Sebut saja namaku Dina. Aku seorang wanita karier yang telah berusia 40
tahun. Tinggi badanku 170 cm dengan berat badan 43 kg. Ukuran braku 34B.
Bulu-bulu vaginaku termasuk sedikit, karenanya celah vaginaku dapat
terlihat dengan mudah. Berkat rajinnya aku melakukan perawatan muka dan
tubuh maka kulitku masih halus, putih, bersih dan kencang. Kebanyakan
teman-temanku memujiku seperti baru berumur 33 tahun.
Saat ini aku tinggal sendiri di kawasan Surabaya bagian barat. Aku
bercerai dengan suamiku sejak enam tahun yang lalu karena beda prinsip
yang terlalu keras. Putra kami satu-satunya hasil dari perkawinan kami
kutitipkan pada ibuku di kota asalku, Semarang.
Dulu pada waktu masih muda, aku adalah seorang eksibisionis yaitu orang
yang suka memamerkan tubuhnya pada orang lain. Hanya saja aku suka
melakukannya seolah-olah aku sendiri tidak tahu kalau pakaianku
tersingkap. Sifat itu menghilang ketika aku memasuki masa-masa berkerja,
tetapi setelah bercerai selama enam tahun, sifat itu mulai kembali
lagi. Kalau pulang ke rumah setelah kerja, aku suka melepaskan semua
pakaian kerjaku setelah masuk pintu, lalu berjalan-jalan di dalam rumah
hanya memakai bra dan celana dalam. Setelah itu, biasanya aku akan mandi
tanpa menutup pintu kamar mandi dan keluar kamar mandi setelah selesai
dalam keadaan telanjang sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Kalau
tidak malas, aku akan memakai celana dalam dan bra atau gaun malam saja
tanpa celana dalam dan bra. Tapi kalau malas, aku akan membiarkan
tubuhku telanjang, lalu aku akan mulai makan, nonton TV ataupun
bersantai. Aku juga suka tidur dengan pakaian yang sexy dan minim.
Pernah aku tidur tanpa memakai pakaian sama sekali.
Dua bulan yang lalu, aku kedatangan tamu dari Semarang. Tamu itu adalah
keponakanku sendiri. Umurnya baru 17 tahun, dia anak dari kakak
laki-lakiku yang paling bungsu. Dia datang di saat liburan sekolahnya.
Aku sangat gembira menyambutnya. Dia kusuruh tinggal di kamar sebelah
kamar tidurku. Hari-hari awal semuanya berjalan seperti normal, tetapi
satu minggu kemudian, ada yang sedikit aneh. Pakaian dalamku sering
kutemukan tidak pada tempat dan urutannya. Kadang-kadang sedikit tidak
rapi. Ada timbul kecurigaan kalau keponakanku itu memainkan pakaian
dalamku, sebab kalau tidak siapa lagi. Kadang-kadang ada pakaian dalamku
yang hilang lalu besoknya ditemukan kembali ditempatnya semula. Aku
mulai merasa kalau keponakanku memiliki obsesi seks tentang aku.
Suatu malam aku memutuskan untuk menguji keponakanku. Selesai mandi, aku
segera mengambil celana dalam g-string warna merah dengan renda-renda
yang sexy dan kukenakan. Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam
berwarna pink dengan bahan satin. Gaun malam itu semi transparan, jadi
tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan menampakkan
lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya. Panjang gaun malam itu hanya 10
cm dari selangkanganku. Di bagian pundak hanya ada 2 tali tipis untuk
menggantung gaun malam itu ke tubuhku. Bila kedua tali itu diturunkan
dari pundakku, dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan
menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan.
Setelah itu, aku keluar ke ruang keluarga tempatku menonton TV dan
segera duduk menonton TV. Mula-mula aku berusaha duduk dengan sopan dan
berusaha menutupi selangkanganku dengan lipatan kakiku. Tak lama
kemudian, keponakanku keluar dari kamarnya dan duduk di sebelahku.
Sepanjang malam itu, kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi
aku tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut mataku.
Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah meja di depan seolah-olah
menjangkau sesuatu yang akhirnya mempermudah dia melihat payudaraku
lewat leher bajuku yang longgar. Tak lama kemudian, aku mencoba lebih
berani lagi. Aku mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini
pakaian tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan pantat dan
tali g-string di pinggangku. Dari ujung mataku aku bisa melihat kalau
keponakanku melihat bagian itu terus. Anehnya, aku mulai merasa
terangsang. Mungkin ini akibat dari masa mudaku sebagai seorang
eksibisionis.
Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil. Sengaja pintu kamar mandi
tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan sedikit celah. Dari
pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan keponakanku muncul di celah
pintu dan mengintipku, walaupun saat itu aku membelakangi pintu.
Setelah itu, aku menundukan kepalaku, pura-pura konsentrasi pada
g-stringku agar dia tidak kaget. Kemudian aku membalikkan badanku,
mengangkat gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan matanya.
Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat hal ini, tetapi
dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki paling menyukai saat ini
yaitu pada saat perempuan mulai membuka pakaiannya.
Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan air kencingku.
Aku yakin dengan posisi seperti ini, keponakanku ini akan sangat
menikmati pemandangan vaginaku yang mengeluarkan air kencing. Ini juga
salah satu yang kudengar bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing.
Setelah kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku
lalu kuturunkan gaun tidurku. Setelah itu, aku membalikan badanku lagi
sambil membetulkan g-stringku bagian belakang. Sebetulnya aku memberikan
kesempatan kepada keponakanku untuk pergi tapa terlihat aku. Benar
saja, lagi-lagi dari pantulan tegel dinding aku melihat bayangan
keponakanku menjauh ke arah ruang keluarga. Setelah semua selesai, aku
kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada apa-apa.
Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka keponakanku
merah, Dalam hatiku aku tertawa karena teringat masa laluku sebagai
eksebisionis. Waktu itu, semua laki-laki yang memandangku saat aku
sedang "Beraksi" juga memperlihatkan reaksi yang sama. Untuk
menghilangkan rasa gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan
dibalas dengan senyum yang kikuk. Setelah itu, aku kembali duduk di sofa
dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara nonton TV dan
bincang-bincang kami. Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk tidur,
karena saat itu jam 11.30.
Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat tidur. Gaun
malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat tidur kubiarkan saja
sehingga memperlihatkan g-string yang kupakai. Tali gaun tidurku sebelah
kiri merosot ke siku tangan juga tidak kuperbaiki sehingga puting
payudaraku sebelah kiri nongol sedikit. Aku mulai menikmati kalau
diintip oleh keponakanku di kamar mandi tadi. Mulai besok aku
merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi.
Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku bangun dengan
posisi pakaian yang tidak karuan. Setelah membetulkan tali bahu gaun
malamku, aku keluar kamar. Di luar kamar, aku bertemu dengan keponakanku
yang sudah bangun. Dia sedang menonton acara TV pagi. Aku menyapanya
dan segera di balas dengan sapaannya juga. Setelah itu, aku mengambil
handuk dan pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi pintu kamar mandi tidak
kututup rapat. Seperti dugaanku, keponakanku kembali mengintipku. Aku
kemudian membuka gaun malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string.
Gaunku itu kuletakan di tempat cucian. Setelah itu, dengan hanya memakai
g-string, aku berdiri di depan wastafel dan menggosok gigiku. Saat
menggosok gigi, payudaraku bergoyang-goyang karena gerakan tanganku yang
menyikat gigi.
Keponakanku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah mengatur
posisi tubuhku agar dia dapat menikmati pemandangan ini. Setelah
selesai, aku kemudian membuka g-stringku. Sementara g-stringku masih
kupegang di tangan, aku kemudian kencing sambil berdiri. Air seniku
kuarahkan ke lantai. Setelah itu, aku siram dan aku masuk ke tempat
shower. Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga. Aku kemudian mandi
seperti biasa, tetapi saat menyabuni badan, aku menyabuni dengan
perlahan-lahan. Gerakan tanganku kubuat sesensual mungkin. Bagian
payudara dan vaginaku kusabuni agak lama. Setelah membilas badanku, aku
masih melanjutkan acara mandi sambil diintip dengan mencuci rambut.
Selesai semua itu, aku kemudian mengeringkan badan dan rambut, lalu
melilitkan handuk di tubuhku. Sekilas aku melihat dari pantulan tegel
dinding kalau keponakanku sudah pergi. Aku kemudian keluar dari kamar
mandi.
Saat keluar aku melihat keponakanku duduk di depan TV sambil menikmati
acara TV. Aku tahu sebetulnya dia hanya pura-pura. Mukanya merah seperti
kemarin sewaktu habis mengintipku kencing. Aku kemudian masuk kamar
tidurku. Pintu kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan
harapan keponakanku akan mengintip baju. Lewat pantulan cermin di lemari
pakaianku, aku melihat kalau bayangan keponakanku ada di depan pintu.
Dia mengintipku lagi. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kubuka
lilitan handukku sehingga aku telanjang bulat. Setelah itu, dengan
handuk itu, aku terus mengeringkan rambutku yang basah sementara aku
terus menuju ke meja rias.
Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku
mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku menuju ke lemari kemudian
mengambil celana transparan yang berwarna putih. Setelah memakainya, aku
kemudian mengambil sebuah strapless bra warna putih (bra yang tali
bahunya bisa di lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan
kawat penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan memakainya pula.
Kemudian aku mengambil jubah pendek dari bahan satin berwarna putih dan
kupakai. Setelah menalikan tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan
rambutku lagi sebelum keluar. Dari pantulan cermin aku melihat kalau
bayangan keponakanku sudah tidak ada.
Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi untuk kami
berdua. Keponakanku saat itu sudah di kamar mandi untuk mandi.
Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma sekedar mandi, tetapi pasti
memakai gaun malam dan g-stringku sambil mastubasi membayangkan badanku.
Aku tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang keponakanku.
Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi dan ganti baju, cairan
kewanitaanku terasa mengalir di sela-sela vaginaku. Aku sendiri
betul-betul terangsang.
Saat makan pagi siap dan keponakanku selesai mandi, aku menyuruhnya
makan bersama. Saat makan, jubah satin yang kupakai melonggar di bagian
leher, tetapi aku pura-pura tidak tahu. Aku tahu kalau keponakanku
memperhatikan bra yang terlihat akibat bagian leher yang terus
melonggar. Setelah makan selesai, aku membereskan piring sementara
keponakanku duduk di sofa membaca buku. Setelah aku merasa semua sudah
beres, aku kemudian mengajaknya untuk jalan-jalan menikmati liburannya.
Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan keponakanku.
Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi, kencing atau ganti baju. Aku
juga membiarkannya mencuri dan memakai pakaian dalamku sepanjang dia
mengembalikannya baik ke lemariku maupun ke tempat cucian.
Aku pura-pura tidak tahu kalau dia melakukan semua itu. Hanya saat aku
melakukan masturbasi saja yang tidak kubiarkan dia mengintip. Lagi pula
biasanya aku melakukan masturbasi di malam hari saat hendak tidur.
Sebetulnya ini karena aku malu menunjukkan kepadanya kalau aku sedang
terangsang. Aku sangat menikmati situasi ini sampai saat dia harus
pulang kembali ke Semarang, aku mengatakan kepadanya kalau aku sangat
menyukai perhatiannya. Maksudku adalah aku suka diintip olehnya. Entah
dia mengerti maksudku atau tidak, tetapi dia juga mengatakan kalau dia
sangat menikmati liburan ini. Aku berharap untuk liburan selanjutnya,
keponakanku mau datang lagi agar aku bisa menunjukan tubuhku lagi
kepadanya.
Pengalaman ini sungguh indah dan menyegarkan masa laluku. Kalau ada
kesempatan, aku akan berusaha untuk mengulanginya lagi hanya saja aku
sekarang lebih suka diintip.
E N D