Akhirnya aku bisa diterima di STM Negeri di daerah Santa, Kebayoran.
Dikarenakan saat test masuk, aku termasuk 10 besar, maka otomatis aku
mendapat bea siswa selama 1 tahun. Ini bisa dipertahankan asal aku
selama sekolah bisa mendapat rangking di kelas. Minimal rangking
3.Titin, lihatlah prestasiku, seharusnya aku berbagi kebahagiaan ini
denganmu.
Akhirnya aku sekolah di STM itu tanpa bayar malah dibayar sebagai uang
saku. Bapak ibuku sangat bangga dengan hal itu. Bapak Ibu sering cerita
kepada orang-orang yang datang minum kopi. Aku sudah bisa melupakan
Titin. Mungkin karena temanku laki-laki semua.
Pada akhirnya, saat aku kelas 2, saat umurku 17 tahun, aku mendapat
tawaran dari tetanggaku Om Candra untuk mengajari Matematika anaknya
yang kelas 2 SMP. Karena ibuku cerita bahwa nilai Matematikaku di ijasah
SMP adalah 9. Dia cerita kalau anaknya lemah di Matematika dan IPA.
Sedangkan nilai untuk pelajaran IPS adalah lumayan.
Aku belum menyanggupinya, karena aku belum pernah mengajar kecuali pada
Titin. Hingga suatu saat dia membawakan raport anaknya. Aku kaget sekali
ternyata nilai raport untuk Matematika-nya tak pernah lebih dari 5.
Sedangkan Fisika-nya paling tinggi adalah 6, yang lain 7 dan 6.Tak ada
yang 8. "Ini pasti naik kelasnya dikatrol," batinku. Aku kasihan sekali
akhirnya kusanggupi. Kulihat photonya, namanya, umurnya dll. Siti
Maesaroh 13 tahun. "Hmm.. cantik juga," batinku.
Setelah perjanjian mengenai target, berapa dia membayarku serta
jadwalnya, akhirnya les privat tersebut akan dimulai bulan depan. Satu
minggu 3 kali masing-masing selama 2 jam. Dimulai jam 4 sampai jam 6
sore. Selasa, kamis dan sabtu setiap pulang sekolah. Matematika, Fisika
dan Kimia. Ibu sangat bangga karena yang diajari adalah anak orang kaya
yang terpandang di daerahku.
Aku harus membaca kurikulum Matematika dan Fisika untuk SMP. Kubeli
bukunya di tukang loak di daerah cipete lalu kubuat daftar pengajaran
serta daftar kemajuan. Akhirnya saat itupun tiba.
Dengan naik sepeda kebanggaanku (kubeli sepeda bekas murah dan
memperbaikinya), sampailah akudi rumah Om Candra. Dengan sedikit grogi,
kuketok rumahnya. Akhirnya pembantunya yang keluar."Mas Pri yaa. Ayo
masuk Mas," kata Siti nama pembantunya. Wah, rumahnya besar banget. Aku
celingak celinguk mengagumi rumah itu. Lalu aku diantarkan ke ruang
belajar di lantai atas. Sementara itu di atas meja sudah terhidang
segelas kopi susu dan pisang goreng.
Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya seorang gadis keluar dari kamarnya.
Aku melongo melihatnya. Ini bidadari atau apa..? Cantiknya melebihi yang
ada diphoto raportnya. Titinku yang cantik kalah jauh bila dibandingkan
dia. Dia memakai baju terusan warna krem. Matanya bulat, hidungnya
mancung, bibirnya tipis, alisnya cukup tebal, giginya putih berbaris
rapi, rambutnya sebahu, kulitnya putih, tinggi semampai, dadanya sudah
menonjol cukup besar. Maklumlah sekolahku yang STM semuanya laki-laki
dan lingkungan rumahku adalah lingkungan kampung, makajarang sekali
kulihat wanita cantik. Ada yang mulai mengeras. "Seandainya.. Aahhh..
Ini adalah muridku dan dia bukan levelku," batinku memperingatkanku.
"Lho, kok bengong Mas."
"Oh.. eehhh.. Mas lupa kalau yang diajarin itu perempuan. Seingat Mas laki-laki," kataku mengelak.
"Namanya siapa Mas.. aku Maesaroh, biasa dipanggil Sara."
"Aku Prihatin, biasa dipanggil Pri atau Atin. Panggil aja Mas Pri," sahutku.
"Maesaroh dipanggilnya Sara..?" batinku.
"Oke bisa kita mulai..? Mau Matematika dulu, Fisika atau Kimia?" sambungku lagi.
"Mmmhh.. matematika aja dulu deh Mas.." sahutnya.
Lalu aku mulai mengajarkannya. Ternyata Sara bukanlah bodoh tapi karena
dasarnya kurang, maka kukonsentrasikan dia dulu kepada dasar Matematika
kelas 1 SMP. Baru setelah itu Fisika dan Kimianya.
Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya dia bisa mendalami dan
memahami dasar-dasar Matematika yang merupakan dasar Fisika dan
Kimianya. Ini terbukti kadang-kadang sengaja aku berbuat salah dan dia
mengkoreksinya. Selebihnya tugasku jadi ringan, karena tinggal
menerangkan sebentar, dia langsung mengerti. Dan aku tinggal mengoreksi
saja. Bahkan dia kubekali dua tingkat lebih tinggi dari kurikulum
sekolahnya. Aku bangga ternyata muridku bukanlah anak yang bodoh.
Aku jadi tahu segala sesuatu tentang keluarganya. Dia adalah anak kedua
dari tiga bersaudara. Semuanya perempuan. Kakaknya Siti Fatimah, 16
tahun, panggilannya Fatty sekolah di SMA kelas 2 di Jogyakarta. Adiknya
Siti Khodijah, panggilannya Ketty baru kelas 6 SD. Dia sendiri bernama
Siti Maesaroh. Ayahnya adalah seorang Cina keturunan. Bekerja di Mandala
Airways sebagai kepala pemasaran. Ibunya adalah orang Pakistan yang
bekerja di kedutaan. "Pantas aja anaknya cantik-cantik semua." batinku.
"Udah cantik, kaya lagi." Mobilnya saja saat itu ada 3 buah. Ibunya,
bapaknya, dan satu lagi untuk antar jemput sekolah anak-anaknya.
Pembantunya ada 3, tukang kebunnya 1, sopirnya 3. Bapaknya berangkat jam
7 pagi dan pulangnya rata-rata jam 8 malam.Ibunya dua minggu sekali
pergi ke Pakistan. Seringnya 3 hari kadang-kadang pernah sampai 8 hari.
Pergaulannya sangat dibatasi oleh bapaknya. Jadi kalau pulang sekolah
harus pulang, tidak boleh ke mana-mana. Kalau mau pergi, malamnya harus
ijin dulu ke bapaknya dan itupun harus diantar oleh sopirnya. Jadi dia
bisa dibilang kesepian untuk anak seumurnya. Walaupun semua fasilitas
dia punya.
Selama mengajar, aku tak berani kurang ajar padanya. Pertama aku takut
targetku supaya raportnya tak merah tak berhasil, kedua karena aku
sangat minder dengannya. Terutama dari segi kekayaan. Walaupun itu milik
orang tuanya. Paling-paling, aku hanya melirik ke bukit kembarnya dan
menatap wajahnya saat dia menulis, mengintip celana dalamnya saat dia
memakai rok mini.Terkadang malah curi-curi mencium harum rambutnya saat
menerangkan sesuatu. Memang kadang-kaadang kami belajar di meja belajar
atau sambil duduk di karpet. Sepertinya aku jatuh cinta sama muridku
ini. Tapi terus terang aku takut.
Suatu hari, kulihat dia sangat murung. Belajarnya kurang semangat. Wah,
bisa kacau nih. Bisa-bisa aku nanti nggak dibayar sama bapaknya.
Perjanjiannya adalah kalau terima raport nanti masih merah, maka aku
tidak dibayar. Padahal 1 bulan lagi dia mau ulangan umum.
"Sar, kamu kenapa? kok kayaknya ada masalah..?" tanyaku.
"Ngaak.. nggak pa-pa kok." sahutnya tidak bersemangat.
Setelah diplomasi sambil belajar, akhirnya setelah selesai belajar dia
mau juga ngomong. Ternyata dia itu naksir Joko, anak kelas 3 yang jadi
bintang basket di sekolahnya. Sedangkan Joko lebih memilih Susi yang
satu kelas dengan Joko. Oh, masalah cinta monyet toh. Aku senyum seorang
diri.
"Lhoo.. Mas kok senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Bukannya bantuin gimana gitu." gerutunya.
"Wah kalau soal cinta, Mas nggak bisa ngapa-ngapain. Mas khan cuman jadi
guru Matematika sama IPA. Kalau ditambahin jadi guru cinta, Mas mau
bantuin," sahutku bercanda.
"Oke deh, sekarang kalo Mas aku angkat jadi guru cinta, Mas berbuat apa kalau jadi aku?" tanyanya.
"Yaa.. nggak tahu. Mas khan laki-laki," bantahku.
"Oke deh, kalau lelaki itu ngeliat perempuan dari apanya."
"Walaupun Mas belum pengalaman sama perempuan, Mas juga sekolahnya di
STM, tapi karena Mas menang umur dari kamu, Mas coba jelasin semampu Mas
ya."
Lalu kujelaskan semampuku tentang pandangan lelaki terhadap perempuan.
Kalau lelaki itu melihat perempuan dari penampilannya, bentuk tubuhnya,
kepribadiannya, dll juga karena sering ketemu. Dia memperhatikanku
dengan seksama. Kami jadi lebih sering beradu pandang, berdebat. Aku
jadi makin tertarik dengan muridku ini.
Aduh gimana sih nih.. Kok jadinya begini.
"Menurut mas, Sara ini cantik nggak?" tanyanya.
"Sara itu gadis yang tercantik yang Mas pernah liat," sahutku jujur sambil menatap wajahnya.
"Bayangin sudah tercantik ditambahin paling..." tambahku lagi.
Wajahnya langsung bersemu merah dan tersenyum. Bukan main cantiknya kalau lagi begitu.
"Bener.. Mas.. kalau body-ku?" tanyanya lagi sambil berdiri, muter-muter di depanku. Dadanya disorongkan ke depan.
Oh ya, saat itu dia memakai celana pendek agak gombrong, kaos Mickey Mouse sehingga BH-nya membayang sedikit.
"Body kamu juga bagus banget. Tinggi, sory ya.. dada kamu juga bagus,
pantatmu bulet, kakimu jenjang," kataku lagi sambil melihat seluruh
tubuhnya.
Saat aku bilang dadamu bagus, dia langsung memegang dadanya.
"Mas nggak bohong khaannn..?" katanya sambil memegang lenganku
ditempelkan ke dadanya. Lunak dan hangat. Mau nggak mau penisku jadi
tegang saat itu.
"Jujur demi Tuhan," kataku meyakinkan.
Karena aku sudah tidak kuat lagi, aku minta ijin pulang padanya.
"Yaa.. Mas kok pulang siicchh."
"Iyaa.. Mas ada perlu. Besok kalau nggak ada keperluan, Mas mau nemenin Sara deh.." sahutku.
Aku bangun agak tertunduk, maklum terpedoku ketekuk.
"Knapa Mass," tanya Sara.
"Aku kesemutan nih," elakku.
Dibantunya aku berdiri, entah kenapa lenganku menyentuh susunya lagi dan
dia pun tidak merasa risih. Teras lunak dan hangat. Makin sakit rasa
terpedoku.
"Udah ya.. sampe besok Sabtu." kataku.
Hari Sabtunya aku datang lagi. Kok rumahnya sepi. Pada kemana..?
Biasanya kalau Sabtu bapak dan ibunya sudah pulang. Dan mereka pergi
jalan-jalan malam harinya.
"Pada kemana Sar, kok sepi," tanyaku ke Sara saat ketemu.
"Papa tugas ke Palembang 3 hari, Mama ke Pakistan, katanya sih sekitar 4
harian. Si Siti sama Imah izin ke Garut. Tinggal Mang Ujang (sopirnya),
Pak Parno (tukang kebun) sama Bi Inah," katanya.
Ternyata sopir bapak dan ibunya adalah sopir kantor.
"Mas.. boleh nggak hari ini Sara izin nggak belajar?" tanyanya.
"Lho.. kok nggak bilang kemaren. Mas udah dateng baru bilang. Emangnya kamu kenapa? Sakit..?"kataku.
"Nggak.. tadi aku pijam video bagus sama Sari (temannya), dia bilang
nontonnya nggak boleh sendirian harus berdua. Tadinya mau nonton sama
Ketty, eehh.. si Ketty pake ikut papa segala.. Ya aku tunggu Mas dateng
aja."
"Kamu ada PR nggak?" tanyaku.
"Barusan udah aku kerjain kok. Coba aja Mas cek.." katanya sambil menyodorkan buku Matematika-nya.
Aku cek ternyata betul semua.
"Ya udah kalau begitu. Film apa sih, kok nontonnya harus berdua?"
tanyaku sambil melihat ke judul filmnya. American Angel terbaca
disampulnya. Tak ada gambar.
"Terima kasih ya Mas. Yuuk.. ke kamar Sara. Videonya ada di sana." katanya sambil menggandeng tanganku ke kamarnya.
Kamar Sara ternyata besar sekali. Ada rak yang penuh dengan boneka, ada
TV besar, ada stereo set lengkap, ada AC-nya, ada kamar mandinya, meja
belajarnya bagus, tempat tidurnya luas (ukuran kingsize) dan ada
pintunya ke balkon. Eh.. ada teleponnya lagi. Bukan main. Rumahku sama
kamarnya masih luas kamarnya. Aku keliling terkagum-kagum.
"Kalau si Ketty tidurnya di mana?" tanyaku.
"Lho.. Ketty khan kamarnya di sebelah.. Mas belum tahu ya." katanya sambil memasukkan video ke playernya.
Aku makin kagum aja, kamar segini luas dipake sendiri. Bermimpi pun aku
tidak pernah punya kamar seperti ini. Apalagi membayangkan. Takut tidak
kesampaian. Aku duduk di karpet bersandarkan tempat tidur melihat ke TV.
Mana gambarnya?
"Oh yaa.. Mas mau minum apa? Bi Inah lagi tidur katanya dia lagi masuk angin." tanyanya sambil keluar kamar.
"Air putih aja deh," jawabku takut ngerepotin dia.
Oh ya, aku lupa. Saat itu Sara tumben memakai daster agak tipis.
Biasanya dia memakai celana pendek sama kaos. Dasternya itu lho yang
nggak nahan. BH sama celana dalamnya terbayang. Dia masuk sambil membawa
sebotol air dan gelas, lalu ditaruh di meja belajarnya.
"Kalau haus ambil sendiri ya Mass, aku taruh di sini," katanya lalu mem-play-kan videonya.
"Pantesan dari tadi nggak ada gambarnya." gumanku dalam hati.
Dia duduk di sebelahku. Tercium harum badannya. Bau sabun mandi. Oh, ternyata dia habis mandi. Pantes kelihatan segar.
"Mas, tadi khan guru sejarahku nggak masuk, lalu aku ke kantin sama
temen-temen. Mereka cerita tentang pacar mereka, pengalaman mereka
pacaran. Aku malu lho.. Mas, masak cuman aku aja yang nggak punya
pacar."
"Lho.. emang kamu belum punya pacar?" pancingku.
"Ihh.. Mas ngledek. Ya belum doongg.."
"Mau nggak jadi pacar Mas," godaku.
"Emangnya Mas juga belum punya pacar?" tanyanya.
"Siapa yang mau sama Mas, orang jelek miskin gini." kataku merendah.
"Tapi Sara kan belum punya pengalaman pacaran, Mas.."
"Emang Mas udahh. Mas khan juga belum pernah." sahutku.
Hening sekejap. Sementara di TV ada adegan orang ciuman.
"Mas, apa enaknya sih ciuman seperti itu?" katanya sambil matanya menatap TV.
"Dibilang Mas belum pernah.. ya.. mana tahu rasanya.."
"Kayaknya sih enak, liat tuh sampe merem-merem segala," sambungku.
Hening lagi, yang ada adalah adegan yang kian merangsang di TV. Si
lelaki sedang bergelut sambil melucuti pakaian perempuannya, begitu pula
sebaliknya. Mereka saling melucuti. Lalu mereka saling meremas.
"Aaahh.. ohhh.. sshhh.. shshshs.." begitu suara di TV. Kurasakan nafas
Sara semakin cepat. Lalu menyandarkan kepalanya ke pundakku. Kakinya
yang tadi diselonjorkan, kini ditekuk. Penisku mulai menegang. Ketika si
perempuan sedang mengulum penis lelaki, siSara mendesah, "Ihhh.." Aku
tak tahu apa maksud desahannya. Jijik atau apa.
Tiba-tiba Sara berbisik, "Mass.. ajarin Sara ciuman doongg.."
"Supaya Sara nggak malu kalo cerita sama temen-teman." sambungnya.
"Si Rina malah susunya pernah dicium sama pacarnya.. seperti yang divideo itu," katanya menambahkan.
Aku seperti mendapat durian runtuh. Disaat penisku keras, nafsuku naik karena adegan TV, ada yang minta dicium, Bidadari lagi.
"Mumpung sepi nggak ada orang nihh." batinku.
Kurangkul dia, lalu kupangku menghadapku. Sara pasrah saja terhadap apa
yang kulakukan. Kucium pipinya, matanya, hidungnya. Dia menikmati semua
yang kuberikan. "Aaahh.. Maassss.. hmmm.."Kuelus-elus punggungnya,
kupegang pantatnya sambil kuremas. Bulat dan keras. Tangannya pun mulai
memeluk pinggangku. Kukecup bibirnya. Mula-mula dia tidak membuka
mulutnya. Hanya bibir kami yang bertautan. Kumainkan lidahku, akhirnya
mulutnya terbuka. Lidahku dan lidahnya saling membelit. Terasa manis
ludahnya. "Ternyata muridku pintar sekali belajar. Dia mengikuti apa
yang aku lakukan." Kucoba meraba susunya. Dia tersentak. Tapi ciumanku
tak kulepaskan. Tangannya memegang tanganku tapi tidak ditarik hanya
dipegang saja. Pertanda dia pun menikmatinya. Kuremas dari luar perlahan
bukit kembarnya. "Aaahh.. Maasss.." desahnya.
Kuberdirikan dia, kuplorotkan dasternya. Dia kaget sekali. Langsung
kucium lagi bibirnya, tangan kiriku meremas-remas pantatnya, tangan
kananku meremas susunya. Lama-kelamaan dia sudah tak peduli lagi dengan
tubuhnya yang setengah telanjang. Hanya dengan BH dan CD cream-nya.
Kudorong dia ke tempat tidur. Tanganku sekarang berusaha memegang
susunya dari balik BH-nya. Kuangkat BH kirinya, kupegang langsung ke
putingnya yang menonjol. "Aaacchhh.. Masss.. sshhh.. ssshh.." desahnya
disela-sela nafasnya yang memburu. Sambil menatap matanya yang mulai
sayu, tangan kananku mencoba melepas BH-nya. Tak ada penolakan sama
sekali. Bukan main muridku ini.
Sekarang terpampanglah sepasang bukit kembar yang sangat indah.
Putingnya yang coklat muda tampak menonjol di bukitnya yang putih.
Kukecup putingnya, dia menggerinjal. Kucium susu kirinya sambil kuremas
susu kanannya. "Aaacchhh.. Masss.. sshhh.. ssshh.. aaduuhhh.." kedua
tangannya menjambak rambutku. Kulirik dia, ternyata dia sedang melihat
ke TV dimana sedang ada adegan orang sedang bersetubuh. Tanganku segera
mengusap-usap pahanya, turun ke dengkul, naik lagi. Kuusap-usap
vaginanya dari luar CD-nya. Sudah basah. Kumasukkan tangan kananku ke
dalam CD-nya. Bulu rambutnya masih sedikit. Kuusap-usap bibir
kemaluannya. Lalu kumasukkan jari tengahku ke liangnya. Becek banget ya.
Karena kurang leluasa, kubisikkan, "Sar, Mas sayang banget sama Sara.."
"Mas.. Saaarrraaa.. jugaaa sayaaaannngg Masss.." desahnya.
"Mas buka yaa.."
Dia menatapku tajam. Tapi tanganku mulai menurunkan CD-nya. Dia tidak
menolak, bahkan membantuku dengan menaikkan pantatnya. Setelah CD-nya
terbuka, tampaklah seonggok daging yangindah sekali bentuknya. Agak
tembem. Kucium perlahan. Baunya segar sekali. "Maasss.. aaahh.."
desahnya keras sambil pantatnya terangkat ke atas.
Penisku sakit karena tegangnya sudah maksimum dan terjepit celana. Aku
berdiri melepaskan semua pakaianku. Dia hanya memandangiku sayu.
Bugillah kita berdua di kasur yang luas.
Kubenamkan wajahku di sela-sela pahanya yang membuka. Kujilati seluruh
permukaan vaginanya. Kumasukan lidahku mencari kacang kedelenya. Begitu
tersentuh. Dia menggelinjang keras."Aduuuhh.. Massss.. aaahh..
ennnaaakkk.. Masss.. terusss.. terruusss.. ooohh..gelliii.. Masss..
oohhh.." Sambil pantatnya goyang kiri dan kanan, naik dan turun.
Tak lama kemudian, tiba-tiba dia menekan kepalaku dan menjepit dengan
pahanya. "Aaahh.. Maasss.." Sara berteriak keras sekali. Dan, "Syur..
syurrr.." mengalirlah cairan kenikmatan dari liang vaginanya ke mulut
dan lidahku. Hidungku pun kena cipratannya. Kujilat. Ah, rasa itu
kembali kurasakan. Setelah sekian lama tak kurasakan. Kuhayati rasanya.
Kok yang ini lebih manis dari punya Titin yang pernah kurasakan,
kujilati seluruhnya sampai bersih tak tersisa. Sara makin berteriak,
"Masss.. uudaaah.. Mass geli.."
Lalu aku naik, kupeluk dia dengan mesra. Penisku yang masih tegang, menyenggol pahanya. Kutempelkan ke mulut vaginanya.
"Ohhh.. Masss.." desahnya lirih.
"Sar, Mass masukkan boleehhh?" tanyaku sambil menatap wajahnya memohon persetujuannya.
Dia hanya mengangguk lemah. Hebat sekali muridku ini. Apa karena dia keturunan Pakistan ya sehingga nafsunya besar.
Kukangkangkan pahanya. Kupegang penisku, kuarahkan ke sana. Terasa hangat kepala penisku menyentuh bibir vaginanya.
"Pelan-pelan yaa Masss.." pintanya."Tentu dong Sayaaangg.." jawabku mesra.
Kudorong sedikit, meleset. Kudorong lagi, nah mulai masuk kepalanya.
Kulihat dia meringis-ringis, kutahan sebentar sampai dia tidak meringis
lagi. Kutekan perlahan-lahan, dia meringis lagi. Saat kulihat sudah
sepertiganya masuk, kutarik sedikit, tekan sedikit, tarik sedikit
perlahan-lahan dengan penuh perasaan.
Kutekan lebih dalam. Sudah setengahnya masuk. "Aaahh.. Masss..
saakiiitt.. Masss.. aduuuhh.. ssshh.." Kutahan, kudiamkan sebentar lalu
kutarik lagi. Maju mundur perlahan-lahan. "Adduuhh..enaaakkk.. Masss..
aahhh.. shhshshsh.. Ayooo.. Masss.. hmmm.. yang.. dalam.. Masss..
aahhh.."
Karena sudah ada lampu hijau, kutekan dengan sekuat tenagaku. "Blesss.."
penisku seperti menabrak kain tipis yang langsung sobek. "Auuwww..
Masss.. sakiiitt.. periihhh.. Masss.. aduuhhh.." teriaknya. Aku tidak
peduli karena situasi rumah yang sepi. "Ooohhhh.. selaput dara.. aku
berhasil menembusmu," batinku. Seluruh penisku seperti dipijit dan
diremas mesra.
Aku diamkan beberapa saat sampai vaginanya bisa menerima kehadiran
penisku dan dia tak merasa kesakitan lagi. Sementara itu dia melirik
lagi ke TV. Saat itu di TV sedang ada adegan doggy style. Aku merasakan
kedutan-kedutan halus di penisku. "Udah saatnya nich.." batinku.
Kucabut perlahan-lahan lalu kutekan lagi dengan sangat perlahan.
Berulang-ulang. "Ohhh.. Masss.. ooohh.. aaahh.. enaaakkk.. Masss..
oohhh.. aduuuhh.. aahhh.." desahnya. Rupanya rasa sakitnya sudah hilang,
berganti dengan kenikmatan. Bukan main rasanya. Sempit sekali vagina si
Sara ini. Jepitannya terasa di seluruh penisku. Ketika kutarik,
sepertinya vaginanya tak rela. Nyedot rasanya.
Lama-lama kupercepat sedikit demi sedikit. Setelah terasa sangat licin.
Makin cepat dan makin cepat. Kulihat kepalanya bergoyang kiri ke kanan.
Susunya bergoyang-goyang indah. Ah, indahnya pemandangan itu. "Aaahhh..
cepet Mas.. cepet.. Masss.. yang dalem Mass.. ayooo.. Mas.. yang dalem
Maasss.."
Pantatnya kini sudah bisa mengimbangi gerakanku ke kiri dan ke kanan.
Penisku seperti dipelintir rasanya. "Sudah masuk semua kok masih
teriak-teriak yang dalem, "batinku. "Dalem sekali liang vaginanya yaa."
Memang aku tak merasakan kepala penisku menyentuh apa-apa. Kupercepat
sampai mentok. Ah, nikmat rasanya.
Kira-kira 10 menit, dia mulai ngomong yang nggak jelas. Kupercepat lagi
sekuatku sampai pinggangku agak sakit. Tiba-tiba kakinya membelit
pinggangku. Pantatnya ke atas, lalu diputar-putar dengan cepat.
"Aaacchhh.. Masss.. akuuu.. udaahhh.." Aku yang tadinya juga sudah mau
sampai, digoyang seperti itu, mau nggak mau bobol juga pertahananku. "
Maasss.. juugaaa.. aahhh.." teriakku sambil menekan penisku agar masuk
lebih dalam. "Crooott.. croottt.. crooott.." ada 5 atau 6 kali penisku
menembakkan maninya di liang vagina Sara. Lalu aku terkulai lemas tak
bertenaga di sebelahnya.
Kami berpelukan erat sekali.
"Kamu hebat sekali Sar.." kataku.
"Mas juga hebat.."
"Terima kasih ya, Sara.." kataku sambil mencium keningnya.
"Sara yang terima kasih sama Mas, Mas mau ngajarin Sara. Sara jadi tau kalau bercinta itu nikmat sekali.."
Kita berdua lalu tidur telanjang berpelukan di bawah selimut tebalnya.
Sorenya aku bangun karena aku merasa lapar dan dingin. Rupanya aku sudah
tak berselimut lagi. Kupandangi Sara-ku yang masih tertidur dengan
pulas. Kulihat ada lendir kemerahan dekat kakinya. "Oh darah perawan.."
pikirku. Kecantikannya sangat alami. Kecantikan seorang gadis belia yang
baru berumur 13 tahun, tapi ingin merasakan nikmatnya bercinta.
Kuselimuti dia. Sementara itu gambar TV-nya sudah berwarna biru.
Pertanda videonya sudah habis.
Gimana nih.. Aku lapar. Di rumah orang lagi. Biasanya aku disuguhi
pisang goreng dan kopi susu. Aku memakai bajuku, dan berjalan di
sekeliling kamarnya, mematikan TV. Kuperhatikan foto-fotonya di atas
meja belajarnya. Masih lebih cantik orangnya daripada fotonya. Beruntung
aku menemukan biskuit di atas meja belajarnya. Lumayan buat mengganjal
perut.
Tak lama Sara bangun. Menggeliat-geliat sebentar. Lalu memanggilku.
"Udah lama bangunnya, Mas..?"
"Yaahhh.. lumayanlah. Ini biskuitmu aku makan. Abis laper sihh."
"Makan aja nggak apa-apa kok Mass." katanya sambil bangkit dengan telanjang bulat. Lalu memakai pakaiannya.
Kalau aku boleh menilai, Sara pantas mendapat nilai 10. Karena aku
sampai saat ini belum pernah melihat gadis yang lebih cantik dari dia.
Apalagi body-nya.
"Sara ke bawah dulu ya Mass. Sara juga lapar."
Kira-kira 1 jam kemudian, Sara datang dengan membawa 2 piring nasi
goreng yang baunya membuat perut keroncongan. Lalu kami makan berdua.
"Enak betul nasi gorengnya. siapa yang masak..?" tanyaku.
"Sara sendiri Mas."
"Lho.. Bi Inah ke mana?"
"Nggak tau tuh. Biasanya kalau sore dia suka ngobrol sama temen sebelah."
Makin sempurna saja nih si Sara. Cantik, pintar, bisa masak.
"Mass, mandi yuukk.." ajaknya, "Badan Sara lengket semua niicchh.."
Rekan pembaca yang budiman, beberapa hari yang lalu aku dan Sara masih
ada jarak yang memisahkan. Antara murid dan guru. Sekarang setelah kami
berhubungan badan, dia tanpa malu-malu malah mengajakku mandi bersama.
Keadaan sudah berbalik 180 derajat.
Setelah melepaskan semua baju kami, lalu berbugil ria masuk kamar
mandinya. Busyet.. kamar mandinya ada perahunya (bath tube). Ada air
panasnya lagi. Setelah menyetel agar air hangatnya pas, kita berdua
mandi di shower. Saling menyabuni, membuat penisku mengeras lagi.
Ketika aku sedang menyabuni susunya, sengaja kuremas-remas sampai bukit
kembarnya mengeras dan putingnya menonjol. Dia mendesah, "Aaahh..
Massss.. teruusss.. Masss enaaakkk.. Massss.."Lalu kusiram, setelah
bersih kusedot kedua bukit kembarnya bergantian. Sementara tanganku
menyabuni vaginanya. Dia semakin belingsatan. "Maasss.. ooohh.. Maasss..
aaahh.."Kusiram vaginanya, lalu aku jongkok di hadapannya. Kujilat
bibir kemaluannya. "Ooohh.. aaahh.. Masss.. diapain Maaass.." Lalu kaki
kirinya naik ke bath tube, makin jelaslah isinya. Merah muda bagus
sekali. Aku sampai berdebar-debar memandangnya.
Kemudian kusentuh kedelenya. "Auww.. Masss.." Lalu kucium dengan penuh
perasaan. Kujilat perlahan, dia makin menggelinjang tak karuan. Karena
takut jatuh, dia lalu tiduran di dalam bath tube sementara pantatnya
berada di pinggir bath tube. Makin terkuak lebarlah vaginanya. Kuserbu
dengan jilatan-jilatan ganas. "Ohh.. aahhh.. sshhhh.. aaahh.. ooohh..
Masss.. aduuuhh.." suaranya meracau.
Aku ingin merasakan cairannya yang manis. Maka kupercepat jilatanku di
kedelenya. Akibatnya pantatnya makin bergerak kian kemari. Tangannya
menjambak-jambak rambutku. Tak lama kemudian, "Aaahh.. Maasss.." dan,
"Suurrr.. syuurrr.." mengalirlah air kenikmatannya. Rasanya gurih
sekali. Manis, sedikit asin seperti tajin. Ah, segarnya. Kuhirup
semuanya sampai tetes terakhir. Akhirnya dia tiduran di bath tube.
Lalu aku mandi. Menyabuni seluruh tubuhku. Ketika aku akan menyabuni penisku yang sedang tegang, dia bangkit.
"Mas, biar Sara aja yang nyuci.. Masss.."
Dia jongkok di depanku. Dipandangi dengan seksama penisku.
"Mass.. sebesar ini kok bisa masuk ya.." sambil menggenggamnya. Lalu disabuni batangku.
"Ohhh.. nikmatnya.. aaahh.." Lalu tangan kirinya memegang kantong pelirku. Sambil meremas perlahan.
"Kalau yang ini isinya apa Masss? kok isinya lari-lari sihh.." tanyanya.
"Itu adalah pabrik sperma, Sayang." kataku.
"Ooo.."
"Sara tadi siang liat nggak di TV yang perempuan menghisap punyanya laki-laki?" tanyaku.
"Liat Mas.. enggg.. Mas mau Sara menghisap punya Mas..?" tanyanya.
"Ya.. kalau Sara nggak keberatan," sahutku.
"Eee.. gimana yaa.." katanya sambil mendekatkan wajahnya ke penisku.
Diciumnya penisku perlahan, karena wangi habis disabuni, dia sepertinya
menikmati sekali. Lalu digesek-gesekkan ke pipinya, matanya, lehernya
sambil matanya terpejam. Lama, dia melakukan itu. Punyaku berontak
semakin tegang.
"Aaahh.. Masss.. punya Mas.. hangat.." desahnya.
"Ayooo doonnggg.. dihisaaap.." pintaku.
Dengan takut-takut kepala penisku dicium. Lalu batangnya balik lagi ke
kepalanya. Lidahnya dengan ragu-ragu dikeluarkan. Mulai menjilat kepala
penisku. Lidahnya yang agak kasar itu menggaruknya. "Aaahh.. yaaa..
begitu.. yaa.. yaaaa.. aduuuhh.. enaknya.. aaahh.." Aku mendesah nikmat.
Lalu lidahnya mulai menelusuri batangnya hingga kantong pelirku.
Kantong pelirku dihisapnya. "Aduuuhh.. enaknya.. aaahh.." desahku makin
keras.
Lalu dengan menatapku, mulutnya terbuka sedikit dan mengemut kepala
penisku. Hangat terasa penisku. Maju mundur maju mundur sambil tetap
menatapku. Dan.. dia mulai menghisap. Bukan main, muridku ini cepat
belajar. Jauh lebih pandai dari Titinku dulu. Kalau Titin dulu, hisapan
pertama, penisku kena giginya. Tapi Sara..? Aku yakin sekali kalau dia
baru pertama melakukannya. Kok bisa..?
Hisapannya makin lama makin cepat dan kuat. Kupegang kepalanya agar dia
lebih dalam menghisap. Dan kulihat separuh penisku masuk. Bukan main,
Titin dulu hanya sanggup menelan kepalanya saja.Penisku sepertinya sudah
tak sanggup menahan sensasi luar biasa yang diterimanya. Karena selain
dihisap, Sara juga memainkan lidahnya di kepala penisku. Rasanya
berkedut-kedut. Makin lama makin cepat, makin cepat makin cepat dan..
"Aaahh.." aku menjerit keras. Lalu, "Crooott.. croottt.." spermaku
muncrat ke mulutnya. "Aaahh.. aduuhhh.." aku terduduk lemas. Penisku pun
melemas.
Kulihat sebagian spermaku mengalir keluar dari sela-sela bibirnya. Dia sepertinya sedang bingung merasakan rasa dari air maniku.
"Masss.. Airnya tertelan nggak pa-pa?"
"Nggak apa-apa Sar.. Ditelan malah enak kok.."
"Enaakk apa nggak?" tanyaku.
"Enak Mas.. seperti air santan kental agak asin."
"Itu proteinnya sama dengan 10 telor ayam kampung lho.."
Setelah agak mendingan kami mandi bersama lagi karena tadi keringetan.
Sewaktu aku mengeringkan badannya dengan handuk, Sara memandangku agak
lama. Susunya menegang keras, putingnya mulai menonjol lagi. Nafasnya
sedikit memburu. Nah lho, mau apa lagi dia. Dia menarik tanganku keluar
dari kamar mandi. Aku langsung didorong sampai terlentang di tempat
tidur. Diraihnya penisku yang masih lembek. Diurut-urut, dipijat, sampai
akhirnya mulai mengeras sendiri. "Hore.. kerasss lagiii.." teriak Sara
kegirangan. Lalu tanpa ragu-ragu, diemut lagi penisku dengan ganas.
Dihisap dengan keras. Karena aku takut spermaku keluar sia-sia, maka
dengan cepat kutarik badannya ke atas tempat tidur. Kubanting agak
keras, lalu kukangkangkan kakinya. Kucium bibir vaginanya, kujilat
klitorisnya. Ternyata vaginanya sudah agak basah. Kujilat terus sambil
kutekan lidahku ke klitorisnya. "Aaahh.. ssshh.. ssshh.. ayoo.. Masss..
cepeettt.. Masss.." Aku tak perduli, terus saja kujilati klitorisnya.
Tiba-tiba dia bangun, aku ditindihinya, dikangkanginya. Tangannya
memegang penisku, lalu diarahkan ke vaginanya. Digerak-gerakkan agar pas
dengan lubangnya, lalu perlahan-lahan pantatnya diturunkan. "Aaahh..
Masss.." saat kepala penisku mulai masuk. Dengan sangat perlahan dia
menurunkan pantatnya, sampai penisku masuk seluruhnya. Seluruh batang
penisku serasa diremas oleh lubang basah hangat. "Aaahh.. Sara..
sshhh.."
Lalu dia diam sebentar. Aku kaget ketika dia entah sengaja tidak
menggerakkan urat-urat vaginanya. Seluruh batang penisku seperti
dipijat. Diremas-remas oleh urat vaginanya yang cukup kuat. "Aaahh..
Sara.. kamu apaiiinn.. hhhggghh.." Dengan perlahan, sambil
menggerak-gerakkan urat vaginanya, Sara mengangkat pantatnya. Gila
rasanya. Penisku seperti ditarik. Sensasinya sampai ke ubun-ubun
kepalaku. Seluruh badanku merinding tak sanggup menahan sensasi
itu.Setelah kira-kira tinggal kepalanya saja yang terjepit, dengan
perlahan pula diturunkan pantatnya. Ini juga, dia mengedut-ngedutkan
urat vaginanya. Aku tak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata apa yang
sedang kurasakan.
Hebatnya, selama dia melakukan hal tersebut, matanya terus memandangiku.
"Gimana Masss.. enaaakkkk?" katanya.
"Aduuuhh.. sara.. Mas bisa matii.. keenakan.. niihhh.."
"Tolong dooonngg.. jangan siksa Mas seperti inii.." rintihku.
"Aaacchhh.. sshhh.. aaahhh.. ooohh.." sara mendesah-desah sambil
berpikir ini pasti bakat alaminya. Karena dia baru sekali ini
bersenggama. Keturunan? Tak tahu aku..
Mungkin karena kasihan padaku atau kenapa, lalu dia mempercepat gerakan
naik turunnya. Makin lama makin cepat. Susunya yang bergoyang-goyang,
segera kuremas dengan keras untuk mengimbangi rasa geli dan ngilu di
penisku. "Aduuuhh.. saaakiitttt.. Maasss.. Jangan keras-keras doonngg.."
erangnya. Siapa yang perduli, lha wong aku aja juga disiksa begini.
Disiksa?
Tak lama rasanya pertahananku mau jebol. "Saaarrr.. akuuu.. maauuu..
nyaaammpeee." lalu "Croottt.. crooott.." pejuku muncrat ke vaginanya.
Sedikit yang keluar, karena sudah duakali. Tapi karena Sara belum sampai
dia terus saja naik turun di atas tubuhku. "Saarrr.. udaaahh.. Masss..
ngaakk taahaannn.." aku berteriak karena rasa geli dan ngilu yang tak
tertahankan. Aku kelojotan. Wah, Ini tak bisa dibiarkan pikirku.
Lalu kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya, segera saja lidahku,
menerjang dan menjelajah liang vaginanya. Kuhajar habis-habisan daging
sebesar kedele itu dengan jilatanku yang ganas. "Aaahhh.. Masss..
aaahh.. ooohh.. yanngg keeraass.. Maasss.. yang.. cepaaat Masss.."
sambil tangannya menekan kepalaku. "Rasanya kok aneh begini? Ini pasti
dari pejuku." pikirku. Lidahku sampai pegal tapi dia kok belum sampai
juga yah. Kupercepat dan kuperkeras semampuku. Tak lama kemudian...
Kakinya menjepit kepalaku, tangannya semakin keras menekan kepalaku,
pantatnya dinaikkan.Dan... "Aaahhh.. Maasss.. akuuu.. nggaakk..
kuaaatt.." lalu, "Syurr..." Akhirnya keluar juga cairan kenikmatannya.
Tak banyak. Aku hisap semua. "Aaahh.." aku tergeletak lemas di
sebelahnya. Selesai sudah tugasku.
Malam itu aku dipaksa menginap di kamarnya. Sara seperti anak kecil yang
menemukan mainan baru. Bukan main nafsunya seksnya. Kami main sampai
kira-kira jam 2 malam. Semua posisi yang bisa kami lakukan, kami
lakukan. Berdiri, jongkok, nungging, di karpet, di tempat tidur, di meja
belajar. Dan sepertinya Sara tak pernah merasa puas, yang kuingat dia
sampai 5 kali orgasme. Sedang aku sampai habis rasanya cadangan
spermaku. Terkuras habis. Entah berapa kali aku orgasme. Aku merasa tak
punya tulang lagi. Lemas sekali. Habis siapa yang sanggup menolak
permintaan bidadari? Mungkin ini adalah sensasi yang terindah, selama
hidupku.
Aku bangun pukul 8 pagi esok harinya, dan langsung pulang karena takut
orang tuaku mencariku. Dan aku janji nanti sore akan kembali lagi.
Sejak saat itu, dengan alasan sudah mendekati ulangan umum, maka jamnya
ditambah 1 jam menjadi 3 jam setiap pertemuan. Dan ruangan belajarnya
pun pindah ke kamarnya. Setiap pertemuan, selalu kami isi dengan
pertempuran dahsyat. Dan herannya kami tak pernah bosan dan tak pernah
puas. Untuk mengimbangi Sara, aku harus banyak olahraga dan minum telor.
Sara pun makin terlihat cantik.
Pernah suatu kali disaat kami sedang bertempur, adiknya mendadak masuk
ke kamarnya. Dia menjerit lalu lari keluar. