Gila, hanya kata itu yang ada dalam
benakku saat mengingat kisah pemerkosaan dari para pembantuku yang
hingga kini menjadi skandal perselingkuhan. Aku dibuat liar oleh mereka,
sungguh ini bukan kehendakku tapi aku sangat menikmatinya. Cerita panas
yang sampai kini menjadi rahasia dalam rumah tanggaku.
Di dalam ruangan itu terlihat sunyi beberapa dari mereka tidak sanggup
melihat dua orang suami istri terbujur kaku, sedangkan di sampingnya
terdapat anak yang masih berusia 11 tahun yang sedang menangisi ke dua
orang tuanya, karena merasa kasihan aku meminta izin suamiku untuk
menemuinya, setelah mendapat izin aku lalu menghampiri anak tersebut
berharap dapat menenangkan hati anak tersebut,
“Al..” panggilku pelan sambil duduk di sampingnya, “sudah jangan nagis lagi, biarkan kedua orang tuamu beristirahat”
Anak itu tetap menangis, beberapa detik dia memandangku dan tidak lama
kemudian dia langsung memelukku dengan air mata yang bergelinang,
“tante, hiks…hiks… Aldi ga mau sendirian, Aldi mau mama, papa…” dengan
penuh rasa kasih sayang aku mengelus punggungnya berharap dapat
meringankan bebannya, “tante… bangunin mama,”katanya sambil memukul
pundakku, aku semakin tak kuasa mendengar tangisnya, sehingga air
matakupun ikut jatuh,
“Aldi, jangan sedih lagi ya? Hhmm… kan masih ada tante sama om,” aku
melihat ke belakang ke arah suamiku sambil memberikan kode, suami ku
mengangguk bertanda dia setuju dengan usulku, “mulai sekarang Aldi boleh
tinggal bersama tante dan om, gi mana?” tawarku sambil memeluk erat
kepalahnya,
Sebelum lebih jauh mohon izinkan aku untuk memperkenalkan diri, namaku
Lisa usia 25 tahun aku menikah di usia muda karena kedua orang tuaku
yang menginginkannya, kehidupan keluargaku sangaatlah baik, baik itu
dari segi ekonomi maupun dari segi hubungan intim, tetapi seperti pepata
yang mengatakan tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan
hidupku walaupun aku memiliki suami yang sangat mencintaiku tetapi
selama 4 tahun kami menikah kami belum juga dikaruniai seorang anak
sehingga kehidupan keluarga kami terasa ada yang kurang, tetapi
untungnya aku memiki seorang suami yang tidak perna mengeluh karena
tidak bisanya aku memberikan anak untuknya untuk membalas budi baik
kakakku, aku dan suamiku memutuskan untuk merawat anaknya Aldi karena
kami pikir apa salah menganggap Aldi sebagai anak sendiri dari pada aku
dan suamiku harus mengangkat anak dari orang lain,
####
Sudah satu minggu Aldi tinggal bersama kami, perlahan ia mulai terbiasa
dengan kehidupannya yang baru, aku dan suamiku juga meresa sangat senang
sekali karena semenjak kehadirannya kehidupan kami menjadi lebih
berwarna, suamiku semakin bersemangat saat bekerja dan sedangkan aku
kini memiliki kesibukan baru yaitu merawat Aldi,
“Bi…. tolong ambilin tasnya Aldi dong di kamar saya,” kataku memanggil bi Mar
Hari ini adalah hari pertama Aldi bersekolah sehingga aku sangat
bersemangat sekali, setelah semuanya sudah beres aku meminta pak Rojak
untuk mengantarkan Aldi ke sekolahnya yang baru, beberapa saat Aldi
terseyum ke arahku sebelum dia berangkat ke sekolah. Seperti pada
umumnya ibu rumah tangga, aku berencana menyiapkan makanan yang special
untuk Aldi sehingga aku memutuskan untuk memasak sesuatu di dapur,
tetapi saat aku melangkah ke dapur tiba-tiba kakiku terasa kaku saat
melihat kehadiran pak Isa yang sedang melakukan hubungan intim dengan
mba Ani, mereka yang tidak menyadari kehadiranku masih asyik dengan
permainan mereka,
“Hmm… APA-APAAN INI?” bentakku ke pada mereka, mendengar suaraku mereka
terlihat tanpak kaget melihat ke hadiranku, “kalian benar-benar tidak
bermoral, memalukan sekali!”
Mereka tanpak terdiam sambil merapikan kembali pakaian mereka
masing-masing, beberapa saat aku melihat penis pak Isa yang terlihat
masih sangat tegang, sebenarnya aku sangat terkejut melihat ukuran penis
pak Isa yang besar dan berurat, berbeda sekali dengan suamiku,
“maafin kami Bu,” kini Ani membuka mulutnya, sedangkan pak Isa masih terdiam,
“Maaf… kamu benar-benar wanita murahan, kamu tahu kan pak Isa itu sudah
punya istri kenapa kamu masih juga menggoda pak Isa, kamu itu cantik
kenapa tidak mencari yang sebaya denganmu?” emosiku semakin memuncak
saat mengingat bi Mar istri dari pak Isa, “saya tidak menyangka ternyata
anda yang sangat saya hormati ternyata tidak lebih dari binatang,
betapa teganya anda menghianati istri anda sendiri,” beberapa kali aku
menggelengkan kepalahku, sambil menunjuk ke arahnya,