Pagi-pagi benar handphone-ku sudah bunyi.
Aku sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Tapi bunyinya
itu tidak kurang keras, aku malah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku
paksakan juga berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini.
Eh, tidak tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus juga menjawabnya,
tapi langsung berubah waktu aku tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku ikut
bareng cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari tempatku.Aku sih
setuju sekali sama ajakan itu, terus aku tanya, apa aku boleh ajak
cowokku. Si Vivi malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya
begitu. Rencananya kami bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di
rumahku.
Singkat cerita kami berempat sudah ngumpul di rumahku. Kami memang sudah
saling kenal, bahkan cukup akrab. Alf, cowoknya Vivie teman baik Ricky
cowokku. Oh ya, aku belum mengenali aku sendiri ya, namaku Selvie,
umurku sekarang 17 tahun, sama-sama Si Vivie, Ricky cowokku sekarang 19
tahun, setahun lebih tua dari Alf cowoknya Vivie. Oke, lanjut ke cerita.
Kami berempat langsung cabut ke villanya Vivie. Sekitar setengah jam
kami baru sampai. Aku sama Vivie langsung beres-beres, menyimpani
barang-barang dan menyiapkan kamar. Ricky sama Si Alflagi main bola di
halaman villa. Mereka memang pecandu bola, dan kayaknya tidak bakalan
hidup kalau sehari saja tidak menendang bola.
Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai untuk menyimpani
barang-barang. Mulanya aku atur biar aku sama Vivie sekamar, Ricky sama
Alf di kamar lain. Tapi waktu aku beres-beres, Vivie masuk dan ngomong
kalau dia mau sekamar sama Si Alf. Aku kaget juga, nekad juga ini anak.
Tapi aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Si Ricky kalau
tidak di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih, tapi kan asik juga
kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauhdari bokap dan nyokap-ku.
Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aku setuju, satu kamar
buat Alf dan Vivie, satu kamar lagi buat Ricky sama aku.
Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam, kami bakar jagung di
halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani cowokku lagi. Wah,
benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku mulai mikir yang
macam-macam, tapi malu kan kalau ketahuan sama Si Ricky. Makanya aku
tetap diam pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie kayaknya memperhatikan
aku, dan dia nyengir ke aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini,
"Wah... sepertinya suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak enak
kalau dilewatin gitu saja ya." Aku sudah melotot ke arah dia, tapi dia
malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi omongannya yang gila
benar itu, "Alf, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!"
Aku sudah tidak tahu harus apa, eh Si Alf juga samanya, dia setuju sama
ajakan Si Vivie, dan sebelum pergi di ngomong sama Ricky, "Nah,
sekarang elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu cuma
berdua sama cewek cakep kayak Si Selvie." Aku cuma diam, malu juga dong
disepet-sepet kayak gitu.
Aku lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke
villa. Aku jadi tidak tahu harus ngapain, aku cuma diam, semoga saja
Ricky punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia
malah diam juga, aku jadi benar-benar bingung. Apa aku harus tetap
begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aku tidak tahan, baru
saja aku mau ngomong, eh... Si Ricky mulai buka mulut, "Eh... kamu tidak
dingin?" Duer... Aku kaget benar, tidak jadi deh aku mau ngomong,
sebenernya aku memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan aku mau
ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak sadar malah aku
geleng-geleng kepala. Ricky ngomong lagi, "Kalau tidak dingin, mau dong
kamu temenin aku di sini, lihat bulan dan bintang, dan... bintang jatuh
itu lihat...!" Ricky tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit.
Akukontan berdiri kaget sekali, bukan sama bintang jatuhnya, tapi sama
teriakan Si Ricky, aduh... malu benar jadinya. Ricky ikutan berdiri, dia
rangkul aku dari belakang, "Sorry, aku tidak punya maksud ngagetin
kamu. Cuma aku seneng saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu."Aku
cuma bisa diam, tidak biasanya Ricky segini warm-nya sama aku. Dia malah
tidak pernah peluk aku seerat ini biasanya. Aku tengok arlojiku, jam
11.00 malam. Kuajak Ricky ke dalam, sudah malam sekali. Dia setuju
sekali, begitu masuk ke villa kami disambut sama bunyi pecah dari lantai
atas. Kontan saja kami lari ke atas melihat ada apa di atas. Ricky
sampai duluan ke lantai atas, dan di nyengir, terus dia ajak aku turun
lagi, tapi aku masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aku mau
ketuk pintu kamar Vivie, tiba-tiba ada teriakan lembut, "Aw... ah...
pelan-pelan donk!" Gila aku kaget setengah mati, tapi tanganku
sudahkeburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di
dalam. Pintu dibuka sedikit, Alf nongol sambil nyengir, "Sorry,
ngeganggu kalian ya? tidak ada apa-apa kok kami cuma..."Aku dorong
pintunya sedikit, dan aku lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi badannya
pakai selimut. Dia nyengir, tapi mukanya merah benar, malu kali ya. Aku
langsung nyengir, "Ya sudah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok."
Terus aku ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir, "Siapa coba yang tidak
bisa nahan diri, hehehe." Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Ricky,
tapi dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah.
Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kami berdua duduk di sofa
sambil mendengarkan lagu di radio. Tidak lama kedengaran lagi
suara-suara dari atas.Aku tidak tahan dan langsung nunduk menahan
ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga
malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok sama kami berdua. Eh, di
luar dugaan aku, Ricky bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu
di radio itu lagu saat Ricky ngajak aku jadian. Aku jadi ingat bagaimana
deg-degannya waktu Ricky ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima
dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aku. Ricky memang baik, dan dia
benar-benar setia menungguiku.
Selesai dance, Ricky tanya lagi, "Eh kalau mereka berdua ketiduran, aku
tidur dimana? memang tidur sama barang-barang?" aku malu sekali,
bagaimana ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, "Kita... kita tidur
berdua." Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Tapiaku takut
juga, bagaimana ya reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia malah nyengir, "Oke
deh kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga sudah ngantuk sih, aku
tidur sekarang ya." Aku jadi salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas
dan tidak sengaja aku panggil dia, "Eh... tunggu!" Ricky berbalik, dia
nyengir, "Oke... oke... ayo naik, tidak bagus anak cewek sendirian
malam-malam gini." Aku sedikit canggung juga sih, baru kali ini aku
tidur seranjang sama cowok, tapi lama-lama hilang juga. Kami berdua
tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak bisa tidur. Dari kamar sebelah
masih kedengaran suara Vivie yang mendesah dan menjerit, dan sepertinya
itu juga yang bikin Ricky terangsang. Dia mulai berani remas-remas
jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan cowokku. Tapi aku kaget
sekali, Ricky duduk terus sebelum aku tahu apa yang bakal dia
lakukan,bibirku sudah dilumatnya. Aku mau nolak, tapi kayaknya badan
malah kepingin. So, aku biarkan dia cium aku, terus aku balas ciumannya
yang semakin lama semakin buas.
Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aku merasa
ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu
Ricky, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main sebentar di sana.
Ricky makin berani, dia angkat badanku dan diduduki di pinggir ranjang.
Dia cium aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aku tahan
tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaku, tapi badanku kayaknya
sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya
tanganku lemas, aku biarkan Ricky buka pakaianku, dia juga buka baju dan
celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana dalam putihnya. Aku lihat
penisnya yang membayang di balik celana dalamnya, tapi aku malu
melihati lama-lama, so aku ganti lihat badannya yang lumayan jadi.
Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin.
Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan Ricky, soalnya aku tahu
sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2x45 menit dia lari,
dan dia selalu kuat sampai akhir. Aku tidak terbayang bagaimana aksinya
di ranjang, jangan-jangan aku harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila,
kalau gitu sih aku bisa pingsan.
Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku, aku baru sadar kalau
bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu
setengah mati, mana Ricky mulai meremas dadaku lagi, yah pokoknya aku
tidak tahu harus bagaimana, aku cuma diam, merem siap menerima apa saja
yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu
yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku melek
sebentar, Ricky asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap.
Aku makin malu, mana ini baru pertama kali aku telanjang di depan
cowok, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.
Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah
Ricky di dadaku, aku mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana
Ricky menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan
sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku
tidak sadar mendesah panjang. Rupanya Ricky sudah menelanjangiku
bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang sudah basah
sekali. Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras
sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat
pelan-pelan menyentuh vaginaku naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya
itu menyentuh klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah lagi, dan tanganku
tidak sengaja menyenggol gelas di meja dekat ranjangku. Lalu "Prang..."
gelas akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, kayaknya dia mau memberesi
pecahan kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena aku sudah larut dalam
nafsu, aku malah pegang tangannya terus aku menggeleng, "Barkan saja,
nanti aku beresin. Lanjutin... please..."
Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia
melanjutkan permainannya di selangkanganku. Ricky benar-benar jago
mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Terus di
mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum
tidak tahan, tapi Ricky malah terus-terusan melintir-melintiri
"kacang"-ku itu. "Euh... ah... ah... ach... aw..." aku sudah tidak tahu
bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa
mutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon.
Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada
lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai dari selangkanganku, ke
pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang tanpa bisa aku
kendalikan.
Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang, aku buka mata, Ricky
sudah buka celana dalamnya, dan penisnya yang hampir maksimal langsung
berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai tangan
kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aku tahu dia mau
di-"karoake"-in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak adil dong, dia
sudah muasin aku, masaaku tolak keinginannya. So aku buka mulutku, aku
jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan. Aku mulai
berani menjilat lagi, terus dan terus. Ricky duduk di ranjang, kedua
kakinya dibiarkan terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku bungkuk
sedikit, aku pegang batang penisnya yang besarnya lumayan itu pakai
tangan kiriku, tangan kananku menahan badanku biar tidak jatuh dan
mulutku mulai bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku
hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata tidak
masuk, kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa
beberapa senti lagi. Aku tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil
aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai tangan kiriku.
