Ada sepasang kekasih bernama Tono dan
Denita, mereka berdua tinggal bersama di sebuah rumah yang terletak di
daerah yang agak terpencil di Jakarta. Sehari-harinya mereka hidup
bahagia bersama dan mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat.
Denita berusia 20 tahun sementara Tono baru berusia 18 tahun. Banyak
yang menyayangkan keputusan Denita untuk menikah dengan Tono, selain
karena Tono lebih muda dari Denita, Denita sendiri adalah gadis yang
sangat cantik.
Wajahnya amat manis, rambut hitam panjangnya yang berkilau dan kulitnya
yang putih mulus karena Denita masih merupakan keturunan Chinese
menambah daya tariknya selain tubuhnya yang proporsional. Tinggi Denita
sekitar 165 cm, tubuhnya yang langsing namun padat cukup menonjolkan
bagian dada dan pantatnya yang lumayan besar. Orang-orang merasa bahwa
Tono tidak pantas untuk Denita karena selain penakut, Tono juga tidak
begitu mandiri. Walaupun demikian, mereka saling mencintai satu sama
lain. Denita sudah membeli gaun pengantinnya, dan Tono juga sudah
mempersiapkan benda-benda yang mereka perlukan nantinya.
Suatu malam, ada segerombolan penjahat berjumlah 6 orang datang ke rumah
Tono dan Denita. Mereka terdiri dari 5 laki-laki dan seorang perempuan.
Mereka berhasil melumpuhkan Tono dan menawan Denita. Denita sempat
melawan, namun salah satu penjahat itu menjambak rambut panjang Denita
dan memukul perutnya sehingga Denita terkapar kesakitan; Denita lalu
ditampar dan diikat di ranjang dengan masih menggunakan gaun tidurnya
dan mereka memukuli
Tono didepan Denita. Denita yang sadar bahwa ia tidak mungkin bisa
melawan para penjahat itu hanya bisa pasrah, ia masih shock saat dipukul
tadi. Denita memohon pada para penjahat itu untuk tidak menyakiti Tono,
namun ia justru ditertawakan karena melindungi Tono. Para penjahat itu
mulai tertarik melihat wajah Denita yang cukup cantik dan keseksian
tubuh Denita yang mengenakan gaun tidurnya itu. Mereka juga kagum
melihat keberanian Denita. Para penjahat itu lalu mulai mencari
barang-barang berharga, namun mereka tidak menemukan apapun. Penjahat
perempuan itu menemukan gaun pengantin Denita dan cincin nikah Tono dan
Denita. Ia lalu menemukan sebuah ide, dan ia lalu memberitahukan idenya
itu pada para temannya. Kelima penjahat laki-laki itu setuju pada ide
perempuan itu.
Perempuan itu lalu membawa Denita ke kamarnya, dan mengancam akan
membunuh Tono apabila Denita tidak menuruti kemauannya. Perempuan itu
lalu menelanjangi Denita dan membawa cewek itu ke kamar mandi. Denita
lalu dimandikan oleh perempuan itu, rambutnya dicuci dan tubuhnya diberi
wewangian, sehingga tubuh Denita memancarkan aroma yang amat wangi.
Perempuan itu juga mencukur rambut di kewanitaan Denita hingga bersih.
Denita lalu dipaksa meminum air mentah sebanyak dua gayung penuh oleh
perempuan itu sehingga Denita merasa agak pusing karena perutnya
kembung.
Setelah selesai mandi, perempuan itu mendandani Denita secantik mungkin.
Ia lalu memakaikan celana dalam yang baru, stocking, sarung tangan, dan
gaun pengantin milik Denita lengkap dengan rok petticoat agar rok
gaunnya tampak mengembang kepada Denita, sehingga Denita benar-benar
terlihat seperti pengantin wanita yang hendak menikah. Perempuan itu
memerintahkan Denita agar berkelakuan seperti yang ia perintahkan. Saat
dipengantinkan, perempuan itu menyadari bahwa Denita sedang dalam masa
subur saat melihat bercak di pembalut wanita dan celana dalam yang
sebelumnya dipakai Denita.
Sementara itu, para penjahat laki-laki itu menyekap Tono di sofa ruang
tamu untuk menunggu Denita. Mereka mengejek dan memukul Tono di sofa
itu. Hingga Tono babak belur tak berdaya.
Tak lama kemudian, pintu kamar Denita terbuka dan keluarlah perempuan
itu beserta Denita yang sudah dipengantinkan. Tono dan para penjahat itu
terpesona melihat kecantikan Denita. Denita mengenakan gaun
pengantinnya yang bertipe braless dengan rok petticoat sebagai rok dalam
sehingga rok gaunnya tampak mengembang dan gaun itu berekor panjang,
rok gaun Denita dihiasi dengan pita-pita yang terjalin sehingga rok itu
tampak berlapis-lapis. Rambut Denita yang hitam panjang dibiarkan
tergerai, dan dihiasi dengan tudung kepala sutra. Mahkota bunga berwarna
putih yang dipakaikan di kepala Denita menambah kecantikan Denita.
Bibir dan kelopak mata Denita berwarna pink. Denita memakai stocking
putih, sarung tangan berwarna putih, dan sepatu hak tinggi berwarna
putih. Dengan gaun model braless itu, dada Denita yang berukuran 34 B
terlihat menonjol, dan tubuhnya menampakkan kesan seksi karena gaun itu
memang agak ketat untuk Denita. Gaun itu makin tampak serasi dengan
kulit Denita yang putih mulus karena Denita masih merupakan keturunan
Chinese. Para penjahat itu berdiskusi sebentar, lalu mereka mengikat
Tono erat-erat, dan membawa Tono ke kamar. Tono lalu didudukkan dikursi
sofa yang mereka pindahkan dari ruang tamu kedalam kamar itu.
Sementara itu, Denita dipakaikan celemek putih berenda oleh para
penjahat itu, dan disuruh memasak makanan untuk para penjahat itu.
Denita lalu memasak makanan untuk para penjahat itu dengan diawasi oleh
perempuan itu. Saat memasak, Denita sering kentut, perempuan itu
menyadari bahwa Denita akan buang air besar. Denita lalu menghidangkan
masakannya ke para penjahat itu. Saat menghidangkan makanan, perempuan
itu menepuk pantat Denita dan Denita langsung kentut. Wajah Denita
memerah karena malu. Para penjahat itu memerintahkan Denita untuk menari
dan bernyanyi untuk menghibur mereka saat makan sebagai hukuman karena
ia kentut. Denita dipaksa menyanyikan lagu dangdut untuk mengiringi
tariannya. Denita dipaksa bergoyang sehingga lekuk tubuhnya dapat
dipertontonkan dihadapan para lelaki itu. Para penjahat itu amat
menyukai makanan yang disajikan Denita karena
Denita memang mahir memasak, terlebih mereka bisa mendengar suara merdu
Denita sambil menonton tarian Denita yang gemulai. Setelah selesai
makan, para penjahat itu lalu menyuruh Denita menjilati piring bekas
makanan mereka seperti seekor ******. Perempuan itu berbisik memberi
perintah pada Denita. Denita sempat menolak perintah perempuan itu,
namun ia terpaksa menuruti perintah perempuan itu setelah ia kembali
diancam.
Denita kemudian dibawa ke toilet oleh para penjahat itu. Denita lalu
menuruti perintah perempuan itu untuk berkelakuan seperti yang ia
perintahkan. Denita menungging, lalu menarik rok gaunnya keatas hingga
celana dalamnya yang berwarna putih berenda terlihat. Para penjahat itu
bersiul melihat pantat dan paha mulus Denita yang masih dibalut stocking
putih itu.
Perempuan itu kemudian membagi undian kepada para penjahat itu untuk
mengundi tubuh Denita. Tubuh Denita dibagi menjadi 4 bagian tubuh yang
diundi lewat secarik kertas untuk menentukan hak masing-masing para
penjahat itu atas tubuh Denita. Penjahat pertama memenangkan memek
Denita, sekaligus keperawanan pengantin itu. penjahat kedua juga
mencabut kertas bertuliskan vagina Denita, namun ia tampak kesal karena
keperawanan Denita sudah diantri duluan oleh rekannya, apalagi
pandangannya dari tadi tertuju kepada pantat montok pengantin cantik
yang sedang menungging itu, seolah tidak sabaran ingin memperawani liang
dubur Denita yang masih belum terjamah lelaki. Penjahat ketiga tampak
cukup puas saat mendapatkan mulut dan bibir Denita yang mungil itu,
dimana ia akan dilayani dengan servis oral dari bibir pink sang
pengantin.
Penjahat keempat yang bertubuh kecil tidak begitu senang saat
mendapatkan lubang pantat Denita, ia merasa tidak senang kalau harus
bercinta dengan lubang pantat pengantin itu. Apalagi mengingat Denita
kentut saat mereka makan, ia malah merasa semakin jijik dengan gadis
itu. Ia yakin lubang pantat gadis itu pasti dipenuhi kotoran yang jorok,
dan tentu saja, ia tidak mau terkena penyakit karena kuman-kuman
kotoran Denita dalam duburnya. Namun, penjahat kedua menawarkan untuk
menukarkan jatah mereka dengan imbalan Rp. 15.000 dan izin dari
perempuan itu untuk menjamah payudara Denita pada rekannya itu. Walaupun
keberatan, penjahat keempat itu menerima tawaran temannya itu. Denita
tertegun dan merasa amat terhina saat menyadari keperawanan duburnya
dihargai hanya Rp. 15.000, bahkan jauh lebih rendah dari biaya sewa
pelacur semalam.
Penjahat terakhir yang berbadan paling besar mendapat “kehormatan” untuk
menyetubuhi Denita sepuas hatinya di bagian manapun yang ia mau karena
penjahat itu tampaknya adalah pemimpin gerombolan itu.
Denita terkejut saat salah satu penjahat yang “membeli” pantatnya di
undian itu tiba-tiba mengelus dan meremas pantatnya yang seksi sambil
menggoda bahwa Denita cantik, namun ia ‘nakal’ karena melawan mereka dan
kentut saat mereka makan. Wajah Denita memerah karena malu dan marah,
ingin rasanya ia menampar penjahat yang kurang ajar itu, namun ia tidak
berdaya karena mereka pasti semakin akan berbuat buruk pada Tono dan
dirinya.
Penjahat itu lalu melorotkan celana dalam Denita hingga terlepas,
sehingga pantat dan kewanitaan Denita terlihat jelas. Denita dipaksa
melebarkan kakinya dan menungging di kloset, tangan Denita disuruh
memegang kloset itu. Denita mulai dipermalukan oleh penjahat itu,
penjahat itu lalu bertanya pada Denita apakah Denita hendak buang air
besar. Denita yang malu menggelengkan kepala, namun penjahat itu
mengatakan bahwa ia tak percaya. Penjahat itu kembali menyingkapkan rok
gaun Denita hingga pantat Denita kembali terlihat jelas, ia lalu
mencengkeram kedua bongkahan pantat Denita dan menariknya ke arah
berlawanan sehingga lubang pantat Denita terlihat. Tanpa merasa jijik,
dibenamkannya hidungnya ke lubang pantat itu dan diendusinya lubang
kotoran Denita. Denita merasa geli saat hembusan nafas lelaki itu
menyapu lubang terlarangnya itu, apalagi kumis lebat lelaki itu
menggelitik pantatnya.
Setelah puas mengendusi pantat Denita, penjahat itu mengejek Denita
dengan mengatakan bahwa ia mencium bau kotoran cewek itu. Penjahat itu
lalu mengambil dua tangkai cotton buds. Salah satu cotton buds itu
dilesakkannya kedalam lubang pantat Denita, sehingga Denita mengejang
terkejut sesaat. Penjahat itu lalu mengorek pantat Denita dengan cotton
buds itu selama beberapa detik dan tiba-tiba menarik cotton buds itu
keluar dari pantat Denita sehingga Denita meringis. Kapas cotton buds
yang tadinya berwarna putih itu kini berwarna kuning kecoklatan karena
kotoran Denita. Denita malu sekali saat dipaksa melihat cotton buds yang
sudah dilapisi oleh kotorannya itu. Penjahat itu juga sempat memukuli
pantat Denita sebagai hukuman karena Denita kentut sehingga kedua
belahan pantat Denita yang tadinya putih mulus kini berwarna pink
kemerahan karena dipukul.
Denita lalu dipaksa duduk di kloset, sementara perempuan itu menarik rok
Denita keatas, dan menarik kedua tungkai kaki Denita ke arah yang
berlawanan sehingga kewanitaan Denita terlihat jelas karena Denita
berada dalam posisi mengangkang. Perempuan itu lalu menyuruh Denita
untuk buang air besar dihadapan mereka. Denita terkejut mendengar
perintah perempuan itu, terutama saat perempuan itu mengatakan bahwa
penjahat laki-laki yang memenangkan pantat Denita di undian akan mencuci
pantat Denita setelah Denita buang air besar. Denita lalu berpura-pura
sedang dalam keadaan tidak ingin buang air besar, namun para penjahat
laki-laki itu mengancam Denita apabila Denita tidak buang air besar,
maka Tono akan mereka bunuh. Denita terpaksa menuruti perintah para
penjahat itu untuk buang air besar, namun Denita memohon pada para
penjahat itu agar mereka tidak menyakiti Tono.
Wajah Denita memerah karena malu saat para penjahat itu menyaksikan
dirinya buang air besar. Denita merintih sejenak, lalu kentut dengan
keras. Beberapa saat kemudian, kotoran Denita berjatuhan dari pantatnya.
Para penjahat itu menutup hidung mereka karena bau kotoran Denita,
namun mereka terangsang melihat Denita yang cantik sedang buang air
besar dengan mengenakan gaun pengantinnya. Denita sendiri merasa amat
malu, baru kali ini seumur hidupnya ia buang air besar sambil ditonton
pria, apalagi mata mereka tampak lebih tertuju melihat ke
selangkangannya. Denita juga melihat bagian kejantanan para penjahat itu
tampak menegang saat melihatnya buang air besar. Tidak jauh berbeda
dengan para penjahat laki-laki itu, perempuan itu terus melihat dan
mengamati vagina Denita, ia tersenyum saat melihat Denita tidak banyak
kencing saat buang air besar.
Setelah selesai buang air besar; sesuai perintah perempuan itu, Denita
lalu meminta penjahat laki-laki yang memenangkan pantatnya untuk mencuci
pantatnya. Penjahat laki-laki itu lalu membersihkan pantat Denita,
Denita merasa malu saat jari penjahat itu menyentuh dan mencuci lubang
pantatnya dengan air. Namun Denita merasa nyaman karena penjahat itu
membersihkan pantatnya dengan lembut, terutama saat menyentuh lubang
pantat Denita. Setelah pantatnya selesai dibersihkan, Denita dipaksa
berterima kasih kepada penjahat itu.
Denita lalu diberi pilihan oleh para penjahat itu untuk menikah massal
dan bercinta dengan mereka, atau menyaksikan Tono dibunuh. Dengan berat
hati, Denita memilih untuk mengorbankan dirinya. Denita tidak
diperbolehkan memakai celana dalam oleh kelima penjahat itu, supaya ia
siap bercinta dengan mereka.
Denita dan para penjahat itu lalu kembali ke kamar. Sesampainya di
kamar, Perempuan itu lalu berdiri di belakang sebuah meja yang dijadikan
seperti altar oleh para penjahat itu. Denita lalu bergandengan dengan
salah satu penjahat itu, dan mereka berjalan menuju ‘altar’ itu.
Setibanya di altar, mereka melecehkan Denita yang mengenakan gaun
pengantin dengan berpura-pura mengadakan upacara pernikahan. Denita dan
penjahat itu lalu berlutut didepan altar buatan itu. Denita mengucapkan
sumpah setianya kepada penjahat itu dan mengakui kekuasaan penjahat itu
atas dirinya, namun penjahat itu melecehkan Denita dengan menolak
mengakui Denita sebagai istrinya, dan mengakuinya sebagai penghibur.
Penjahat itu mengaitkan tali merah di ibu jari Denita sebagai ‘cincin
kawin’. Denita tidak dapat berbuat banyak agar Tono selamat. Tono yang
tidak tahu bahwa Denita dipaksa menikah oleh perempuan itu berteriak
keras, namun mulutnya disumpal dengan pembalut wanita bekas Denita oleh
para penjahat itu. Perempuan itu lalu mengawasi Tono. Denita ‘menjual’
dirinya sebagai penghibur kepada para penjahat itu satu-persatu di
‘pernikahan’ itu. Denita mengakui 5 orang lelaki sebagai suaminya malam
itu, namun ia tidak pernah dianggap sebagai istri oleh mereka. Semua
jari di tangan kanan Denita dipasangi tali merah itu. Denita ‘menikah’
saat usianya baru 20 tahun.
Setelah pernikahan itu, Denita lalu melaksanakan ‘kewajibannya’ sebagai
seorang istri dari para penjahat itu. Denita berlutut di ranjang, kedua
pahanya dibuka lebar-lebar. Denita lalu menunggingkan pantatnya, siap
untuk bercinta. Denita menitikkan air mata menghadapi perlakuan para
‘suaminya’. Wanita itu membawa sebuah kamera yang ia dapatkan dari
lemari Denita dan siap mengabadikan malam itu.
Sambil disaksikan oleh Tono yang terikat didepan ranjang, dagu lancip
Denita ditegadahkan ke wajah salah satu penjahat itu dan bibir mungil
Denita dicium oleh penjahat yang mendapat undian untuk memperoleh
mulutnya, Denita merasa sedikit aneh karena ia berciuman untuk pertama
kalinya. Penjahat pertama itu memaksa memasukkan lidahnya ke mulut
Denita, Denita hanya bisa pasrah menahan rasa geli saat lidah penjahat
itu menggerayangi mulutnya. Penjahat itu memeluk tubuh Denita dengan
erat, tangannya dilingkarkan ke pinggul Denita sambil sesekali meremas
pantat Denita. Penjahat itu tampaknya berusaha menyedot ludah Denita
sambil menjilati gigi dan lidah Denita untuk merangsang Denita.
Adegan berciuman itu membuat para penjahat yang lain terangsang,
penjahat yang melepas celana dalam Denita lalu menyingkap rok gaun
Denita, mereka melihat kewanitaan Denita agak lembab, tanda bahwa Denita
terangsang. Penjahat berikutnya lalu berbaring dibawah selangkangan
Denita dan segera menjilati kewanitaan Denita. Denita terkejut saat
merasa kewanitaannya dijilati, namun ia tidak bisa melawan karena
tangannya dipiting oleh penjahat yang sedang berciuman dengannya. Denita
hanya bisa meronta saat ia merasakan sensasi yang aneh di
kewanitaannya, sensasi yang baru pertama kali ia rasakan sebagai seorang
wanita. Denita berusaha mengatupkan pahanya, namun penjahat itu menarik
kedua tungkai pahanya kearah yang berlawanan, dan menekan paha Denita.
Denita tidak mampu melawan tenaga penjahat itu, apalagi penjahat itu
cukup kekar perkasa. Lama kelamaan Denita semakin terangsang sehingga
kewanitaannya semakin banyak mengeluarkan cairan cintanya, membuat
penjahat yang menjilati kewanitaannya kini mulai menghisap cairan
cintanya. Penjahat itu sesekali menjilat klitoris Denita, sehingga
Denita semakin menggelinjang kegelian. Denita juga tidak lagi berusaha
mengatupkan pahanya, karena tenaganya mulai habis karena sensasi yang ia
terima di mulut dan kewanitaannya. Usaha kedua penjahat itu akhirnya
berhasil; setelah beberapa lama berciuman dan dijilati, Denita mulai
terangsang karena keahlian berciuman dan jilatan para penjahat itu.
Denita lalu menjulurkan lidahnya dan mulai memainkan lidahnya dengan
lidah penjahat itu, Denita juga menerima ludah yang dituangkan penjahat
itu ke dalam mulutnya dan menelan ludah itu. Denita dan penjahat itu
lalu mulai saling mengulum bibir mereka.
Denita merasa malu sekali saat para penjahat yang sedang menunggu
giliran menjelaskan kepada Tono bahwa Denita sedang terangsang dan
menunjukkan kewanitaan Denita yang semakin banyak mengeluarkan cairan
sebagai bukti. Walaupun Tono berusaha tidak mendengar, Denita tetap
merasa malu sekali, Ia seharusnya mengenakan gaun pengantinnya saat
menikah dengan Tono, namun kini ia malah terangsang dan bercinta dengan
pria lain dihadapan Tono sambil mengenakan gaun pengantinnya. Tono
sendiri mulai terangsang, kemaluannya juga terlihat menegang karena baru
pertama kalinya ia melihat kewanitaan Denita setelah sekian lama mereka
berpacaran dan tinggal bersama.
Setelah merasa cukup memberikan Denita ‘pemanasan’, penjahat yang
menghisap cairan kewanitaan Denita berhenti. Ia lalu memberi isyarat
pada temannya yang sedang berciuman dengan Denita. Penjahat itu
menganggukkan kepalanya dan berhenti mencium bibir Denita. Denita lalu
dipaksa belutut dengan paha yang terbuka lebar di hadapan Tono, penjahat
yang menghisap cairan kewanitaan Denita lalu melepas celana dan celana
dalamnya. Tono dan Denita bisa melihat kemaluan pria itu yang sudah
menegang, dan tonjolan uratnya terlihat jelas, apalagi ukurannya cukup
besar, sekitar 17 cm. Penjahat itu lalu berbaring dibawah tubuh Denita,
ia mengatur posisi kemaluannya yang sudah menegang agar tepat dibawah
kewanitaan Denita sehingga posisi mereka kini menjadi ‘woman on top’.
Dua dari tiga penjahat yang belum mendapat kesempatan untuk bercinta
dengan Denita lalu memegang rok gaun Denita di arah yang berlawanan, dan
menarik petticoat dan rok gaun Denita keatas sehingga kewanitaan Denita
dan kemaluan penjahat itu terlihat jelas oleh Tono.
Perempuan itu lalu menyuruh Denita menurunkan pinggulnya. Denita yang
menyadari apa yang akan terjadi berusaha menolak, namun perempuan itu
mengeluarkan pisau dari sakunya dan mengacungkan pisau itu ke leher
Tono. Denita tidak dapat menolak lagi. Perempuan itu menyuruh Tono
melihat adegan terenggutnya keperawanan Denita. Denita mulai menurunkan
pinggulnya dengan pelan, ia bisa merasakan kemaluan penjahat itu di
mulut kewanitaannya. Sambil menutup mata, Denita terus melanjutkan
menurunkan pinggulnya pelan-pelan. Karena tidak sabar, salah satu
penjahat itu memegang pinggul Denita dan menurunkannya dengan cepat,
seketika itu juga kemaluan penjahat itu menghunjam vagina Denita. Denita
menjerit kesakitan karena keperawanannya direnggut, apalagi ukuran
penis itu begitu besar, sehingga hanya masuk sebagian di kewanitaannya
walaupun kewanitaannya sudah basah oleh cairan cintanya dan ludah
penjahat yang tadi menjilati memeknya itu. Penjahat itu mendesah puas,
ia bisa merasakan hangatnya liang kewanitaan Denita dan juga vagina
Denita yang masih sempit karena baru pertama kalinya dimasuki kejantanan
lelaki. Penjahat itu mulai memegang pinggang Denita dan menggoyangkan
pinggul Denita, layaknya goyangan gerakan dangdut, agar penisnya masuk
sepenuhnya di vagina Denita. Denita hanya merintih pelan saat ia
‘digoyang’ diatas penis penjahat itu. Perlahan-lahan penis penjahat itu
mulai tertelan masuk kedalam vagina Denita Beberapa saat kemudian,
penjahat itu mengubah goyangan Denita menjadi pompaan. Denita dientot
naik-turun sehingga penis itu menghunjam vaginanya berulang kali.
Jeritan Denita semakin keras, tapi mulut Denita langsung disumpal dengan
kemaluan penjahat yang berciuman dengannya. Denita lalu dipaksa untuk
mengoral kemaluan penjahat itu.
Denita hanya bisa pasrah mengulum dan memainkan kemaluan penjahat itu di
dalam mulutnya sambil menangis menahan rasa perih di kewanitaannya,
namun suara tangisan Denita terhalangi oleh kemaluan penjahat yang
menyumpali mulutnya. Denita merasa amat jijik dan hampir muntah saat
mengulum kemaluan penjahat itu yang bau, namun penjahat itu malah
menekan kepala Denita ke kemaluannya sehingga pangkal penis itu masuk
hingga ke tenggorokan Denita, dan membuat Denita sulit bernafas.
Penjahat itu puas saat merasakan kehangatan mulut dan kelembutan bibir
Denita. Denita lalu diperintahkan untuk menjilat dan mengemut kemaluan
itu. Setelah sekitar 15 menit diperkosa, Denita mulai tidak bisa
mengontrol tubuhnya lagi, rintihannya berganti menjadi lenguhan dan ia
kini menggerakkan tubuhnya sesuai nalurinya, para penjahat itu tertawa
melihat Denita yang terbawa nafsunya.
Beberapa menit kemudian, penjahat yang dioral oleh Denita menekan kepala
Denita dengan keras di penisnya lalu memuncratkan spermanya tepat ke
tenggorokan Denita. Denita terkejut saat merasa mulutnya dipenuhi cairan
kental yang amis. Penjahat itu terus menekan kepala Denita sehingga
Denita terpaksa menelan bibit-bibit bayi yang baru saja dituangkan ke
mulutnya itu. Suara lenguhan Denita terdengar semakin keras saat
penjahat itu melepas penisnya dari mulut Denita, penjahat itu tertawa
puas melihat benang lendir sperma di mulut Denita yang terlihat jelas
diantara gigi Denita yang putih saat Denita membuka mulutnya ketika ia
melenguh.
Penjahat yang sedang memompa Denita melihat bahwa temannya sudah memberi
Denita sperma. Ia juga tak mau kalah dari temannya itu sehingga ia
mempercepat pompaannya. Akibatnya, Denita semakin melenguh keras
merasakan kenikmatan di kewanitaannya, yang kini sudah bisa dimasuki
penuh oleh penis penjahat itu. Namun penjahat itu tidak membiarkan
Denita mencapai orgasme, ia mengontrol gerakan memompanya, sesekali
gerakannya begitu cepat, namun saat merasa Denita hendak orgasme, ia
memperlambat pompaannya sehingga Denita semakin kerepotan. Penjahat itu
juga sering menggoda Tono dengan cara memeluk Denita dari belakang dan
menjilati wajah Denita yang cantik atau sesekali menghentikan
gerakannya, sehingga Denita secara otomatis menggoyang-goyangkan
pantatnya agar penis itu tetap menyodoknya. Para penjahat itu
menertawakan tingkah Denita itu sambil menyebutnya pelacur. Penjahat itu
juga sesekali menghentikan pompaannya dan memaksa Denita melihat
penisnya yang sedang menyatu dengan kewanitaan Denita. Beberapa saat
kemudian, penjahat itu mendesah keras dan Denita menjerit saat
kewanitaannya dimasuki para calon bayi mereka, hasil buah percintaan
Denita dengan penjahat itu. Penjahat itu lalu mencabut penisnya dari
kewanitaan Denita setelah ia merasa spermanya telah tertuang hingga
habis.
Dengan kejamnya, perempuan itu menyuruh para penjahat itu segera
mengangkat kedua tungkai kaki Denita setinggi mungkin dan tegak lurus
sehingga Denita kini bertumpu pada bahunya. Kewanitaan Denita sengaja
dipamerkan di depan Tono agar Tono melihat jelas proses awal kehamilan
Denita. Tono dapat melihat jelas paha Denita yang indah yang dibalut
dengan stocking putih itu dan pusar Denita. Rok gaun Denita menutupi
wajah Denita, dalam keadaan seperti itulah Denita dibiarkan selama
beberapa menit agar sperma hasil percintaannya membuahi rahimnya
sehingga ia kelak dapat hamil.
Penjahat yang baru saja menuangkan spermanya di vagina Denita itu
mengocok-kocok liang vagina Denita agar spermanya benar-benar tertelan
habis kedalam tubuh pengantin wanita itu untuk memastikan bahwa
spermanya dapat menjadikan Denita sebagai seorang ibu bagi anak-anak
mereka kelak.
Denita menangis keras dan meronta-ronta saat merasakan sperma penjahat
itu semakin cepat memasuki rahimnya dalam jumlah yang banyak. Namun,
Penjahat yang dioral Denita segera melumat bibir Denita sehingga Denita
tidak bisa mengeluarkan suara lain selain rintihan pelan.
Di dalam hatinya, Denita tidak mau menjadi ibu dari anak yang akan ia
kandung hasil dari pemerkosaan itu, apalagi dari pria yang sama sekali
tidak ia cintai, namun disisi lain sebagai seorang wanita, Denita merasa
aneh dan takut bercampur bahagia karena ia akan menjadi seorang wanita
sepenuhnya saat melahirkan bayi yang ia kandung kelak dan menjadi ibu
dari anak itu. Tono terpukul saat melihat kewanitaan gadis yang ia
cintai kini telah dipenuhi calon bayi dari pria lain, pertanda bahwa
Denita bisa saja hamil dari percintaannya dengan penjahat itu.
Perempuan itu lalu membisikkan sesuatu pada Denita untuk membujuk dan
meyakinkan Denita agar Denita dapat menerima kehamilannya itu sebagai
kodrat, dan mengatakan bahwa kehamilan adalah impian tiap wanita, dan
Denita baru saja mulai menapaki jalan menjadi seorang wanita sejati.
Perempuan itu juga mulai membisikkan keindahan menjadi seorang ibu pada
Denita sekaligus kembali mengancam akan membunuh Tono apabila Denita
bertingkah macam-macam, sehingga Denita mulai berhenti menangis dan
mulai dapat menerima calon bayi yang akan ia kandung. Denita juga tidak
lagi meronta, ia tampaknya pasrah menerima nasibnya itu. Lagipula, ia
tidak mau Tono kembali dilukai oleh para penjahat itu.
Beberapa menit kemudian, setelah perempuan itu merasa sperma penjahat
itu telah sepenuhnya masuk dan mengering di kewanitaan Denita, Denita
mulai disiapkan untuk kembali bercinta dengan 3 penjahat yang masih
menunggunya. Denita tidak lagi berontak, ia hanya menuruti perintah para
penjahat itu tanpa menolak lagi.
Ketiga penjahat yang berikutnya sudah melepas celana mereka dan penis
mereka yang cukup besar terlihat sudah menegang cukup lama sejak adegan
percintaan Denita sebelumnya.
Penjahat yang mendapat giliran ketiga lalu duduk di kursi, laki-laki itu
bertubuh jauh lebih besar dan gagah dari penjahat yang baru merenggut
keperawanan Denita, tingginya sekitar 190 cm dan kulitnya yang hitam
gelap makin menonjolkan kesan sangarnya; kontras dengan Denita yang
tingginya hanya sekitar 160 cm dan berkulit putih. Denita gemetar
melihat laki-laki itu, yang rupanya adalah penjahat yang tadi
memukulnya. Laki-laki itu rupanya adalah pemimpin para penjahat itu, ia
memiliki penis dengan ukuran terbesar, sekitar 20 cm. Tonjolan urat
penisnya terlihat jelas. Penis berwarna hitam itu terlihat berdiri tegak
dengan gagah perkasa, siap membawa Denita ke kenikmatan surgawi. Tono
dan para penjahat bahkan lainnya sempat minder melihat kegagahan lelaki
itu.
Perempuan itu membisikkan sesuatu ke Denita, dan Denita mengangguk tanda
mengerti. Denita lalu berlutut di depan lelaki itu dan memasukkan penis
itu ke mulutnya, Denita mulai memainkan penis besar itu didalam
mulutnya Bibirnya yang mungil memijat kemaluan itu, liur Denita
membasahi penis itu, dan penis itu terkadang digesekkan di giginya yang
putih. Penjahat itu memegang kedua buah dada Denita dan sesekali
meremasnya. Ia merasa gemas melihat gadis muda secantik Denita dalam
balutan busana pengantinnya sedang memberinya servis. Tak lama kemudian,
penjahat itu melorotkan bagian dada gaun Denita, sehingga kedua buah
dada Denita ‘melompat’ keluar karena Denita tidak memakai bra. Penjahat
itu lalu mengeluarkan penisnya dari mulut Denita, perempuan itu kembali
memberi Denita perintah baru. Denita lalu menjepit penis itu diantara
kedua buah dadanya, dan mengocok penis itu dengan kedua buah dadanya itu
sambil menjilati ujung penis itu. Mereka yang menonton adegan itu
menelan ludah; Denita seperti sedang makan hot dog. Buah dada Denita
yang putih dan montok bagaikan roti menjepit sempurna kemaluan penjahat
itu yang hitam gelap seperti sosis. Tak lama kemudian, Denita kembali
disembur sperma hangat dari ‘sosis’ yang ia ‘makan’, sehingga wajah dan
buah dadanya berlepotan dengan sperma kental. Penjahat itu beristirahat
sebentar, sementara para penjahat yang lain menyendoki sperma yang
berlepotan di wajah dan tubuh Denita, lalu memaksa menyuapi Denita
dengan sperma itu sehingga sperma yang tadinya berceceran di wajah dan
dada Denita kini pindah kedalam perut Denita. Para penjahat itu juga
memaksa membersihkan kewanitaan Denita dari bercak darah keperawanannya
dan bekas sperma yang mengering.
Setelah cukup beristirahat, penjahat lalu menyuruh Denita untuk kembali
melayaninya. Denita lalu menaikkan rok gaunnya dengan bantuan kedua
penjahat lainnya dan mendudukkan dirinya dengan arah menghadap penjahat
itu, tepat diatas kemaluan penjahat itu sehingga sekali lagi
kewanitaannya dimasuki penis. Denita lalu memeluk leher penjahat itu, ia
juga melingkarkan kakinya ke pinggang penjahat itu dan menyilangkan
kedua mata kakinya sehingga kini ia mengunci pinggang penjahat itu.
Setelah merasa sudah siap, Denita mulai menggerakkan pinggulnya agar
penis penjahat itu semakin memasuki kewanitaannya, karena kewanitaannya
masih sempit dan penis itu begitu besar. Penjahat itu memegangi pinggul
Denita dan membantu Denita memasukkan penisnya kedalam liang kewanitaan
Denita sambil menjilati dan mengisap puting susu Denita yang sudah
mengeras. Denita hanya mendesah ringan saat menyusui penjahat itu.
Setelah ia merasa penisnya telah masuk sepenuhnya kedalam memek Denita,
penjahat itu memegang pinggul Denita dengan kencang dan mulai memompa
Denita naik turun sambil meremas dada Denita dan menggigiti puting susu
Denita. Denita jelas kewalahan menghadapi sensasi di kewanitaan dan
puting susunya sekaligus, Denita pun mendesah keras penuh kenikmatan.
Penjahat itu lalu memanggil salah satu rekannya yang masih belum
bercinta dengan Denita. Penjahat keempat itu datang menghampiri Denita
dengan membawa sebuah pompa ban. Denita mengenal penjahat itu sebagai
penjahat yang mengendusi pantatnya di toilet sebelumnya. Penjahat lalu
berlutut di depan kursi itu, tepat didepan pantat Denita. Kemudian Ia
menelusup ke dalam rok gaun Denita dan menarik kedua bongkahan pantat
pengantin wanita itu ke arah berlawanan sehingga terlihatlah lubang
pantat yang tadinya ia cuci. Rupanya penjahat ini adalah penggemar
pantat wanita, ia mulai meludahi pantat seksi itu dan memasukkan jari
tengahnya kedalam anus Denita. Denita menjerit saat lubang pantatnya
dimasuki benda yang tak dikenal itu, namun mulutnya disumpal dengan
celana dalam putihnya yang ia pakai saat dijadikan pengantin. Pantat
Denita yang seharusnya dipakai untuk mengeluarkan kotorannya sekarang
dipakai untuk pemuas nafsu lelaki itu. Perlahan lahan jari penjahat itu
terbenam dalam lubang pantat Denita, penjahat itu dapat merasakan
kehangatan dan kelembutan dalam lubang pantat Denita karena daging
lubang pantat itu melingkari jari penjahat itu dengan pas seperti sebuah
cincin. Penjahat itu lalu mengocok jarinya didalam anus Denita untuk
membuka lubang pantat itu lebih lebar, sehingga Denita semakin tak
berdaya, serasa ada tornado yang berputar dalam pantatnya, apalagi
tubuhnya masih terhempas-hempas karena dientot oleh pemimpin para
penjahat itu. Habis sudah Denita diperkosa dari depan dan belakang,
Denita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras karena ia
tidak dapat menjerit karena mulutnya disumbat, namun ia merasakan
sensasi yang luar biasa karena ia sedang bercinta dengan 2 lelaki
sekaligus dengan menggunakan kedua lubang tubuhnya. Denita lalu mulai
menikmati kocokan di anusnya itu, ia berharap kocokan itu tidak pernah
berhenti.
Setelah cukup mengocok anus Denita sekitar 10 menit, penjahat itu
mencabut jarinya dari pantat Denita sehingga lubang pantat Denita kini
terbuka lebar sebesar lubang jari kelingking dan tidak bisa terkatup
lagi, dari lubang pantat itu tercium bau tidak sedap. Denita terhenyak,
ia sebenarnya masih ingin penjahat itu mengorek duburnya hingga puas,
Denita sempat menggelengkan kepala saat penjahat itu mencabut jarinya
dari pantat Denita. Bahkan kotoran Denita kembali muncrat sedikit saat
jari itu tercabut dari pantatnya.
Penjahat itu lalu menggoda Denita sambil mengatakan bahwa Denita masih
belum bisa menceboki pantatnya sendiri dengan baik, bahkan setelah
menjadi seorang pengantin wanita. Ia lalu menawarkan untuk membersihkan
pantat Denita. Denita yang sudah dilanda nafsu hanya mengangguk dengan
segera, ia mengira penjahat itu akan membersihkan pantatnya dengan
tissue, namun penjahat itu tersenyum dan segera menelusup lagi kedalam
pantat Denita tanpa membawa tissue. Sadarlah Denita bahwa penjahat itu
hendak menjilati duburnya. Denita menggeleng keras namun terlambat,
penjahat itu menjulurkan lidahnya dan memasukkan lidahnya kedalam pantat
Denita, penjahat mulai menjilati anus Denita, lidahnya dibenamkannya
kedalam lubang pantat pengantin wanita itu sedalam mungkin untuk
mencicipi nikmatnya anus Denita tanpa peduli bahwa Denita baru saja
buang air besar, dan tidak menghiraukan aroma tidak sedap dari lubang
pantat Denita. Denita merasa geli sekali saat pantatnya dicicipi seperti
itu, lidah itu terasa seperti daging yang licin dan lunak memasuki
pantatnya. Penjahat itu dengan senang hati menjilati lubang pantat
Denita, bahkan ia juga menjilati kotoran Denita yang sedikit berlepotan
setelah pantatnya dikocok tadi. Denita benar-benar tidak habis pikir,
ada juga lelaki yang mau memakan kotoran wanita seperti itu. Namun
penjahat itu malah semakin senang menjilati pantat Denita, seperti mimpi
ia bisa menikmati pantat pengantin secantik Denita. Ia tidak keberatan
walau harus memakan kotoran cewek cantik itu.
Setelah puas menikmati lezatnya pantat Denita, penjahat itu memasukkan
pentil pompa ban itu ke dalam anus Denita. Penjahat itu lalu memompa
pantat Denita agar penuh berisi angin. Denita melenguh saat ia merasa
perut dan pantatnya sudah dipenuhi angin. Penjahat itu baru berhenti
memompa Denita setelah mendengar suara kentut Denita yang pelan.
Penjahat yang sedang memompa vagina Denita lalu berdiri mengangkat
Denita yang masih memeluk lehernya dengan mudahnya sambil memegangi
kedua bongkahan pantat Denita. Kuncian kaki Denita terlepas sehingga
paha Denita terangkat membentuk huruf ‘M’, Denita tetap memeluk leher
penjahat itu dengan erat agar ia tidak jatuh. Penjahat yang lainnya
mengangkat rok gaun Denita keatas sehingga lubang pantat Denita terlihat
jelas didepan mata penjahat keempat yang menggemari pantat wanita itu.
Denita akhirnya juga kehilangan keperawanan pantatnya, setelah pantatnya
disodomi oleh kemaluan penjahat itu dari belakang. Denita melenguh
keras sekali saat penis besar itu memasuki anusnya. Saat pantat Denita
dimasuki kemaluan penjahat itu, Denita langsung kentut karena tubuhnya
sudah dipenuhi angin, sehingga penjahat itu semakin tergoda. Setiap kali
kemaluan penjahat itu membentur lubang pantat Denita, Denita selalu
kentut. Cairan kewanitaan Denita juga meluber ke lubang pantatnya
sehingga memudahkan penis penjahat itu untuk memasuki anusnya.
Tono takjub melihat pemandangan itu, baru kali ini ia melihat adegan
percintaan seperti itu. Seorang pengantin wanita yang cantik bagai
seorang putri raja, gadis yang amat ia cintai kini sedang bercinta
dengan 2 orang nista. Tubuh yang putih mulus itu kini terapit oleh 2
tubuh gelap dan perkasa. Tubuh yang seharusnya diberikan Denita
kepadanya kelak kini sedang dinikmati oleh para lelaki bejat itu, dan
bahkan Denita akan mengandung buah cintanya dengan para lelaki itu.
Suara tumbukan antara tubuh Denita dan para penjahat itu menggema di
ruangan itu selain suara desahan Denita, suara kentut Denita setiap kali
pantatnya bertumbukan dengan kemaluan penjahat itu, suara kepuasan
kedua penjahat yang mendapat kepuasan di kewanitaan dan lubang pantat
Denita, dan suara jepretan kamera yang mengabadikan adegan percintaan
itu. Kini Denita malah melenguh sendiri dan menggoyang-goyangkan
pantatnya walaupun para penjahat itu berhenti memompanya; sehingga para
penjahat itu kadang-kadang membiarkan Denita bergoyang sendiri. Para
penjahat itu selalu mengingatkan Denita bahwa ia sedang diperkosa,
tetapi Denita tidak peduli lagi, ia hanya merasakan kenikmatan luar
biasa yang ia rasakan dan kini ia tidak mau melepaskan rasa nikmat itu,
ia malah terus bergoyang agar kedua penis itu mengocoknya.
Melihat sikap Denita, para penjahat itu lalu memanggil Denita dengan
kata-kata kotor, seperti Puteri para pelacur, Pengantin Binal, atau
Pelacur Glamor karena Denita cantik dan mengenakan gaun pengantinnya
sehingga tampak seperti wanita yang kaya dan terhormat. Kata-kata itu
semakin membuat Denita bersemangat dalam bercinta dengan para penjahat
itu sehingga para penjahat itu semakin senang pada pelayanan Denita.
Tono masih tidak percaya saat melihat Denita, yang dulunya amat galak
saat masih kecil kini rela menurut pada para penjahat itu dan mau
diperlakukan seperti itu. Denita mulai merasakan pengaruh dari 2 gayung
air yang ia minum saat mandi tadi, kini ia kebelet hendak kencing, namun
vaginanya masih disumbat oleh kemaluan pemimpin para penjahat itu.
Tak lama kemudian, tubuh Denita bergetar dengan hebat, ia melengkungkan
tubuhnya, memeluk leher penjahat itu dengan erat, dan melenguh keras
sekali, kakinya menendang-nendang ke segala arah, akhirnya Denita
mengalami orgasme pertama kalinya. Bahkan kedua penjahat itu harus
memegangi tubuh Denita yang bergerak menggelepar-gelepar dengan liar
itu. Tanpa ia sadari, Denita juga kencing saat orgasme sehingga air
seninya membasahi tubuh kedua penjahat itu. Tono dan para penjahat itu
takjub melihat air kencing Denita yang keluar dan tertimpa cahaya lampu
yang remang-remang, sehingga tampak seperti air terjun kristal. Pemimpin
para penjahat itu semakin terangsang melihat Denita yang kencing saat
orgasme, ia lalu menyodok Denita lebih cepat dan ia mengeluarkan
spermanya tak lama setelah Denita mengejang karena orgasme.
Setelah merasa semua spermanya telah dikeluarkan, penjahat tadi memberi
isyarat pada temannya yang sedang menikmati kenikmatan anal seks dengan
Denita. Penjahat yang menyodomi Denita langsung memegang paha Denita,
mengangkat tubuh Denita sehingga penis temannya itu tercabut, Denita
melingkarkan tangannya ke bahu penjahat itu agar tidak jatuh. Penjahat
itu menggendong Denita berjalan ke sekeliling kamar itu dalam keadaan
anus Denita dan penisnya masih menyatu dalam pantat Denita sambil
memamerkan memek Denita yang dibanjiri sperma. Tono bisa melihat
banyaknya sperma di kewanitaan Denita meluber keluar dari rahim Denita,
dan menimbulkan bercak di stocking putih itu. Penjahat itu menggendong
Denita kehadapan Tono dan menunjukkan penisnya yang bersatu dalam tubuh
Denita di lubang pantat Denita.
Penjahat itu lalu mengocok memek Denita dihadapan Tono, sehingga Denita
melenguh nikmat dan cairan cintanya disertai sperma pemimpin penjahat
itu meleleh keluar dari celah vaginanya. Tono dipaksa berlutut oleh
perempuan itu di depan selangkangan Denita, pembalut wanita bekas Denita
dicabut dari mulut Tono, dan Tono lalu dipaksa menjilati memek Denita
yang masih mengeluarkan sperma dan cairan cintanya. Tono lalu menjilati
memek kekasihnya itu sesekali ia menghisap-hisap klitoris Denita untuk
menghisap sperma dan cairan cinta di kewanitaan Denita dengan harapan
untuk menurunkan kemungkinan Denita akan hamil dari bibit para penjahat
itu. Penjahat itu juga terus mengocok kewanitaan Denita. Denita
benar-benar terbang ke langit ketujuh, sensasi yang ia rasakan amat luar
biasa, dimana memeknya kini sedang dikocok oleh penjahat itu sekaligus
dijilati oleh kekasihnya, sementara pantatnya masih terasa sedikit sakit
dan sesak karena dipenuhi oleh penis penjahat itu.
Beberapa saat kemudian, mata Denita melotot lebar saat ia hendak
mencapai orgasmenya, namun penjahat itu segera menghentikan kocokannya
dan menarik Denita sedikit menjauhi Tono sehingga jilatan Tono di memek
Denita terhenti. Akibatnya Denita tidak jadi orgasme. Denita menoleh ke
arah penjahat itu dengan wajah yang sayu dan nafas yang terengah-engah
memohon orgasmenya sehingga tawa para penjahat itu meledak melihat
tingkah Denita. Mulut Tono lalu kembali disumpal dengan pembalut wanita
itu.
Penjahat itu lalu memberi Denita perintah untuk menggerakkan pantatnya
sendiri yang masih dimasuki penis. Denita segera mematuhi perintah
penjahat itu, pantatnya digoyang-goyangkan dan ia memompa penis itu
dalam pantatnya sendiri. Denita masih sesekali kentut, dan Tono dipaksa
mencium pantat Denita yang masih dimasuki penis itu. Denita sendiri
merasa amat malu saat Tono menciumi penis penjahat itu dan pantatnya,
namun ia terus menggerakkan pantatnya dihadapan Tono karena ia sudah
tidak tahan dengan kenikmatan di lubang pantatnya itu.
