi gilanya, itu adalah payudara adik gue sendiri! Adik
tiri, tepatnya!
Kejadian pagi itu, menjadi berulang pada hari-hari selanjutnya.
Kadang-kadang adik gue terlentang kalau dielus telinganya tapi sering
juga dia hanya dalam posisi miring tidurnya, sehingga kalau demikian
yang terjadi maka gue tidak bisa merasakan sentuhan dengan payudaranya.
Tetapi ada kebiasaan baru yang gue dapatkan kalau seandainya adik gue
tidur pada posisi miring: maka karena tidak terlihat oleh dia, gue
sambil tengkurap tidurnya, tangan memegang telinganya, tetapi badan gue
gesek-gesekan ke kasur sambil membayangkan sedang bersenggama dengan
wanita.
Jujur, kalau sudah melakukan gesekan seperti itu, biasanya gue tidak
akan berhenti menggesekan penis gue itu hingga akhirnya benar-benar
orgasme.
Mungkin sensasi yang gue dapatkan karena gue menyentuh telinga seorang
wanita, meskipun itu adalah adik gue sendiri.
Kejadian sejak saat itu
akhirnya menjadi kenikmatan baru gue. Dan itu bertambah aneh rasanya,
kalau gue sedang membonceng adik gue dimotor ketika jemput dia pulang ke
rumah.
Dalam perjalanan, pasti ada saja situasi yang membuat payudaranya
tersentuh dengan punggung gue, rasanya, badan gue langsung jadi tegang
dan pikiran mendadak menjadi kotor, membayangkan hal yang tidak-tidak
bersama adik gue ini. (dia kalau dibonceng tidak pernah pegangan
dibagian tubuh gue)
Tetapi semua itu hanyalah pikiran didalam hati yang masih jauh untuk
dilaksanakan dalam kenyataan. Hingga pada suatu saat, gue lupa kapan
tepatnya adik gue ini curhat, bahwa dia lagi dekat dengan seorang pria
teman sekolahnya.
Entah kenapa, waktu mendengar cerita itu, gue pura-pura seneng tapi
dalam hati seperti ada kata penolakan. Menolak kalau menerima kenyataan,
adik gue akan berpacaran dengan seorang pria. Dan kenyataan
selanjutnya, gue mencari tahu siapa cowo yang sedang dekat sama dia.
Waktu gue jemput dia pulang suatu saat (oiya, gue ga selamanya bisa
jemput dia karena terkadang pulang dari kerja langsung ke kampus) gue
tanya apakah ada cowo yang naksir dia, diantara murid-murid sekolah yang
sedang kumpul didekatnya. Dan dia menunjukkan seorang cowo: tinggi,
putih dan cakep (bukan ganteng loh) Lalu langsung timbul perasaan aneh
lagi.
Sepertinya, perasaan ini adalah perasaan cemburu. Gue yakin banget. Itu
adalah perasaan cemburu. Kalau itu memang perasaan cemburu, apakah ini
berarti tanpa gue sadari, gue sudah mencintai adik gue sendiri? Atau
sedikitnya, menyukai dia? Ada perasaan gue tidak mau kehilangan dia.
Lalu apa yang harus gue lakukan?
Seperti biasanya pada pagi selanjutnya, ritual memegang telinga
dilakukan kembali. Tetapi pagi itu, tekad gue sudah bulat. Kali ini akan
berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Ketika gue rebahan disampingnya,
seperti biasanya dia tidur gaya menyamping.
Dia tidak terlentang ketika gue mengelus telinganya, sehingga rencana
yang sudah disusun sebelumnya berganti. Hanya sebentar gue mengelus
telinganya, dan sebagai gantinya, jari tangan gue sekarang menekan-nekan
bagian pundaknya, sambil seakan-akan sedang memijit dengan lembut.
Nafas gue langsung memburu dengan tindakan gue ini. Jantung serasa mau
copot karena ini tindakan yang tidak biasa dilakukan pada adik gue ini.
Pertama, dia hanya diam saja, tetapi lama-kelamaan dia sudah mulai
menggelinjang dengan pijitan gue ini.
Gilanya, gue juga mendekatkan mulut gue ketelinganya dan bilang:”Enak ya
‘de…” dan dia hanya menjawab singkat:”Heeh…” Sebelum ponakan gue masuk
kamar dan melihat kejadian yang diluar kebiasaan ini, gue langsung
hentikan pijitan kecil ini dengan harapan besok akan dilanjutkan.
Dan
itulah yang terjadi kemudian, besok paginya, gue kembali datang ke
kamarnya dan hanya sebentar untuk mengelus telinganya dan langsung
memijit tubuhnya lagi dari samping.
Tetapi kali ini, gue sudah lebih berani lagi untuk memijit langsung
dengan memasukkan tangan gue kedalam kaosnya. Tentu saja dia menjadi
kaget, karena tentunya berbeda kalau dipijit ada kaos yang menjadi
penghalang dan dipijit tangan langsung ketemu dengan kulit.
Tapi dengan sigap gue bisikkan, “Biar ga seret tangan gue memijitnya…”,
Alasan yang masuk akal!!! Dan bertambah berdegup jantung ini waktu mijit
dan kena bagian bra. Seakan-akan pengen langsung buka aja bra-nya biar
sensasinya semakin gila.
Jujur gue harus bilang, adik gue ini permukaan kulitnya, sangatlah
mulus. Dan karena dia membelakangi gue dia tidak tahu sambil memijitnya,
gue tengkurap dan menggesek-gesekkan penis gue ke kasur, hingga
akhirnya gue orgasme seperti biasanya. Kalau sudah seperti itu, gue akan
dengan cepat-cepat keluar kamar. Nafsu seakan langsung reda kalau sudah
tertumpah sperma ini.
Hingga pada suatu pagi, petualangan gue semakin bertambah derajatnya.
Karena sudah terbiasa dengan memijit bagian punggung, gue sekarang sudah
mulai pelan-pelan menyusuri bagian depan tubuhnya. Dengan posisi dia
tidur tengkurap, itu pasti susah dijangkau.
Tetapi dengan posisi tidur miring, maka segalanya menjadi mudah. Dan
yang terjadi adalah, pelan-pelan gue memijit dia seperti biasanya, naik
turun pundak-punggung-pinggang. Dan setelah cukup dirasa waktunya, gue
mulai memijit bagian pinggang samping dan mulai naik ke ketiaknya.
Pertama-tama dia merasa kegelian, tetapi lama-kelamaan dia terbiasa juga
dengan sentuhan gue ini. Dan ketika dia sudah terbiasa, tangan gue
mulai merambah kebagian yang lainnya. Sudah mulai berani lagi maju
kebagian depannya, yaitu kebagian perut.
Berputar-putar memijit bagian perutnya (lebih tepatnya sih, seperti
hanya mengelus saja) dan mulai berani naik kebagian yang lebih atas
lagi, dan sudah bisa ditebak, tangan gue akan bertemu dengan payudaranya
disana.
Bayangkan, kalau sebelumnya, gue pernah merasakan bersentuhan dengan
payudaranya, itu hanya sebatas sentuhan lengan saja dan dipisahkan
dengan baju atau kaus yang melekat ditubuhnya, tetapi sekarang, jemari
tangan seorang kakak akan dengan sengaja memulai petualangannya untuk
menyentuh bagian payudara dari adiknya sendiri. Tepatnya, adik
tirinya!
Kebiasaan gue yang paling baik adalah, selalu sabar. Jangan
terburu-buru. Gue akan melihat dulu bagaimana reaksi dari adik gue ini
ketika tangan gue perlahan sudah mulai naik kebagian atas tubuhnya,
yaitu kebagian payudaranya. Rasanya tidak masuk akal kalau dia tidak
merasakan pergerakan tangan gue yang sudah mulai kelihatan aneh.
Tetapi tidak masuk akal juga, kalau seorang wanita sudah membiarkan
tangan laki-laki lain menjamahnya sudah semakin jauh, meskipun itu
adalah kakaknya sendiri, lalu kemudian tiba-tiba menolaknya dengan
drastis. Dan yang terjadi kemudian adalah, penolakan terjadi juga
terhadap tangan ini dengan dikibaskannya dengan pelan tangan gue oleh
adik gue dan kemudian dia mengambil posisi tengkurap, yang artinya,
cukup sampai disini usahamu kakakku. Yang bisa gue lakukan hanya
mengeluarkan tangan gue dari dalam kaosnya, dan kemudian kembali memijit
punggungnya dari luar sebentar saja dan selanjutnya keluar dari kamar.
Oiya, gue terkadang merasa bersyukur juga karena selama ini, kakak gue
dan suaminya, apalagi keponakan gue yang masih kecil itu, tidak menaruh
curiga dengan kegiatan gue tiap pagi di kamar dimana adik gue tidur,
karena pasti mereka berpikir, gue adalah kakak yang baik, yang tidak
mungkin berpikiran macam-macam.
Tapi yang gue ingat pada pagi
selanjutnya adalah, usaha untuk bisa melangkah lebih jauh tetap dengan
gigih gue lakukan. Singkat cerita, jemari tangan gue dari posisi perut,
sudah menunjukkan tanda-tanda akan segera naik kebagian atas. Dan
anehnya, adik gue seperti tidak lagi perduli, entah dia menikmati juga
pergerakan jemari gue yang mengusap tubuhnya dengan lembut, atau entah
dia juga merasa tidak enak kalau melawan kehendak kakaknya yang sudah
kebawa nafsu kotor ini.
Hingga akhirnya, jemari tangan gue sudah mulai tiba dibagian
payudaranya, tetapi tentu saja payudaranya tertutup dengan bra yang
dikenakannya.
Bagi gue itu tidak penting! Yang penting adalah, adik sudah mengetahui
apa rencana gue terhadap dirinya dan menangkap sinyal yang telah gue
berikan selama ini kenapa tiap pagi gue menjadi rajin masuk kedalam
kamarnya, dan kalau dia sudah tidak menampik tangan gue, itu berarti dia
sudah setuju untuk gue gerayangin seluruh tubuhnya tanpa syarat apapun
juga.
Itulah yang terjadi, gue tidak berhenti menelan air liur gue ketika gue
sudah mulai menjelajahi payudara sebelah kanannya. Meskipun tertutup
bra, tetapi sensasinya sampai bikin gue pusing ketika gue meremasnya.
Gue tidak bisa melihat bagaimana reaksi wajah adik gue ketika gue
menekan dengan lembut payudaranya karena dia berposisi tidur menyamping.
Tapi gue bisa memastikan, tubuh gue seakan melayang dengan tindakan gue
yang tidak senonoh ini. Apalagi ketika gue kemudian berpindah lagi
untuk menekan payudaranya yang lain.
Dari sentuhan lembut, pelan-pelan mulai agak meremas dengan keras dan
itulah kali pertamanya gue mendengar suara adik gue yang mulai
mendesah-desah. Sepertinya, gayung bersambut dengan positif dan ini
menambah semangat gue untuk melakukan aksi nikmat selanjutnya.
Logikanya, kalau dia tidak menikmati, atau hanya sekedar terpaksa, tidak
mungkin dia akan mendesah.
Karena mendesah bagi gue artinya adalah, dia menikmati semua sentuhan
ini. Tidak puas hanya membelai dan meremas dengan bra menjadi
pemisahnya, maka jemari tangan gue sudah mulai menyelusup masuk kedalam
payudara yang sebelumnya tersembunyi itu.
Ketika itu terjadi, wowww…rasanya, jantung gue sudah mau copot saja.
(ini bukan kali pertama gue menyentuh payudara wanita, tetapi kalau itu
adalah payudara adik sendiri, disinilah sensasi yang tak terkatakan
dapat dirasakan) Pertamanya, dia agak menggelinjang ketika jemari gue
menyentuh putingnya. Entah karena kaget atau mungkin karena kenikmatan.
Tapi yang pasti gue tidak akan membuang waktu lagi untuk segera
menggesek-gesekan penis gue kekasur sambil terus mulai meremas-remas
payudaranya.
Semakin cepat gue menggesek penis dikasur, semakin kuat gue meremas
payudaranya. Dan ketika tiba waktunya untuk orgasme, gue benar-benar
menikmati semuanya itu dengan puas tetapi dengan masih sejuta penasaran
yang lain yang seakan muncul: apakah hanya sejauh ini? Apakah gue cukup
puas dengan masturbasi sendiri sambil menyentuh bagian tubuh dari adik
sendiri?
Anehnya, ketika gue punya kesempatan menjemput dia pulang dari sekolah,
sepanjang perjalanan pulang di motor, kita berdua seakan-akan pura-pura
tidak tahu apa yang terjadi setiap paginya dengan hubungan kita berdua.
Justru yang dibicarakan oleh adikku itu adalah tentang cowo yang sedang
terus mengejarnya. Dan setiap mendengar cerita itu, tiba-tiba saja
muncul perasaan aneh didalam perasaan gue ini, yaitu perasaan nafsu
birahi untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih lagi terhadap adik gue
ini.
Dan itu memang terjadi pada suatu pagi selanjutnya. Kalau yang
sudah-sudah, gue membiarkan dia dalam posisi tidur samping dan gue akan
menggerayangi tubuhnya dengan puas tanpa kita berdua harus bertatapan
muka (gue pikir-pikir, itu pasti cara teraman yang dilakukan adik gue
supaya kita berdua tidak menjadi malu kalau sampai bertatapan muka
ketika terjadinya perbuatan ini) tapi pagi itu, gue langsung menariknya
dengan pelan agak tidur dengan posisi terlentang.
Selanjutnya tanpa takut ataupun malu, gue langsung menindihnya dengan
tubuh gue diatas tubuhnya dan langsung gue beraksi. Suasana pagi yang
masih gelap tanpa adanya lampu sangat menunjang aksi seperti ini karena
sesungguhnya, kita berdua tidak dengan jelas bisa saling memandang.
Gue langsung mencium bagian lehernya dengan lembut sembari tangan gue
langsung masuk kebagian tubuhnya. Sebenarnya rencana gue hanya
sederhana, seperti yang sudah-sudah, gue harus orgasme karena
menggesek-gesekan penis gue ini. Tapi kalau sebelumnya gue menggesekkan
penis ini di kasur tapi kali ini gue harus gesekkan diatas bagian tubuh
adik gue ini. Dan gue mencari posisi yang pas hanya untuk urusan penis
yang diarahkan kebagian selangkangannya. Gue tidak butuh tangan masuk
kedalam payudaranya tetapi cukup hanya meremas dari luar, tetapi yang
penting, penis gue yang sudah menegang itu digesek-gesekan kebagian
selangkangannya saja. Itu sudah menambah sensasi nikmatnya seks gue ke
jenjang yang lebih tinggi lagi. Selama perbuatan ini berlangsung,
samar-samar gue melihat tampang adik gue seperti menutup matanya dengan
terpaksa (mungkin untuk menghindari tatapan langsung dengan gue) tetapi
dia tidak dapat menutupi mulutnya yang perlahan mendesah-desah menikmati
gesekan penis gue diatas vaginanya yang tertutup oleh short yang
dikenakannya.
Gue sangat puas dengan kejadian saat itu, karena sebetulnya secara
terbuka, adik gue sudah memberikan tanda, bahwa dia tidak keberatan
dengan aksi gue selama ini dan bahkan mungkin menikmatinya dengan
sangat.
Dan itulah memang perangkap setan: kita tidak pernah puas dengan apa
yang sudah didapatkan tetapi malah penasaran untuk mencoba ke jenjang
yang lebih tinggi.
Dan kesempatan untuk merasakan sesuatu yang lebih
nikmat lagi datang pada gue dan adik. Itu bermula ketika kakak ipar gue
harus tugas luar kota. Seperti biasanya, keponakan gue akan pindah tidur
bersama ibunya dan itu berarti bahwa adik gue akan tidur sendiri.
Sepanjang hari gue sudah merencanakan untuk melakukan aksi yang lebih
hebat lagi. Walaupun jujur, gue tidak berharap banyak kalau rencana dan
aksi ini akan berlangsung mulus. Ketika malam tiba, jantung gue berdetak
dengan cepat karena menanti kapan saatnya seluruh penghuni akan
tertidur dengan lelap, khususnya kakak dan keponakan.
Sedikit-sedikit mata melihat kearah jarum jam sambil berpikir kapan
waktu yang tepat. Mungkin karena saking tegangnya, malam itu entah
kenapa, gue jatuh tertidur dengan lelapnya. Ketika bangun pagi, di otak
langsung muncul harus kekamar adik.
Tetapi ketika gue membuka gagang pintunya, ternyata terkunci dari dalam.
Dan baru mengertilah gue selama ini, kalau pintu biasanya tidak
terkunci, itu karena keponakan gue sudah bangun dan pindah kekamar orang
tuanya. Sementara kali ini terkunci karena adik gue masih tidur.
Tapi gue membaca kejadian ini sebagai petunjuk bahwa, bisa saja adik gue
tidak mau memberikan kesempatan untuk gue agar bisa masuk kekamarnya
dan itu artinya suatu tanda yang buruk bagi gue secara pribadi.
Gue bertanya, apa iya adik gue memang tidak menginginkan kehadiran gue
dikamarnya? Apa iya selama ini dia terpaksa menerima aksi bejat gue?
Atau mungkin dia sudah sadar bahwa semua ini adalah tidak etis dan dosa?
Sempat kacau perasaan ini sepanjang hari itu sambil menebak-nebak apa
yang sebetulnya sedang terjadi.
Terlebih pada pagi itu sampai gue berangkat ke kantor, gue tidak melihat
adik keluar dari kamarnya. Sehingga pada malamnya, ketika pulang kantor
dan juga tidak melihat adik di ruang tamu, ruang makan ataupun ruang
TV, gue berpikir, lenyap sudah rencana-rencana jahat yang ada di otak
yang akan dilakukan terhadap adik gue itu.
Sehingga akhirnya, malam itu gue pergi tidur agak cepat dari biasanya.
Tapi disitulah letak misterinya dosa: antara sadar dan tidak sadar, gue
mendengar ada suara yang membangunkan gue dari tidur ditengah malam.
Ketika gue membuka mata, adik gue sudah didepan gue sambil memohon:”Ka,
temenin aku tidur donk…hujan keras dan petir, bikin aku ketakutan…” dan
memang benar, diluar terdengar hujan keras, tapi tidak terdengar
petirnya. Entah kenapa, yang ada dipikiran gue saat itu adalah, apakah
kakak gue harus mengetahui gue tidur menemani adik tiri kita malam itu.
Mungkin karena memang ada apa-apanya, gue takut kalau kakak gue tahu
kejadian ini. Tentu saja gue dengan senang hati akan menemani dia tidur
tapi kakak gue tidak boleh mengetahuinya.
Jadi yang gue lakukan adalah, suruh dia pergi kekamarnya duluan dan
berjanji akan menyusul. Gue takut kalau nanti terdengar berisik kalau
kita berdua berjalan bersama-sama.
Mungkin sekitar setengah jam baru kemudian gue menyusul kekamarnya, dan
tentu saja kali ini kamar tersebut tidak terkunci. Gue melihat dalam
kegelapan adik gue tidak bereaksi dengan kedatangan gue ini, mungkin dia
sudah kembali tertidur pulas atau mungkin, justru pura-pura tidur.
Gue
langsung mengambil posisi berbaring disebelahnya dan tentu saja kembali
jantung berdegup dengan keras (saat ini saja ketika sedang kembali
menuliskan pengalaman ini, jantung gue berdebar-debar, karena
seakan-akan kejadian itu masih ada didepan mata) ketika rebah tidur
disampingnya.
Gue sempat memejamkan mata tetapi itu hanya terjadi sebentar saja.
Debaran jantung membuat gue tidak bisa menutup mata lama-lama. Dipikiran
saat itu adalah, gilaaaaa….sekarang tidur disamping gue adalah wanita
yang sudah menjadi korban pelampiasan seks yang tidak direncanakan dan
selama ini gue sudah sangat bersyukur menikmati hanya dengan tangan gue
yang meraba-raba bagian tubuhnya.
