"Kalau begitu mari kita pulang" pintaku. "E.. sebelum pulang kita makan
dulu, kamu kan lapar Novi." Kemudian Novi menggangguk. Setelah beberapa
saat Novi merasa badannya agak lemas, dia bilang, "Mas mungkin aku masuk
angin nich, habis aku kecapekan belajar sih tadi malam." Aku bingung
harus berbuat apa, lantas aku tanya biasanya diapakan atau minum obat
apa, lantas dia bilang, "Biasanya dikerokin Mas.." "Wah.. gimana yach.."
kataku. "Oke kalau begitu sekarang kita cari losmen yach untuk ngerokin
kamu.." Novi hanya mengangguk saja.
Lantas aku dan Novi mencari losmen sambil membeli minyak kayu putih
untuk kerokan. Kebetulan ada losmen sederhana, itulah yang kupilih.
Setelah pesan kamar, aku dan Novi masuk ke kamar 11 di ruang atas.
"Terus gimana cara Mas untuk ngerokin kamu Nov", tanyaku. Tanpa
malu-malu dia lantas tiduran di kasur, sebab si Novi sudah menganggapku
seperti kakak kandungnya. Aku pun segera menghampirinya. "Sini dong, Mas
kerokin.." Dan astaga si Novi buka bajunya, yang kelihatan BH-nya saja,
jelas kelihatan putih dan payudaranya padat berisi. Lantas si Novi
tengkurap dan aku mulai untuk menggosokkan minyak kayu puih ke
punggungnya dan mulai mengeroki punggungnya.
Hanya beberapa kerokan saja.. Novi bilang, "Entar Mas.. BH-ku aku lepas
sekalian yach.. entar mengganggu Mas ngerokin aku." Dan aku terbelalak..
betapa besar payudaranya dan putingnya masih memerah, sebab dia kan
masih perawan. Tanpa malu-malu aku lanjutkan untuk mengeroki
punggungnya. Setelah selesai semua aku bilang, "Sudah Nov.. sudah
selesai." Tanpa kusadari Novi membalikkan badannya dengan telentang.
"Sekarang bagian dadaku Mas tolong dikerik sekalian." Aku senang bukan
main. Jelas buah dadanya yang ranum padat itu tersentuh tanganku. Aku
berkali-kali berkata, "Maaf Dik yach.. aku nggak sengaja kok.." "Nggak
apa-apa Mas.. teruskan saja."
Hampir selesai kerokan dadanya, aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku
pegang payudaranya, aku elus-elus. Si Novi hanya diam dan memejamkan
matanya.. lantas aku ciumi buah dadanya dan kumainkan pentilnya. Novi
mendesis, "Mas.. Mas.. ahh.., ah ah ahh.." Terus aku kulum putingnya,
tanganku pun nggak mau ketinggalan bergerilnya di vaginanya. Pertama dia
mengibaskan tanganku dia bilang, "Jangan Mas.. jangan Mas.." Tapi aku
nggak peduli.. terus saja aku masukkan tanganku ke CD-nya, ternyata
vaginanya sudah basah sekali. Lantas tanpa diperintah oleh Novi aku buka
rok dan CD-nya, dia hanya memejamkan matanya dan berkata pelan, "Yach
Mas.." Kini Novi sudah telanjang bulat tak pakai apa-apa lagi, wah..
putih mulus, bulunya masih jarang maklum dia baru umur 20 tahun tamat
SMA. Lantas aku mulai menciumi vaginanya yang basah dan menjilati
vaginanya sampai aku mainkan kelentitnya, dia mengerang keenakan, "Mas..
ahh.. uaa.. uaa.. Mas.."
Dan mendesis-desis kegirangan, tangan Novi sudah gatal ingin pegang
penisku saja. Lantas aku berdiri, kubuka baju dan celanaku kemudian
langsung saja Novi memegang penisku dan mengocok penisku. Aku suruh dia
untuk mengulum, dia nggak mau, "Nggak Mas jijik.. tuh, nggak ah.. Novi
nggak mau." Lantas kupegang dan kuarahkan penisku ke mulutnya. "Jilatin
saja coba.." pintaku. Lantas Novi menjilati penisku, lama-kelamaan dia
mau untuk mengulum penisku, tapi pas pertama dia kulum penisku, dia mau
muntah "Huk.. huk.. aku mau muntah Mas, habis penisnya besar dan
panjang.. nggak muat tuh mulutku." katanya. "Isep lagi saja Nov.."
Lantas dia mulai mengulum lagi dan aku menggerayangi vaginanya yang
basah. Lantas aku rentangkan badan Novi.
Rasanya penisku sudah nggak tahan ingin merenggut keperawanan Novi.
"Novi.. Mas masukkan yah.. penis Mas ke vaginamu", kataku. Novi bilang,
"Jangan Mas.. aku kan masih perawan." katanya. Aku turuti saja
kemauannya, aku tidurin dia dan kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya.
Dia merasakan ada benda tumpul menempel di vaginanya, "Mas.. Mas..
jangan.." Aku nggak peduli, terus kugesekkan penisku ke vaginanya,
lama-kelamaan aku mencoba untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Slep..
Novi menjerit, "Ahk.. Mas.. jangan.."
Aku tetap saja meneruskan makin kusodok dan slep.. bles.. Novi
menggeliat-geliat dan meringis menahan sakitnya, "Mas.. Mas.. sakit
tuh.. Mas.. jangan.." Lalu Novi menangis, "Mas.. jangan dong.." Aku
sudah nggak mempedulikan lagi, sudah telanjur masuk penisku itu.
Lantas aku mulai menggerakkan penisku maju mundur. "Ah.. Mas.. ah..
Mas.." Rupanya Novi sudah merasakan nikmat dan meringis-ringis
kesenangan. "Mas.." Aku terus dengan cepatnya menggenjot penisku maju
mundur. "Mas.. Mas.." Dan aku merasakan vagina Novi mengeluarkan cairan.
Rupanya dia sudah klimaks, tapi aku belum. Aku mempercepat genjotanku.
"Terus Mas.. terus Mas.. lebih cepat lagi.." pinta Novi. Tak lama aku
merasakan penisku hampir mengeluarkan mani, aku cabut penisku (takut
hamil sih) dan aku suruh untuk Novi mengisapnya. Novi mengulum lagi dan
terus mengulum ke atas ke bawah. "Hem.. hem.. nikmat.. Mas.." Aku
bilang, "Terus Nov.. aku mau keluar nich.." Novi mempercepat kulumnya
dan.. cret.. cret.. maniku muncrat ke mulut Novi. Novi segera mencabut
penisku dari mulutnya dan maniku menyemprot ke pipi dan rambutnya. "Ah..
ah.. Novi.. maafkan Mas.. yach.. aku khilaf Nov.. maaf.. yach!" "Nggak
apa-apa Mas.. semuanya sudah telanjur kok Mas.." Lantas Novi bersandar
di pangkuanku. Kuciumi lagi Novi dengan penuh kesayangan hingga akhirnya
aku dan Novi pulang dan setelah itu aku pun masih menanam cinta
diam-diam dengan Novi kalau istriku pas tidak ada di rumah.
Novi.. Novi.. Novi sayangku, terima kasih.