Setelah merasa kentut Denita semakin pelan; penjahat itu berbaring, dan
sekali lagi perempuan itu menyuruh para penjahat itu untuk segera
mengangkat kedua tungkai kaki Denita setinggi mungkin dan tegak lurus.
Denita tetap dientot oleh penjahat itu, dan akhirnya seluruh sisa sperma
penjahat ketiga itu memasuki rahim Denita. Penjahat yang menyodomi
Denita mengganti posisi bercintanya dengan menelungkupkan Denita
sehingga Denita kini dientot dari belakang dengan gaya ******. Denita
pasrah ditunggangi oleh penjahat itu dari belakang; ia berusaha menahan
perih sekaligus kenikmatan di pantatnya saat penis itu memasuki
pantatnya dan ia kentut. Saat celana dalam yang menyumpal mulutnya
dilepas, Denita kembali mendesah keras, ia bahkan menuruti perintah
penjahat itu untuk menggonggong seperti ****** betina.
Kedua tungkai kaki Denita lalu ditarik kebelakang oleh teman-teman
penjahat itu melewati pinggang pemerkosanya itu; Denita lalu dipaksa
menyilangkan kedua mata kakinya agar dirinya menjepit pinggang penjahat
itu sehingga Denita kini seperti sebuah ikat pinggang. Dalam posisi
itulah Denita kembali mengejang hebat dan melenguh keras sekali. Cairan
cintanya muncrat disertai air kencingnya membasahi ranjang dan sebagian
rok gaunnya saat ia mengalami orgasme kedua kalinya. Penjahat itu makin
terangsang melihat Denita yang kencing sambil mengenakan gaun pengantin
putih itu. Penjahat itu membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke leher
Denita; dijilatinya leher Denita yang basah karena keringat setelah
orgasme sambil terus menyodok anus Denita. Sekitar 15 menit kemudian,
penjahat itu merasa telah mencapai puncak kenikmatan, ia langsung
mengganti targetnya, penis itu dicabut dari anus Denita dan langsung
ditanamkan ke kewanitaan Denita dan Denita mendesah keras saat
kewanitaannya dibanjiri para calon bayinya yang lain. Kini Denita bahkan
menaikkan kakinya sendiri untuk memberikan kesempatan bagi para calon
bayi itu untuk dilahirkan olehnya ke dunia. Tentu saja para penjahat itu
dengan sukarela membantu Denita dengan kembali mengangkat kedua tungkai
kaki Denita tinggi-tinggi seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Setelah dibuahi, Denita menungging dan penjahat itu membenamkan wajahnya
ke pantat Denita yang kini sudah tertutup rok gaunnya. Diendusnya
pantat cewek itu; ia bisa merasakan kelembutan rok gaun Denita dan
mencium bau wangi rok gaun cewek itu bercampur dengan bau amis sperma
dan bau pesing air kencing Denita.
Sebagai acara penutup, penjahat itu menepuk pantat Denita dan menyuruh
Denita untuk kentut dihadapan mereka. Denita yang masih menungging
kelelahan tidak merespon perintah penjahat itu. Akibatnya, para penjahat
itu amat marah dan menyeret Tono ke arah Denita. Rok Denita
disingkapkan, dan wajah Tono dibenamkan diantara bongkahan pantat Denita
dengan hidung Tono yang sengaja diposisikan tepat di lubang pantat
Denita. Tono sempat melihat lubang pantat Denita yang kini terbuka
menganga amat lebar sebesar ibu jari orang dewasa setelah disodomi oleh
penjahat itu.
Denita lalu dipaksa kentut oleh mereka dengan hidung Tono yang membenam
di lubang pantatnya. Denita diancam dengan sebilah belati yang
ditempelkan di lehernya. Dengan berat hati, Denita mengumpulkan segenap
tenaganya yang sudah terkuras untuk memenuhi perintah para penjahat itu,
mengentuti wajah Tono.
Denita meringis sejenak dan PREET… Denita akhirnya kentut dengan keras.
Air matanya kembali meleleh karena rasa perih di pantatnya dan juga
perasaan amat malu terhadap Tono, yang kini menciumi aroma anusnya.
Tanpa bisa ditahan, Denita langsung jatuh terbaring di ranjangnya dalam
posisi terlungkup.
Penjahat terakhir membalikkan dan mengangkangkan tubuh Denita di ranjang
itu, pinggul Denita diberi bantal untuk menaikkan posisi pinggulnya.
Setelah merasa posisi Denita sudah tepat, kaki Denita diangkat tinggi
dan dilebarkan membentuk huruf ‘V’, sehingga mereka semua dapat melihat
paha indah yang dibalut stocking putih itu. Kedua kaki Denita dipegangi
oleh penjahat-penjahat yang baru bersetubuh dengannya. Denita melihat
ukuran penis penjahat ini paling kecil diantara teman-temannya, mungkin
karena itulah ia mendapat giliran terakhir untuk bercinta dengan Denita,
lagipula penjahat itu adalah yang paling muda diantara gerombolan itu,
bahkan lebih muda dari Tono karena postur tubuhnya seperti anak SMP,
lebih pendek dan kurus dibandingkan Denita. Denita sempat menanyakan
usia penjahat itu; betapa terkejutnya ia saat mendengar jawaban penjahat
itu: 13 tahun! lebih muda 7 tahun darinya. Denita sempat meragukan
kemampuan seks anak itu; tentunya anak itu tidak sehebat keempat lelaki
yang baru saja menggagahinya. Tono amat iri melihat anak itu, ia sudah
bisa menikmati tubuh gadis dewasa seperti Denita padahal usianya masih
amat muda.
Anak itu memasukkan kemaluannya ke kewanitaan Denita dan mulai memompa
Denita kembali. Denita lalu dipapah keatas, dan ia memeluk leher anak
itu. Bibir Denita lalu dilumat oleh anak itu. Kini Denita malah membalas
menciumi bibir anak itu dan menuangkan ludahnya kedalam mulut anak itu.
Anak itu dengan senang hati mereguk ludah pengantin wanita cantik itu.
Denita tidak melawan lagi saat pinggulnya kembali dipegang. Secara
otomatis Denita menggerakkan pantatnya dan vaginanya langsung menelan
penis anak itu sepenuhnya. Mungkin karena anak itu masih amat muda
sehingga penisnya belum bisa ereksi sepenuhnya dan tentu saja penis anak
itu lebih kecil dari penis pemimpin mereka, maka agak gampang baginya
untuk menembusi vagina Denita yang sudah diperawani teman-temannya yang
lain. Vagina Denita yang sudah tidak perawan itu memang terlihat seperti
lubang menganga yang besar akibat dimasuki penis besar pemimpin
penjahat itu, namun masih cukup untuk memuaskan hasrat anak itu untuk
menikmati nikmatnya tubuh wanita.
Bersambung.....