Ricky sepertiya puas juga sama permainanku, dia mrlihati bagaimana aku
meng-"karaoke"-in dia sambil sesekali membuka mulut sambil sedikit
berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Ricky tidak tahan, dia berdiridan
mendorong badanku ke ranjang sampai aku terlentang, dibukanya pahaku
agak lebar dandijilatnya sekali lagi vaginaku yang sudah kebanjiran.
Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia
mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukan, dia
gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik
kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa
masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi
lendir.
Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis Ricky yang masuk. Dia
tidak memaksa, dia cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku
mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok
dinding vaginaku, benar-benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek,
tiba-tiba penis Ricky maksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku.
"Aw... ah..." vaginaku perih bukan main dan aku teriak menahan sakit.
Ricky masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh
penisnya masuk merobek selaput daraku. "Stt... tahan sebentar ya, nanti
juga sakitnya hilang." Ricky membelai rambutku. Di balik senyum nafsunya
aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku bertekad menahan rasa sakit
itu, aku menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa... aku tidak apa-apa.
Terusin saja... ah..."
Ricky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya
menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat.
Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar
biasa setiap kali Ricky menusukkan penisnya dan menarik penisnya. Ricky
makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah
merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir
dari dalam vaginaku. "Tidak lama lagi... tidak bakalan lama lagi..."
Ricky ngomong di balik nafasnya yang sudah tidak karuan sambil terus
mengocok vagina aku. "Aku juga... ah... oh... sebentar lagi... ah...
aw... juga..." aku ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya aku mau
ngomong kalau aku juga sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Ricky
mencabut penisnya dari vaginaku, dia tengkurapi aku, aku sendiri sudah
lemas tidak tahu Ricky mau apa, tapi secara naluri aku angkat pantatku
ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit. Tanganku
menahan badanku biar tidak ambruk dan aku siap-siap ditusukdari
belakang.
Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus
dia kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Ricky tidak terlalu
keras, tapi makin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku biar
tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Ricky meremas-remas dadaku dari
belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting susuku, bikin aku seperti
diserang dari dua arah, depan dan belakang. Ricky kembali mengeluarkan
penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya ke anusku. Dia
benar-benar memaksakan penisnya masuk, tapi tidak semuanya bisa masuk.
Ricky sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok
vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku, tangan
kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya
ke vaginaku dan jempolnya menggosoki klitorisku.
Aku makin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok,
dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir, terus vaginaku
dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aku benar-benar tidak kuat
lagi, akhirnya aku klimaks, dan aku merasakan Ricky juga sampai klimaks,
dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari penis Ricky. Akhirnya
aku ambruk juga, badanku lemas semua. Aku lihat Ricky juga ambruk, dia
terlentang di sebelahku. Badannya basah karena keringat terus, kupegang
badanku, ternyata aku juga basah keringatan. Benar-benar kenikmatan yang
luar biasa.Tidak tahu berapa lama aku ketiduran, waktu akhirnya aku
bangun. Aku lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering, tapi waktu
aku mau minum, aku ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara
kesenggol. Aku lihat ke lantai, banyak pecahan kaca, terus aku ambil
sapu, aku sapu dulu ke pinggir tembok. Aku turun ke bawah, maksudnya sih
mau ambil minum di bawah, aku masih telanjang sih, tapi aku cuek saja.
Aku pikir si Alf pasti masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah
raga malam bareng Si Vivie.
Aku turun dan mengambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya Vivie
lumayan mewah, ada kulkas dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus sambil
jalan aku minum. Aku duduk di sofa, rencananya sih aku cuma mau
duduk-duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Tidak tahu kenapa,
tapi aku akhirnya ketiduran dan waktu aku bangun aku kaget setengah
mati. Aku lihatSi Alf dengan santainya turun dari tangga langsung menuju
kulkas, kayaknya mau minum juga.
Aku bingung harus menutupi badanku pakai apa, tapi aku telat Si Alf
sudah membalik duluan dan dia melongo melihat aku telanjang di depannya.
Dia masih melihatiku waktu aku menutupi selangkanganku pakai tangan,
tapi aku sadar sekarang dadaku kelihatan, makanya tanganku pindah lagi
ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aku benar-benar bingung harus
bagaimana, aku malu setengah mati.
Alf akhirnya berbalik,
"Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi... jadi..."
"Tidak apa-apa, ini salahku."
Aku masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi badanku yang telanjang
polos, waktu akhirnya aku juga sadar kalau Alf juga telanjang.
Sepertinya dia pikir aku masih di kamar sama Si Ricky, makanya dia cuek
saja turun ke bawah. Aku pikir sudah terlambat untuk malu, toh Alf sudah
melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai benangpun,
apalagi aku sudah tidak perawan lagi, so malu apa. Cuek saja lah. "Kamu
sudah boleh balik, aku tidak apa-apa." Aku mengambil remot TV terus
menyalakan TV. Aku setel VCD, aku pikir bagus juga aku rileks sebentar
sambil nonton TV. Alf juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik tapi
tidak lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil ikut nonton
TV.
Gilanya yang aku setel malah VCD BF. Tapi sudah tanggung, aku tonton
saja, peduli amat apa kata Si Alf, yang penting aku bisa istirahat
sambil nonton TV.
"Bagaimana semalem?" aku buka percakapan dengan Alf.
Dia berbalik, "Hebat, Vivie benar-benar hebat."
Alf sudah bisa nyengir seperti biasanya.
Aku mengangguk, "Ricky juga hebat, aku hampir pingsan dibikinnya."
Alf nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali menengok TV.
Kayaknya tidak mungkin ada cowok yang tahan ngobrol tanpa mikirin
apa-apa sama cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film BF.
Tiap kali ngomong aku tahu mata Alf selalu nyasar ke bawah, ka dadaku
yang memang lumayan menggoda. Aku tidak memuji sendiri, tapi memang
dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih seksi dari kepunyaan
Vivie, itu sebabnya Alf tidak berhenti-berhenti melihati dadaku kalau
ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa maluku,dan
sekilas kulihat penis Alf yang mulai tegang. Aku nyengir dan sepertinya
Alf tahu apa yang aku pikirkan.
Dia pegang tanganku, "Boleh aku pegang, itu juga kalau kamu tidak
keberatan." Wah berani juga dia, aku jadi sedikit tersanjung, terus aku
mengangguk. Alf pindah ke sebelahku, dia peluk aku dan tangannya mulai
remas-remas dadaku. Mula-mula dia sedikit ragu-ragu, tapi begitu tahu
kalau aku tidak nolak dia mulai berani dan makin lama makin berani, dan
jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Aku mulai merem-melek
sambil memutar badanku. Sekarang aku duduk di paha Alf berhadap-hadapan.
Alf langsung menyambar putingku dan lidahnya langsung beraksi. Aku
sendiri sudah kebawa nafsu, aku mulai mengocok penisnya pakai tanganku
dan sepertinya Alf juga puas dengan permainanku. Aku mulai terbawa
nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa yang dia lakukan, yang jelas enak
buatku.
Alf menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar di
atas ada Vivie sama Ricky, tapi tebakanku keliru. Dia malah
menggendongku ke luar, ke halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana kalau
ada yang lihat kami telanjang di luar. Tapi begitu Alf buka pintu luar,
aku melihat di seberang villa, sepasang cowok-cewek lagi sibuk nge-sex.
Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak. Aku lihat lagi ke
sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di sana. Rupanya
villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang nge-sex.
"Bagaimana? kita kalahkan mereka?" Alf nyengir sambil menggendongku. Aku
ikutan nyengir, "Siapa takut?" terus Alf meniduriku di rumput. Dingin
juga sisa air hujan yang masih membasahi rumput, punggungku dingin dan
basah tapi dadaku lebih basah lagi sama liurnya Si Alf. Udara di luar
itu benar-benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah tidak
terbayang bagaimana dinginnya deh. Tapi lama-lama rasa dingin itu
hilang, aku malah makin panas dan nafsu, apalagi Alf jago benar mainkan
lidahnya. Sayup-sayup aku mendengarkan suara cewek dari villa seberang
yang sudah tidak karuan dan tidak ada iramanya. Aku makin nafsu lagi
mendengarnya, tapi Alf sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti
orang kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.
Lama juga Alf main-main sama dadaku, dan akhirnya dia pegang penisnya
minta aku meng-"karaokei"-in itu penis yang besarnya lumayan juga.
Gara-gara tadi malam aku sudah mencoba meng-"karaokei"-in penis Ricky,
sekarang aku jadi kecanduan, aku jadi senang juga meng-"karaoke"-in
penis, apalagi kalau besarnya lumayan seperti punya Si Alf. Makanya
tidak usah disuruh dua kali, langsung saja aku caplok itu penis. Aku
tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku, aku hisap itu penis
kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus kujilati mulai dari
kepalanya sampai batang dan pelirnya juga tidak ketinggalan.
Kulihat Alf melihati bagaimana aku main di bawah sana. Sesekali dia buka
mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok
batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil
kujilati pelan-pelan. Alf merem-melek juga dan tidak lama dia sudah
tidak tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat
melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia tidak mau selesai
cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot meng-"karaoke"-in penisnya lagi.
Alf sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar, dia suruh aku
terlentang sambil mengangkang. Aku menurut saja, aku tahu Alf jago
mainkan lidahnya, makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati bibir
vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraku sudah
dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya
habis semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari bibirnya,
klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga
tidak ketinggalan dia jilati.
Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah selesai main,
soalnya sudah tidak kedengaran lagi suaranya, tapi waktu aku lihat ke
sana, aku kaget. Cewek itu lagi meng-"karaoke"-in cowok, tapi bukan
cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex sama dia lagimembersihkan
penisnya, mungkin dia sudah puas. Sekarang cewek itu lagi
meng-"karaoke"-in cowok lain, lebih tinggi dari cowok yang tadi. Gila
juga itu cewek nge-sex sama dua cowok sekaligus. Tapi aku tarik lagi
omonganku, soalnya aku ingat-ingat, aku juga sama saja sama dia. Baru
selesai sama Ricky, sekarang sama Alf. Wah ternyata aku juga sama
gilanya. Aku nyengir sebentar, tapi terus merem-melek lagi waktu Alf
mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.
Alf benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai pusing, aku lihat
bintang di langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di
kepalaku. Aku benar-benar tidak bisa ngontrol badanku. Ada semacam
setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin aku gila. "Ah...
ah... Alf... Ah... berhenti dulu Alf... Ah... Ah... Shhh..." aku tidak
tahan sama puncak nafsuku sendiri. Tapi Alf malah terus-terusan
melintir-melintir klitorisku. Aku benar-benar tidak tahan lagi, aku
kejang-kejang seperti orang ayan, tapi sudahnya benar-benar enak sekali,
beberapa menit lewat, semua badanku masih lemas, tapi aku tahu ini
belum selesai.
Sekarang bagianku bikin Alf merem-melek, makanya aku paksakan duduk dan
mulai menungging di depan Alf. Alf sendiri sepertinya memang sudah tidak
tahan ingin mengeluarkan maninya, dia tidak menunggu lama lagi,
langsung dia tusukkan itu penis ke vaginaku. Ada sedikit rasa sakit tapi
tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan penis Ricky. Alf tidak
menunggu lama lagi, dia langsung mengocok vaginaku dan tangannya tidak
diam, langsung disambarnya dadaku yang makin ranum karena aku
menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir putingnya. Aku tidak
tahan digituin, apalagi badanku masih lemas, tanganku lemas sekali,
untuk menahan hentakan-hentakan waktu Alf menyodokkan penisnya saja
sudah tidak kuat. Aku ambruk ke tanah, tapi Alf masih terus mengocokku,
dari belakang.
"Ah... euh... ah... aw..." aku cuma bisa mendesah setiap kali Alf
menyodokkan penisnya ke vaginaku. Aku coba mengangkat badanku tapi aku
tidak kuat, akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku ambruk seperti
gitu. Alf memutarkan badanku, terus disodoknya lagi vaginaku dari depan.
Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain, setiap kali Alf menyodokkan
penisnya selain dinding vaginaku yang tergesek, klitorisku juga
tergesek-gesek, makanya aku makin lemas dan merem-melek keenakan.
Alf memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus dia
mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam saja,
tidak bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah, pokoknya aku
ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku tidak tahan ingin langsung dikocok.
Ternyata keinginanku terkabul, Alf menyodokku lagi, kakiku dua-duanya
terangkat, mengangkang lagi, makanya vaginaku terbuka lebih lebar dan
Alf makin leluasa mengocok-ngocokkan penisnya. Vaginaku diaduk-aduk dan
aku bahkan sudah tidak bisa lagi berdesah, aku cuma bisa buka mulut tapi
tidak ada suara yang keluar.
"Aku mau keluar, aku mau keluar..." Alf membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
"Jangan di... jangan di dalam. Ah... ah... oh... aku... aku tidak mau... hamil."
Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud aku ngomong gitu, aku
tidak tahu apa suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah usaha, itu
juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidaktahu apa Alf ngerti apa yang aku
omongin, tapi yang jelas dia masih terus mengocokku.
Baru beberapa detik lewat, dia mencabut penisnya, kakiku langsung ambruk
ke tanah. Alf mengangkang di perutku, dan dia selipkan penisnya ke
sela-sela dadaku yang sudah montok sekali soalnya aku sudah dipuncak
nafsu. Kujepit penisnya pakai dadaku, dan Alf mengocok-ngocok seolah
masih di dalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke muka dan sisanya
di dadaku. Aku sendiri klimaks lagi, kulepaskan tanganku dari dadaku,
maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke
mulutku. Aku bahkan tidak bisa menutup mulutku, aku terlalu lemas. Aku
biarkan saja maninya masuk dan aku telan saja sekalian.