Disamping gue tidur wanita yang tadi malam gue punya rencana untuk
mengajaknya berpetualang seks lebih jauh lagi tapi sepertinya waktu
tidak berpihak padaku. Disamping gue telah berbaring, adik tiri gue
sendiri.
Perlahan gue mulai berganti posisi tidur dengan gaya menyamping
sementara hujan masih terdengar dengan kerasnya, tetapi tetap belum
terdengar suara petir seperti yang dikatakan adikku ini.
Gue melihat adikku ini hanya bahunya saja karena memang inilah gaya
tidurnya. Masih jelas diingatan gue, adik gue ini suka tidur dengan kaos
dan short. Itulah yang membuatnya tidak menggairahkan dan seksi karena
tidak ada sesuatu yang tersingkap. Kalau saja dia memakai daster, pasti
akan seksi banget melihatnya dia tidur.
Tapi semua itu tidak membuat pikiran kotor dari kemarin, luruh dengan
sendirinya. Bisa satu ranjang dengan seorang wanita, siapapun itu
orangnya, adalah anugrah dan menimbulkan sensasi.
Tapi cukup waktu lama untuk mengambil keputusan agar merapat mendekat
kepada tubuhnya. Karena hal ini tetap harus diperhitungkan. Kalau pagi
hari menyentuhnya itu karena ada alasan ritual memegang telinga pada
awalnya tetapi pada malam ini, apa alasannya untuk menyentuhnya? Tetapi
otak ini berlogika, tidak mungkin dia tidak tahu apa resikonya mengajak
kakak tirinya ini tidur satu ranjang sepanjang malam ini kalau dia tidak
mempertimbangkan apa yang sudah terjadi pada hari-hari sebelumnya.
Seharusnya, dia pasti sudah mengambil resiko dengan apa yang akan dibuat
oleh kakaknya pada malam ini. Mungkin dia berpikir, lebih takut kepada
setan ditengah malam ini daripada takut kepada kakak tirinya yang sudah
jelas-jelas memiliki nafsu birahi kepada adiknya sendiri.
Dimulailah per jalanan yang menegangkan malam itu. Pertama, gue hanya
menyentuh pinggangnya dengan tangan tanpa melakukan gerakan apa-apa. Ini
hanya mau menguji, apakah dia mau menolak atau hanya berdiam saja.
Sumpah, jantung gue memompa dengan keras karena harus mengalirkan darah
dengan cepat ke penis yang mulai ereksi dan otak yang mulai tegang.
Untuk sekian lama dia hanya berdiam diri saja. Apakah memang benar-benar
sudah tertidur, atau pura-pura tidak perduli dengan tangan yang ada
dipinggangnya? Ini membuat gue semakin tegang karena sudah akan menambah
sentuhan ke jenjang yang lebih tinggi. Kali ini tangan gue mulai
memegang lengan tangannya dan merapatkan tubuh semakin dekat.
Kemudian mulai memberikan kecupan ringan dibagian punggungnya yang
terilindung oleh kaos yang digunakannya. Tidak ada reaksi untuk sekian
saat. Dan itu semakin membuat gue berani untuk melakukan hal lainnya.
Jemari tangan sekarang mulai turun kebawah dan mengelus paha sampingnya
sambil mulai meremas pantatnya, sesuatu yang belum pernah gue lakukan
sebelumnya. Terus kecupan-kecupan singkat dilayangkan dibagian
punggungnya sambil tangan terus menggerayangi bagian pahanya. Sesudah
dirasa cukup waktunya, akhirnya gue menarik pelan tubuhnya yang
menyamping itu agar menjadi posisi terlentang.
Gue menghindari untuk melihat wajahnya secara langsung meskipun kamar
dalam keadaan gelap jadi yang gue lakukan adalah langsung membenamkan
kepala kebagian bawah tubuhnya, tepatnya dibagian paha kebawah, sembari
terus memberikan kecupan-kecupan kering (maksudnya tidak pake lidah
ciumnya) sudah pasti dia kegelian karenanya tapi gue masih tidak pasti
apakah dia kegelian dalam tidurnya atau memang sudah terjaga dari tadi.
Itu tidak penting untuk mengetahuinya, yang penting adalah sejauh ini
adik gue tidak mengadakan penolakan terhadap aksi gue itu. Dan
selanjutnya gue sudah mulai berani merangsek kebagian atas. Gue tetap
menciumi seluruh bagian tubuhnya yang tertutup short dan kaos.
Tapi ciuman itu tidak mengurangi sensasi yang gue rasakan dan tentunya
yang dirasakan olehnya. Apalagi ketika gue sudah tiba dibagian
payudaranya, gue menggigit dengan pelan, meski tertutup kaos dan bra,
tapi dia bisa merasakan sentuhan kecil ini karena sementara tangan gue
juga menelusuri bagian selangkangannya dengan jemari gue ini.
Ada suatu saat ketika gue menekan shortnya dibagian yang gue rasa itu
adalah posisi vaginanya berada, dan yang terjadi adalah, desahan pelan
yang membuat gue semakin berani. Tapi tetap gue belum bertatapan
langsung dengan matanya karena gue sibuk membenamkan kepala gue diantara
dua payudaranya. Gue tetap takut untuk melihat dia secara langsung.
Badan gue ini saja masih belum berani untuk menindihnya seperti
pagi-pagi sebelumnya. Gue bener-bener mau semua berlangsung dengan
lembut dan menggairahkan dirinya untuk menikmati sentuhan selanjutnya.
Dan setelah berlangsung cukup lama foreplay tersebut, gue mulai
menaikkan kepala gue untuk langsung pergi kearah lehernya. Tetap gue
hanya melihat secara sejenak bagaimana adik gue memeramkan matanya dan
gue menikmati hal tersebut, karena kita berdua seakan-akan secara tidak
langsung mengatakan: ini bukan hubungan adik dan kakak.
Ini bukan hubungan terlarang. Ini hubungan yang saling memberi
kenikmatan satu kepada yang lainnya. Dimulailah penjelajahan terhadap
lehernya. Dia menggelinjang setiap gue mengecup dia dengan kecupan basah
(ini baru pake lidah gue) dan sementara tangan gue tetap menjelajah
bagian tubuh lainnya, karena sekarang sudah naik ke payudaranya (gue
menghindari menekan terlalu lama bagian vaginanya karena takut nanti dia
sudah kehilangan sensivitasnya).
Tentu saja tangan gue tidak mau berlama-lama dipisahkan dengan kaos dan
bra, sehingga jemari langsung menyelusup masuk ke bagian dalam kaosnya
(dan gue menghindari tergesa-gesa untuk membuka kaosnya, sampai merasa
yakin banget dia sudah terlena dengan sentuhan gue) jemari gue langsung
mengangkat keatas bra dan langsung meremas payudaranya dengan lembut
sementara bibir sudah mulai naik kebagian bibir adik gue.
Sebelumnya gue tidak pernah mencium adik gue ini tetapi kali ini, ketika
nafsu setan semakin membahana, tidak sempurna kalau gue tidak mulai
melumat bibir dan lidah yang ada didalamnya.
Tentu saja gue memulai dengan mencium pipinya, terkadang tiba-tiba turun
ke leher, ke dagunya dan kemudian ke bagian bawah telinganya lalu baru
ke bibirnya. Dan adik gue tetap dalam keadaaan tertutup mata sembari
sesekali mendengar desahannya yang membuat gue semakin birahi. Tiba
untuk sekarang mengeksplorasi bagian bibirnya: dengan tangan gue pegang
pipinya dan mulai mencium bibirnya, merangsek masuk lidah gue untuk
menyentuh bibirnya tetapi entah kenapa dia tidak membiarkan bibirnya
terbuka.
Tidak kehilangan akal, tangan gue berpindah kearah bagian short bawahnya
dan menekan bagian vaginanya dengan lembut. Ketika dia mengerang dengan
sentuhan tersebut, baru kemudian gue melihat ada celah bibirnya yang
terbuka dan langsung gue masukkan lidah gue kedalamnya. Sungguh, adik
gue ini belum pengalaman untuk berciuman.
Bayangkan dia hanya membuka bibirnya tetapi giginya tetap tertutup
dengan rapat sehingga gue tidak bisa untuk menjangkau lidahnya. Ini
membuat gue semakin gemas dan penasaran, sehiingga akhirnya kalau tadi
gue dalam keadaan disamping tubuhnya sekarang gue meletakkan tubuh gue
keatas tubuhnya dan mencari posisi yang pas untuk meletakkan posisi
penis gue yang mengeras itu agar bisa diletakkan diatas vaginanya.
Gue gerakkan pahanya agar sedikit terbuka sehingga selangkangannya
terbuka agak lebar dan pada saat itulah posisi penis gue taruh tepat
diatas vaginanya. Mungkin tidak tepat sekali, tapi itu cukup untuk
membuat adik gue semakin bergairah dengan sentuhan gesekkan penis gue
disekitar vaginanya.
Dan itulah kesempatan ketika gue membisikkan kata:”Buka mulut kamu ‘de…”
antara sadar dan tidak dia melakukannya, maka lengkaplah sudah lidah
gue mengulum lidahnya dengan leluasa.
Kadang menggigit bibirnya dengan lembut, kadang menari-narikan lidah itu
kebagian dalam mulutnya, mengulum lidahnya, dan juga sembari penis
dibawah tetap digesek-gesekan dengan irama tertentu yang membuat bukan
hanya dia mengerang tetapi gue juga dibuatnya mabuk kepayang. Tetapi
permainan belum lagi dimulai, ini semua baru pemanasan. Karena ketika
gue melihat adik gue mulai terbang dengan serangan atas dan bawah, mulai
gue menarik kaosnya pelan-pelan keatas untuk membukanya.
Tidak sulit untuk melakukan semua itu kalau wanita sudah hampir setengah
sadar dibuat seperti ini. Malahan dengan jelas tangannya turut membantu
untuk membuka kaosnya. Itulah yang membuat gue bertambah berani.
Pokoknya, yang terjadi, terjadilah. Ditengah malam yang gelap dengan
suasana hujan yang turun, kegairahan gue semakin menjadi-jadi.
Gelapnya malam tidak dapat menyembunyikan putihnya tubuh dari adik gue
ini, meski bra masih melekat diatas payudaranya. Gue mulai menciumi
sekujur tubuhnya meski bra menjadi penghalang gue untuk menjilat
putingnya.
Desahan dan desahan terdengar tidak putusnya dan saat itulah yang tepat
untuk melucuti branya yang terkancing di bagian punggungnya dan
mencampakkannya dibawah ranjang. Ohhh… ketika bagian tubuh atas telah
dilucuti, hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa melepaskan semua
penutup tubuhnya. Dan langkah pertama adalah melucuti kaos gue sendiri
dengan cepat dan segera merapatkan tubuh gue ke atas tubuhnya.
Biar dia merasakan sensasi kulit kita yang bertemu satu dengan yang
lainnya. Sementara gue dengan perlahan tanpa disadarinya sudah juga
membuka bagian celana gue beserta cd-nya sekaligus. Dalam keadaan
telanjang bugil, nafsu untuk menggauli adik sendiri semakin
menjadi-jadi.
Bayangkan, hanya dengan menjilat putingnya, lalu tiba-tiba naik ke
bibirnya, sementara tangan langsung meremas-remas payudaranya, desahan
kecilnya, lama kelamaan menjadi keras dan mirip seperti sebuah erangan
merintih.
Kencan dengan tidak menggunakan suara memang tidak mengenakkan tapi gue
memang sudah memasang taktik untuk tidak menggunakan suara supaya dia
tidak mendengar suara kakaknya dan membangunkan dia dari
ketidaksadarannya itu bahwa dia sedang digarap oleh kakaknya sendiri.
Yang gue lakukan hanya membalas erangannya dengan erangan gue sendiri
supaya dia juga terangsang mendengar suara gue yang merintih-rintih
kenikmatan.
Tiba saatnya ketika gue harus mengerahkan daya upaya agar bisa melucuti
short dan cd yang dikenakan oleh adik gue ini. Ini bukan pekerjaan sulit
(gue sudah sering melakukannya pada wanita-wanita lain sebelumnya) gue
hanya cukup dengan sabar membuat dia menggelinjang kenikmatan dengan
sentuhan gue dan saatnya tiba ketika gue tidak langsung membuka
celananya tetapi justru menyelusupkan jemari gue masuk kedalam cd-nya.
Gue hanya meletakkan jari gue diatas cdnya dan merasa pasti diatas
vaginanya gue menekan dengan lembut, yang terjadi sungguh sangat
diharapkan, adik gue langsung memegang tangan gue dan menahannya disana.
Ini adalah sinyal positif: saatnya untuk segera membuka shortnya.
Dan itu gue lakukan dengan mudah sekali, karena adik gue juga dengan
cepat turut membantu membuka celana yang dikenakannya. Tetapi gue tetap
tidak mau terburu-buru untuk membuka cd-nya. Melihat adik gue sudah
telanjang, dengan kemulusan yang tidak terkata, itu sudah sangat
menggairahkan buat gue. Tapi gue akan membuat bagaimana supaya dia juga
menginginkan permainan malam itu. Maka langkah selanjutnya adalah, gue
menaruh tubuh gue diatasnya dengan terlebih dulu melebarkan
selangkangannya, dan menjepitkan penis gue diantara kedua pahanya dengan
vagina yang masih terbungkus dengan cd yang dikenakannya.
Lalu kembali tangan gue menyusuri seluruh tubuhnya yang sudah nyaris
telanjang sembari mulut gue kembali menciumi leher, bawah telinga, bibir
dan kemudian mengulum putingnya yang mulai mengeras tetapi yang
sebetulnya membuat dia terlena adalah karena pada saat bersamaan,
dibagian bawah selangkangannya, penis gue naik turun diatas permukaan
cd-nya yang menutupi vaginanya.
Gue terus menggesek-gesek penis gue naik turun diantara selangkangannya,
sambil mendengar desahan nafsu yang tertahan dari adik gue. Tapi sekian
menit gue tunggu, dia tidak juga menurunkan tangannya kebawah untuk
menekan badan gue lebih dalam dan itu bisa saja terjadi karena dia masih
sungkan sebagai adik yang meminta jatah kepada kakaknya walaupun dia
sudah sangat menginginkannya.
Maka yang gue lakukan supaya permainan ini menjadi lebih menarik adalah,
gue turunkan setengah posisi cd yang dikenakannya dan memasukkan penis
gue kedalamnya. Gue sangat mengetahui bahwa itu tidak akan menembus
vaginanya, karena posisinya tidak sangat tepat, tapi memang itu gue
sengaja supaya dia merasakan nikmat yang setengah saja dan membuatnya
penasaran untuk merasakan lebih jauh lagi.
Dan taktik itu berhasil dengan suksesnya. Setelah gue menggesek-gesekkan
penis gue diantara jembut tipisnya, dia mulai merintih dengan
menggoncang-goncangkan tubuhnya secara perlahan, ke kiri kekanan dan
berputar-putar. Sangat erotis! Tidak pernah terbayangkan, adik gue yang
masih kelas 1 SMU melakukan hal ini.
Seks itu memang naluri. Tidak perlu diajarkan sebelumnya tetapi ketika
gairah itu muncul, maka orang bisa melakukan sesuatu yang mungkin tidak
pernah direncanakan sebelumnya. Dan goyangan dia semakin membuat gue
belingsatan, terlebih ketika merasakan ada cairan-cairan disekitar
jembutnya itu.
Tentu saja dia menggoyang karena dia sedang mencari posisi yang pas agar
penis gue bisa masuk kedalam vaginanya. Itu naluri untuk mencari
kenikmatan yang lebih! Tapi tidak akan pernah bisa masuk penis gue
kedalamnya kalau cd-nya belum terbuka semuanya.
Dan memang rencana gue adalah, ketika gue membuka sebagian dari cd-nya,
gue mau dia yang melakukan pekerjaan sisanya. Gue mau membuat dia
merasakan bahwa dia juga menginginkan kejadian malam itu. Dan memang
itulah yang terjadi kemudian.
Dengan reflex yang cepat karena mungkin setelah sekian lama bergoyang
dan menggelinjang tetapi belum merasakan penis gue masuk kedalam
vaginanya, tiba-tiba saja dia memelorotkan celana dalamnya kebawah dan
langsung menekan pantat gue dari belakang dengan kedua tangannya.
Sabar…kembali gue harus bersabar…! Gue yakin meskipun terlihat sudah
mulai liar adik gue ini tapi sesungguhnya gue percaya dia masih perawan.
Gue pasti adalah orang pertama yang akan memerawani dia malam itu tapi
gue mau melakukan semua itu dengan lembut dan berkesan. Dan tidak grasak
grusuk seperti maunya.
Gue tidak mau dia trauma dengan kejadian pertama. Oleh karenanya, gue
tetap menahan pantat gue untuk tidak terdorong dengan tekanan tangannya
yang keras.
Dia tentu saja belum berpengalaman sehingga tidak mengetahui apa yang
akan terjadi kalau gue langsung mencobloskan penis gue kedalam
vaginanya. Yang gue butuhkan adalah kesabaran dan kelembutan dalam
bercinta. Dan caranya adalah gue membisikkan kalimat:”Sabar ya, ‘de…”
Kalimat pertama yang terdengar dari gue sekali lagi, selain suara
erangan-erangan sebelumnya.
Gue ingin memastikan bahwa dia sudah basah, bahkan becek dengan cairan
pelumas disekitar vaginanya. Ini adalah pengalaman pertamanya. Dan gue
harus meyakininya bahwa malam pertama ini akan sungguh sangat berkesan
dengan kenikmatan yang tak terkata.
Oleh karenanya, mulailah gue kembali menggesekkan penis gue diatas
permukaan vaginanya, sambil sesekali mencoba untuk memasukkan penis gue
dengan lembut. Yang terjadi adalah, dia mengerang kesakitan, dan itu
pertanda bahaya.
Karena kalau sampai dia merasakan sakit lebih besar daripada nikmatnya,
maka otomatis, cairan pelumasnya akan berhenti keluar dan akan
menyebabkan vagina yang kering dan susah untuk dimasuki. Jadi yang gue
kerjakan adalah mengeluarkan segenap kemampuan untuk terus membuatnya
terangsang dengan lidah, tangan dan penis yang menjelajahi seluruh
tubuhnya.
Semakin dia terangsang, semakin basah dan becek disekitar vaginanya, dan
itulah saat yang tepat untuk sekali-sekali menghunjamkan penis gue
kedalam vaginanya.
Pertama-pertamanya agak sulit untuk menembus keperawanan dari adik gue
ini tetapi dengan kesabaran gue melakukan semua ini dengan segenap hati.
Seperti misalnya, kalau gue anggap perlu, gue turunkan kepala gue
kedaerah selangkangannya dan kemudian tanpa ragu menjilat vaginanya.
Jujur, gue sebetulnya jijik melakukan hal ini tapi demi membuat agar dia
terus terangsang, dengan senang hati gue melakukan pengorbanan ini.
Cukup lama untuk bisa menembus hutan belantara keperawanan adik gue ini,
tetapi dengan rangsangan bertubi-tubi yang sudah dipersiapkan, yang
mulanya masih didepan, sekarang perlahan-lahan ****** gue sudah mulai
menancap masuk kedalam.
Dan nikmat yang gue rasakan bukan karena penis yang sudah menembus
vaginanya tetapi justru karena erangannya yang merintih dan gelinjangan
tubuhnya yang erotis. Dari pengalaman sudah diketahui bahwa tidak pernah
penis bisa menikmati vagina dengan indahnya pada pertemuan pertama.
Yang penting, selama hantaman penis ke vagina adik gue itu tidak
membuatnya sakit yang parah sehingga membuatnya trauma untuk bersenggama
lagi, bagi gue itu sudah cukup berhasil. Dan malam itu berakhir dengan
tumpahan sperma gue disekitar perutnya tanpa merasakan kenikmatan yang
dahsyat seperti kalau gue bersetubuh dengan wanita lainnya yang
berpengalaman.
Ada yang aneh ketika gue harus mengakhiri permainan malam itu. Gue
merasa aneh harus menyeka sperma diatas tubuhnya dengan kaos gue dan
harus membisikkan:”Pake bajumu ya ‘de…” dan kemudian gue dengan
berjinjit keluar dari kamarnya malam itu dengan perasaan berdosa. Tapi
dosa ternyata menyebar dengan cepat.
Besoknya, dengan sengaja gue tidak menjemput adik gue pulang walaupun
sebetulnya ada kesempatan. Gue tidak menginginkan bertemu dengan dia
tapi tidak mengetahui apa yang harus dibicarakan. Gua hanya mau bertemu
dengan dia dengan menggunakan bahasa tubuh saja.
Dan itu artinya, pada malam berikutnya, mumpung adik gue masih tidur
sendiri, tunggu hingga jam satu pagi, baru gue berani memberanikan diri
untuk menyelinap ke kamarnya dengan keyakinan, kali ini hanya pintu
kamarlah yang menjadi tanda diantara kita berdua.
Kalau dia tidak menguncinya, itu berarti dia memang menginginkan
kedatangan kakaknya di tengah malam untuk mengulangi hal yang pasti
dianggapnya luar biasa tadi malam. Tapi kalau dia mengunci kamarnya, itu
berarti, kejadian tadi malam hanyalah kecelakaan semata.
Tentu saja sangat menegangkan untuk mengetahui apakah pintu terbuka atau
terkunci. Tetapi yang pasti, ketegangan itu sudah sangat berkurang
drastis karena gue sebelumnya malam itu sudah bermasturbasi dengan
suksesnya sebelum mengendap-endap menuju kamar adik gue.
Dan ketika gue membuka gagang pintu dan mendorongnya, ternyata pintu
bergerak kedalam, dan itu artinya…..jantung gue kini bergemuruh dengan
hebat! Masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ternyata adik gue
sengaja tidak mengunci pintu kamarnya yang artinya, dia memang sedang
menunggu kakaknya yang cabul ini masuk kedalam kamar dan akan
melanjutkan permainanan malam sebelumnya yang belum mendapatkan
nikmatnya.
Mungkin karena terlalu lama menunggu, adik gue memang sepertinya
benar-benar tertidur. Ini terlihat dari posisi tidurnya yang terlentang.
Dalam keadaan seperti ini, gue tidak mau membuang-buang waktu lagi. Gue
yakin sekarang bukan saatnya lagi untuk foreplay dengan durasi yang
lama. Gue dengan polosnya langsung membuka seluruh baju gue dan celana
beserta cd-nya.
Gue merasa yakin, kali ini adalah permainan seks yang memang bergayung
sambut. Jangan membuang waktu lama untuk hal-hal yang sudah dilakukan
tadi malam. Sekarang hanya melanjutkan saja apa yang telah terjadi pada
malam sebelumnya. Yang dilakukan adalah, dengan tubuh telanjang,
langsung tidur disamping adik gue dan langsung pelan-pelan menurunkan
shortnya. Ada sedikit pergerakan darinya, tetapi seperti antara sadar
dan tidak sadar.
Setelah shortnya dilucuti, jemari gue menekan bagian vagina yang
ditutupi cd-nya. Ada sedikit gerekan menggelinjang. Dan kini tiba
saatnya untuk untuk menciumi lehernya yang tak terlindung sembari naik
perlahan kearah bibirnya. Tidak ada perlawanan. Malah sepertinya ketika
bibir gue tiba di bibirnya, dia sudah membuka bibirnya dengan otomatis
menjulurkan lidahnya. Tunggu apa lagi.
Langsung melumat bibirnya sembari tangan kembali meremas payudaranya
yang tertutup kaos. Tidak sabar lagi, gue langsung menindih tubuhnya
dengan tubuhku dan seperti biasanya meletakkan posisi penis tepat diatas
vaginanya sambil menggesekkannya meski tertutup cd-nya. Gue suka dengan
gaya yang bikin penasaran ini.
Karena kemudian adik gue akan mulai menggoyangkan dengan pelan tubuhnya
dan tanpa membuang waktu gue langsung membuka kaos dan bra-nya. Gue
sudah telanjang bulat dari pertamanya tapi dia masih tersisa cd dan
tugas gue selanjutnya adalah memastikan bahwa dia akan benar-benar basah
hingga becek sehingga penelusuran lubang vagina oleh penis gue akan
berjalan lebih nikmat dari pada malam sebelumnya.
Dan seperti taktik gue sebelumnya, gue tidak akan pernah mau membuka cd
wanita sebelum dia memang menginginkan untuk dilucuti, bahkan lebih
bagus lagi kalau dia sendiri yang melucuti.
Jadi yang gue lakukan adalah menggerayangi tubuhnya dengan lidah basah
sembari tangan terus meremas-remas payudaranya. Memastikan bahwa kedua
puting payudaranya menjadi keras adalah pekerjaan susah. Padahal menurut
pengalaman, disitulah letak seorang wanita benar-benar birahi.
Terkadang kita sentuh bagian kiri, mengeras tapi bagian kanannya tidak
dan begitu sebaliknya.
Gue tidak mau menggarap seorang wanita sebelum dia betul-betul
menginginkannya. Dan ketika semua sudah berjalan dengan sesuai rencana.
Maka gue membisikkan kalimat:”Kita harus pindah ke lantai, ‘de…”
Sebetulnya ini adalah permintaan yang beresiko, karena alam bawah
sadarnya kembali terjaga sehingga dia bisa saja menolak pindah. Tapi gue
memang benar-benar sudah memperhitungkan segala sesuatu dengan cermat.
Gue tidak mau lagi hebat-hebatnya bergoyang dan terganggu oleh karena
bunyi derit tempat tidur yang bisa membangunkan kakak dan keponakan gue.
Langsung gue melemparkan selimut dan bantal kebawah lantai dan
menariknya turun kebawah.
Dia hanya menurut saja dan itu adalah anugrah. Sehingga dengan
beralaskan selimut saja, walaupun kerasnya lantai tidak mengurangi
semangat kita berdua untuk memulai petualangan yang lebih hebat dari
sebelumnya. Dan itulah yang terjadi: gue langsung kembali mencium bibir
dan melumat lidahnya.
Menindihnya dengan tubuh gue yang langsung menyelipkan ****** diantara
kedua pahanya. Menggesekkannya dengan lembut sembari tangan memainkan
payudara beserta putingnya.
Dalam hati gue bersyukur juga, menikmati tubuh mulus adik gue ini
seperti suatu mukjizat. Mana pernah ada pengalaman bisa mengadakan
hubungan seks dengan keluarga sendiri, meskipun itu hanyalah adik tiri.
Sepertinya takut dosa sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah nafsu yang
membara untuk menggarap tubuhnya ini dengan tekad untuk memberikannya
kepuasan yang tidak terkira.
Mungkin karena sebelumnya sudah masturbasi, sehingga permainan gue agak
sedikit lembut dan penis berdiri tidak begitu kencang. Dan ini sangat
menguntungkan gue karena gue jadi bisa mengendalikan permainan. Yang
terjadi adalah, adik gue memburu dengan sedikit malu-malu sementara gue
seperti berkesan jual mahal.
Tapi sampai kapan ini akan bertahan? Ketika tiba saatnya ketika gue
mulai melucuti perlahan cd adik gue ini kebawah, nafsu birahi gue seakan
tiba-tiba muncul. Entah kenapa gue bertindak liar dengan menarik cd itu
dengan gigi gue kebawah dan kemudian langsung mengarahkan lidah gue
kearah vagina adik gue.
Gue hanya menciumnya sesaat, karena memang bukan ciri gue untuk menjilat
vagina wanita, gue hanya mau memastikan bahwa vaginanya cukup pelumas
untuk segera ditancapkan penis gue kedalamnya. Tapi itulah gue, selalu
membuat wanita penasaran.
Gue tetap hanya menyenderkan penis gue keatas vaginanya tanpa bermaksud
memasukkannya sementara gue pura-pura sibuk untuk mengulum bibir dan
lidahnya sambil mendekap tubuhnya dengan kedua tangan gue.
Justru adik guelah yang sibuk menggoyangkan tubuhnya supaya ****** gue
bisa menghujam kemaluannya. Dan gue tidak membiarkan dia berlama-lama
melakukan itu karena gue kemudian berbisik kepadanya:”Kamu mau ‘de..”
dengan tenangnya gue bertanya. Seperti tersekat ditenggorakan
jawabannya:”Terserah kakak…”
Inilah saatnya gue menunjukkan kepada adik tirinya, siapa gue
sebenarnya. Dengan sigap gue sekarang memegang ****** gue dengan jari
gue dan mulai membelai-belai permukaan vaginanya dengan penis gue. Itu
sangat membuat wanita manapun akan bergairah untuk mengeluarkan lebih
banyak lagi pelumas cairannya.
Dan erangan yang keluar dari adik gue semakin membuat gue semangat untuk
terus menggesek-gesekan ****** gue di atas permukaan vaginanya. Ketika
dirasa cukup licin, mulai pelan-pelan gue dorong ****** ini dengan
tangan gue masuk kedalam vaginanya.
Itu cukup untuk membuat tubuh adik gue terdorong kebelakang karena
mungkin sakit dan nikmatnya bergabung menjadi satu. Kalau sudah begitu
gue akan menarik kembali keluar ****** gue dan kemudian memasukkannya
kembali perlahan. Kembali tubuh adik gue terdorong kebelakang tetapi
sekarang sudah tidak sekeras sebelumnya.
Dalam hati gue, ini harus menjadi lebih baik dari pada malam sebelumnya.
Lalu secara konstan, gue mulai memasuk-keluarkan ****** gue kedalam
setengah lubang vaginanya, hanya untuk memancing agar cairan pelumasnya
terus keluar dengan lancar. Itulah yang terjadi beberapa saat kemudian,
ketika gue mulai merasakan bahwa lubang ini sudah mulai lancar untuk
terus dipompa keluar masuk ****** gue.
Akhirnya gue melepas jari gue dari ****** dan membiarkan ****** gue
mencari sendiri jalan masuk lobang kedalam vagina adik gue dan sekarang
saatnya tangan gue akan memindahkan sentuhannya ke payudara adik gue.
Sambil memeras payudaranya, gue secara perlahan menggenjot pantat gue
naik turun membenamkan ****** gue kedalam memeknya.
Bisa dipastikan terjadi erangan yang lebih hebat dari sebelumnya keluar
dari mulut adik gue, tetapi dengan sigap gue tutup kepalanya dengan
bantal agar erangannya tidak terdengar. Dari yang pertamanya masih
seret, tetapi lama kelamaan sudah mulai lancar masuk keluarnya ******
gue didalam memek adik gue ini.
Ini tentu saja akan membuat gue untuk terus menuntunnya kepermainan yang
lebih nikmat lagi. Dan dimulailah gue mengangkat satu kakinya untuk
disilangkan dan gue juga menyilangkan kaki gue untuk mengajarkan padanya
******* dengan gaya bintang.
Gue suka banget gaya ini dan gue mau adik gue merasakannya juga. Gue
merasa gaya ini betul-betul bisa menjebloskan seluruh ****** kita
kedalam memek wanita yang kita garap. Adik gue hanya menurut saja
permintaaan gue dengan tatapan yang aneh. Gue tetap risih melihata
tatapannya tapi selama dia masih bersedia untuk digarap, gue tidak
perduli.
Maka selanjutnya yang terjadi adalah, gue mengocok seluruh tubuh gue
dengan gaya bintang kedalam memeknya. Tentu saja kali ini dia bukan lagi
mengerang dibuatnya tetapi sudah sedikit berteriak. Gue terganggu
dengan teriakannya sehingga gue menurunkan tempo goyangannya tetapi yang
terjadi justru dia yang mengocoknya dari bawah sembari menutup sendiri
mulutnya dengan kedua tangannya supaya teriakan yang keluar tidak
terdengar.
Gila, gue bener-bener horny sekarang kalau membayangkan apa yang terjadi
pada waktu itu. Permainan dengan seorang perawan selalu mengejutkan
pada kali yang kedua. Tetapi yang lebih mengejutkan disini adalah gue
memerawani adik gue sendiri. Gilanya kita bisa bersetubuh hingga
berjam-jam malam itu, hingga dia bertanya, apakah semua cowo seperti ini
kuatnya. Gue hanya tersenyum tanpa memberitahu bahwa rahasianya adalah
gue sudah masturbasi sebelumnya, makanya tidak muncrat-muncrat pada
malam itu.
Itu ternyata sangat berkesan didalam dirinya, sehingga kemudian,
diwaktu-waktu selanjutnya setiap ada kesempatan yang memungkinkan kita
berdua melakukan perbuatan bejat ini tanpa ragu-ragu lagi. Bahkan
pernah, ketika kita berdua mengikuti camping bersama disuatu tempat,
pada siang hari kita ******* di dalam tenda tanpa ada yang mengetahui.
Siapa yang mau curiga, kalau mereka tahu si Bella adalah adikku sendiri.
Seorang adik tiri yang akhirnya menjadi gila seks karena diajarkan
berbuat nafsu bejat itu oleh kakaknya sendiri yang berawal dari sentuhan
di telinga.