Nama saya Vita. Sebenarnya itu bukan nama asli saya, tetapi nama samaran
yang diberikan Arthur dalam kisahnya di Arthur: Snow, Ski & Sex.
Menurut orang, wajah saya cantik sekali. Mataku yang sayu sering membuat
pria tergila-gila padaku. Saya sendiri tidak GR tapi saya merasa pria
banyak yang ingin bersetubuh dengan saya. Saya senang saja karena pada
dasarnya saya juga senang ML.
Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya
disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari
kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu
berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 2003, saya
melanjutkan ke SMA negeri di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.
Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman
baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari
mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera.
Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu
saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya
berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.
Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di
Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah
Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di
sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera,
dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju.
Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik
tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan
bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu
kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..
"Gile, jembut Vita lebat banget"
Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.
"Dicukur dong Vita, enggak malu tuh sama celana dalam?" kata Angki.
"Gue belum pernah cukur jembut" jawabku.
"Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau" kata Vera.
Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi
Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung
menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah
mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil
saya.
"Kurang pendek, Vita. Abisin aja" kata Vera.
"Nggak berani, takut lecet" jawabku.
"Sini gue bantuin" kata Vera.
Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi
toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke
sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera
menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan
menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam
waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk
kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa
shaving cream dari selangkanganku.
"Bagus kan?" kata Vera.
Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK
juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan
membersihkan sedikit selangkanganku.
"Vita, elo masih perawan ya?" kata Vera.
"Iya, kok tau?"
"Vagina elo rapat banget" kata Vera.
Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu
menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera
melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.
"Ooh, Vera, geli ah"
Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya
benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya
menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya
di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.
"Memek kamu wangi"
"Jangan Vera" pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.
Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu
seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas
saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di
vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah
perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera
berikutnya.
Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai
meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera.
Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba
membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa
pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya
luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya
sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya
menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari
luar si Nia memanggil..
"Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?"
Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas
memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah
berenang.
Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera.
Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi
keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami
menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul
hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di
sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua
menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan
pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.
"Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6" kata Nia.
"Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya
gede deh" kata Angky.
"Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget
gue bayangin kontol dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue
kan tau Alex cowok elo" kata saya sambil tersenyum.
"Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky
dan Nia juga horny" kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.
Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.
"Eh Vita, beneran nih elo sering mikirin Alex?"
"Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?" tanya saya.
"Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja" kata Vera.
"Pernah kepikiran enggak mau ML?" Vera kembali bertanya.
"Hah? Dengan siapa?" tanya saya terheran-heran.
"Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan
kamu"
"Ah gila loe Vera" jawab saya.
"Mau enggak?" desak Vera.
"Terus kamu sendiri gimana?" tanya saya dengan heran.
"Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?" kata
Vera.
"Ya boleh aja deh" kata saya dengan deg-degan.
"Mau sekarang di rumahku?" kata Vera.
"Boleh"
Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah.
Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil
mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur
aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana
dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias
sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera
dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang
menunggu saya sambil mengobrol di balkon.
"Halo Vita" kata Alex sambil tersenyum.
Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang
hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap.
Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.
"Hayo, langsung aja. Jangan grogi" kata Vera bagaikan germo.
Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali
saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh
tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling
berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti
baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang
berukuran 34C.
Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh
payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku
yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan. Saya
menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu
mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur.
Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di
hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kontol Alex yang besar.
Selama ini saya membayangkan kontol Alex dan sekarang saya melihat
dengan mata kapala sendiri kontol Alex yang berdiri tegak di depan
mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung
menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat
seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap
seluruh batang kontol itu.
Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai
memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat
ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera
dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk
di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam
posisi menungging.
Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah
ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan
keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada
sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan
saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy
style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati
vaginaku.
Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang
ganteng sedang sibuk ngentot dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya
semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya
terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh
Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera
tubuhnya mengejang. Saya melihat kontol Alex dikeluarkan dari vagina
Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.
Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina
saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong
Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya
yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali
seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata
dengan erat merasakan kontol Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit
menahan perih saat kontol Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang
masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.
"Aduh, tunggu dong, sakit nih" keluh saya.
Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke
vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai
berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir
saya dalam hati. Kontol Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku.
Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar.
Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku
maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.
"Kamu diam aja, enggak usah bergerak" katanya dengan galak.
"Jangan galak-galak dong, takut nih Vita" kata Vera sambil tertawa. Saya
ikut tertawa.
Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku
lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku.
Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita
dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi
lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.
Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan
tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai
ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih
lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex
mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah
orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku
dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari
kontol Alex.
Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti
obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya
melihat kontol Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya
bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan
lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex
memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.
Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur
lalu Alex kembali ngentot dengan Vera dalam posisi missionary. Vera
memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan
terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.
Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena
dalam posisi ngentot, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan
kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya
ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan
Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan
saya merasakan jarinya memainkan anusku.
Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak
melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras.
Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya.
Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan
keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali
menyodorkan kontolnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di
atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kontol Alex.
Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya
rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan
liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali
kontol Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus
mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ngentot
dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kontol Alex
memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan
yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot
vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan
keras menikmati sensual dalam diriku.
Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur.
Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling
berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah
kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya
diantar pulang oleh Vera.
Tamat