Belum habis lemasku, Alf sudah menempelkan penisnya ke bibirku. Aku
memaksakan menjilati penisnya sampai bersih terus aku telan sisa
maninya. Alf menggendongku ke dalam, terus dia membaringkanku di sofa.
Aku lemas sekali makanya aku tidak ingat lagi apa yang terjadi
selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu aku buka
mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku memaksakan duduk, dan aku kaget
kenapa aku ada di kamar Vivie. Terus yang bikin aku lebih kaget lagi,
aku lihat sebelah kiriku Alf masih tidur sedangkan di kananku Ricky juga
masih tidur. Mereka berdua juga masih telanjang seperti aku.
Belum habis kagetku, Vivie keluar dari kamar mandi di kamarku, dia lagi
mengeringkan rambutnya dan sama-sama masih telanjang. Baru akhirnya aku
tahu kalau semalam Vivie bangun dan melihat aku lagi nge-sex sama Alf.
dia sih tidak marah, soalnya yang penting buat dia Alf cinta sama dia,
soal Alf memuaskan nafsu sama siapa, tidak masalah buat dia. Ternyata
Vivie melihat dari jendela bagaimana aku sama Alf nge-sex dan Ricky yang
juga bangun subuh-subuh kaget melihat aku lagi nge-sex sama Alf. Dia
keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar aku lagi nge-sex sama
Alf, tapi dia sempat menengok ke kamar sebelah dan melihat Vivie yang
lagi nonton aku sama Alf nge-sex dari jendela. Ricky langsung dapat ide,
so dia masuk ke dalam dan mengajak Vivie nge-sex juga. Singkat cerita
mereka akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aku sama Alf selesai,
Alf menggendongku ke atas dan melihat Ricky sama Vivie baru saja selesai
nge-sex. Makanya kami berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya
telanjang bulat.
Hehehe, tidak masalah, kami berempat malah makin dekat. Nanti malam juga
kami bakalan nge-sexlagi berempat, tidak masalah buat aku Ricky atau
Alf yang jadi pasanganku, yang penting aku puas. Tidak masalah siapa
yang muasin aku.
Seperti rencana kami semula, malam itu juga kami nge-sex berempat
bareng-bareng. Asik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Ricky
masih tetap oke walaupun dia sudah ngocok Vivie duluan. Aku masih
kewalahan menghadapi penisnya yang memang gila itu. Alf juga tidak
kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aku, dia
langsung sambar Vivie yang juga baru selesai sama Ricky. Terus kami
nge-sex lagi sampai akhirnya sama-sama puas. Aku puas sekali, soalnya
baru kali ini aku dipuasi dua cowok sekaligus tanpa jeda. Baru saja
selesai satu, yang satunya sudah menyodok-nyodok penisnya ke vaginaku.
Pokoknya benar-benar puas sekali deh aku.
Masuk ke cerita, malam ini kami rencana tidak akan nge-sex lagi, soalnya
sudah capai sekali dua hari gituan melulu. Makanya Ricky sama Alf
langsung menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih pasti main
bola lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie menghabiskan waktunya di
villa, kayaknya dia capai sekali, hampir seharian dia di kamar. Aku jadi
bosan sendirian,makanya aku putuskan aku mau jalan-jalan. Kebetulan di
dekat situ ada air terjun kecil. Akurencana mau menghabiskan hari ini
berendam di sana, biar badanku segar lagi dan siap tempur lagi. Aku
tidak langsung ke air terjun, aku jalan-jalan dulu mengelilingi kompleks
villa itu. Besar juga, dan villanya keren-keren. Ada yang mirip kastil
segala. Sepanjang jalan aku ketemu lumayan banyak orang, rata-rata sih
orang-orang yang memang lagi menghabiskan waktu di villa sekitar sini.
Hampir semua orang yang ketemu melihati aku. Dari mulai cowok keren yang
adadi halaman villanya, om-om genit yang sibuk menggodai cewek yang
lewat sampai tukang kebun di villa juga melihati aku. Aku sih cuma
nyengir saja membalas mata-mata keranjang mereka.
Tidak aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya aku memang pakai baju
pas-pasan, atasanku kaos putih punyanya Si Vivie yang kesempitan
soalnya kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Ricky. Aku malas mencari
dia, makanya aku pakai saja kaos Si Vivie yang ada di meja setrika. Itu
juga aku tidak pakai bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali di aku.
memang sih dadaku jadi kelihatan nonjol sekali dan putingnya kelihatan
dari balik kaos sempit itu, tapi aku cuek saja, siapa yang malu, ini kan
kawasan villa buat nge-sex, jadi suka-suka aku dong.
Oh ya aku jadi lupa, bawahan aku lebih gila lagi. Aku tidak tega
membangunkan Vivie cuma untuk minjam celana atau rok, kebenaran saja ada
Samping Bali pengasih Ricky bulan lalu, ya aku pakai saja. Aku ikat di
kananku, tapi tiap kali aku melangkah, paha kananku jadi terbuka, ya
cuek saja lah. Apa salahnya sih memarkan apa yang bagus yang aku punya,
benar tidak?
Singkat cerita, aku sampai ke air terjun kecil itu. Aku jalan-jalan
mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah dan dadaku
makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai, sudah basah
benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, tapi
lama-lama makin susah jalannya, soalnya Samping aku jadi sering keinjak.
Aku jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan
waktu aku menemui tempat yang enak, aku siap-siap berendam, aku lepas
sandalku. Tapi waktu aku mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan
yang memegang bahuku, aku berbalik ternyata seorang cowok menodongi
pisau lipat ke leherku. Aku kaget camput takut, tapi secara naluri aku
diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.
"Mau... mau apa lo ke gue?" aku tanya ke orang yang lagi nodong pisau ke
aku. Aku tidak berani lihat mukanya, soalnya aku takut sekali. Ternyata
cowok itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik batu,
rupanya mereka memang sudah ngincar aku dari tadi. Temannya itu langsung
buka baju dan celana jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau memperkosa
aku. Ternyata tebakanku benar, orang yang menodongi pisau bicara,
"Sekarang lo buka semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!" Aku
jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang akulihat di TV, aku
jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka selesai perkosa aku, aku
dibunuh. Makanya aku beranikan diri ngomong kalau aku tidak keberatan
muasin mereka asal mereka tidak bunuh aku.
"Oke... oke, aku buka baju. Kalem saja, aku tidak masalah muasin elu
berdua, tapi tidak usah pakai nodong segala dong." Aku berusaha ngomong,
padahal aku lagi takut setengah mati. Orang yang nodongin pisau malah
membentak aku, "Goblok, mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan
macem-macem ya!" Aku makin takut, tapi otakku langsung bekerja, "Santai
dong, emangnya gue berani pakai baju ginian kalau gue tidak siap
diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai samping kayak ginian?"
Kedua orang itu melihati aku, terus akhirnya pisau itu dilipat lagi. Aku
lega setengah mati, tapi ini belum selesai, aku masih harus puasin
mereka dulu.
Aku mulai buka Samping-ku, "Maunya bagaimana, berdua sekaligus atau
satu-satu?" Orang yang tadi nodongin pisau melihat ke orang yang
satunya, "Eloe dulu deh. Gue lagi tidak begitu mood." Temannya
mengangguk-angguk dan langsung mencaplok bibirku. Aku lihat-lihat,
ganteng juga nih orang. Aku balas ciumannya, dia sepertinya mulai lebih
halus, pelan-pelan dia remas dadaku dan tahu-tahu aku sudah ditiduri di
atas batu yang lumayan besar. Dia tidak langsung main sodok, dia lebih
senang main-main sama dadaku, makanya aku jadi lebih rileks, so aku bisa
menikmati permainannya.
"Ah... yeah... ah... siapa... siapa nama loe?" aku tanya dibalik
desahan-desahanku menahan nikmat. Dia nyengir, mirip sekali Si Alf, dia
terus membuka celana dalam birunya, dan penisnya yang sudah tegang
sekali langsung nongol seperti sudah tidak sabar ingin menyodokku. Tidak
usah disuruh, aku langsung jongkok, tanganku memegang batangnya dan
ternyata masih menyisa sekitar 5 - 7 senti. Aku jilat kepala penisnya
terus aku kulum-kulum penisnya. Dia mulai menikmati permainanku, "Oke...
terus... terus... Yeah..." Ternyata ada juga cowok yang suka
berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aku berhenti sebentar,
"Belum dijawab?"
"Oh, sorry. Nama gue Jeff."
Dia menjawab sambil terus merem-melek menikmati penisnya yang aku kulum
dan kuhisap-hisap. Kulihat-lihat sepertinya aku kenal suaranya.
"Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin ngentot di halaman villa?"
Jeff kaget juga waktu aku ngomong gitu.
"Memang elu tahu dari mana?"
Aku nyengir terus aku teruskan lagi menghisap penisnya yang sudah basah sekali sama liurku.
Aku berhenti lagi sebentar, "Gue lihat elu. Gila lu ya ! berdua
ngentotin cewek, keliatannya masih kecil lagi." Jeff nyengir, "Itu adik
kelas gue, dia baru 15 tahun, tapi bodinya oke sekali. Gue ajakin ke
sini, dan gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya suka digituin
sama kami berdua." Aku tidak meneruskan lagi, aku berhenti dan langsung
cari posisi yang enak buat nungging. Jeff mengerti maksudku, dia
langsung menyodok penisnya ke vaginaku bareng sama suara eranganku.
Terus dia mulai mengocok, mulanya sih pelan-pelan terus tambah cepat.
Terus dan terus, aku mulai merem-melek dibikinnya. Terus dia cabut
penisnya, aku digendong dan dia masukkan penisnya lagi ke vaginaku.
Terus dia mengocok aku sambil bediri, seperti gaya ngocoknya Tom Cruise
di film Jerry Maguire. Vaginaku seperti ditusuk-tusuk keras sekali dan
aku makin merem-melek dibuatnya. Dan akhirnya aku tidak tahan lagi, aku
kejang-kejang dan aku menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aku
pusing. Aku hampir saja jatuh kalau Jeff tidak cepat-cepat memegangi
pinggangku.
Aku lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba seorang sedang
mendekatiku, sepertinya sekarang dia nafsu sekali gara-gara mendengarkan
desahan-desahanku. Dia sudah telanjang dan penisnya sudah tegang
sekali. Aku tahu dari mukanya kalau dia sedikit kasar, makanya aku tidak
banyak cing-cong lagi, aku langsung maksakan bangun dan jongkok
meng-"karaoke"-in penisnya. Penisnya sih tidak besar-besar sekali, tapi
aku ngeri juga melihat otot-otot di sekitar paha dan pantatnya.
Jangan-jangan dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa vaginaku
jebol.
Lama juga aku meng-"karaoke"-in penisnya, dan akhirnya dia suruh aku
berhenti. Aku menurut saja, dan langsung ambil posisi menungging. Aku
sudah pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok vaginaku, tapi kali ini
tebakanku salah. Dia tidak masukkan penisnya ke vaginaku, tapi langsung
ke anusku. "Ah... aduh..." anusku sakit soalnya sama sekali tidak ada
persiapan. Tapi rupanya Lex tidak peduli, dia tetap maksakan penisnya
masuk dan memang akhirnya masuk juga. Walaupun penisnya kecil tapi kalau
dipakai nyodok anus sih ya sakit juga. Benar dugaan aku, dia kalau
nyodok keras sekali terus tidak pakai pemanasan-pemanasan dulu, langsung
kecepatan tinggi. Aku cuma bisa pasrah sambil menahan perih di anusku.
Dadaku goyang-goyang tiap kali dia menyodok anusku, dan sepertinya itu
membuat dia makin nafsu. Dia tambah kecepatan dan mulai meremas dadaku.
Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan keras, tapi dia
meremas dadaku halus sekali dan sesekali melintir-melintir putingnya.
Mendadak rasa sakit di anusku hilang, aku mulai merasakan nikmatnya
permainan tangannya di dadaku. Belum habis aku nikmati dadaku
diremas-remas, tangan kirinya turun ke vaginaku dan langsung menyambar
klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai dipelintir-pelintir. Rasa
sakit kocokannya sudah benar-benar hilang, sekarang aku cuma merasakan
nikmatnya seluruh tubuhku.
Aku mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aku sampai ke puncak yang
kedua kalinya hari itu, dan bersamaan puncak kenikmatanku, aku merasakan
cairan hangat muncrat di anusku, aku tahu Lex juga sudah sampai puncak
dan aku sudah lemas sekali, akhirnya aku ambruk. Mungkin aku kecapaian
soalnya tiga hari ini aku terus-terusan mengocok, tidak sama satu orang
lagi, selalu berdua. Aku masih sempat lihat Jeff menggendong aku sebelum
akhirnya aku pingsan. Aku tidak tahu aku dimana, tapi waktu aku bangun,
aku kaget melihat Ricky lagi mengocok cewek. Cewek itu sendiri sibuk
mengulum-ngulum penisnya Alf. Aku paksakan berdiri, dan waktu aku lihat
di sofa sebelah, ada pemandangan yang hampir sama, bedanya Jeff yang
lagi sibuk mengocok cewek dan aku lihat-lihat ternyata cewek itu Vivie.
Vivie juga sibuk mengulum-ngulum penis Lex. Aku jadi bingung, tapi aku
tetap diam sampai mereka selesai main.
Terus aku dikenali sama cewek mungil yang tadi nge-sex bareng Ricky dan
Alf, namanya Angel. Aku baru ingat kalau tadi aku pingsan di air terjun
habis muasin Jeff sama Lex. Ternyata Jeff bingung mau bawa aku ke mana,
kebenaran Ricky dan Alf lewat. Mereka sempat ribut sebentar, tapi
akhirnya akur lagi, dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel ceweknya
Jeff sama Lex. Angel sendiri setuju saja sama ajakan Ricky sama Alf, dan
waktu mereka lagi mengocok, Vivie kebetulan lewat. Alf memanggil dia
dan dikenali sama Jeff dan Lex, terus mereka akhirnya nge-sex juga.
Makin asik juga, sekarang tambah lagi satu cewek dan dua cowok di
kelompok kami, dan seterusnya kami jadi sering main ke villa itu untuk
muasin nafsu kami masing-masing. Dan kami kasih nama kelompok kami
"MAGNIFICENT SEVEN".
TAMAT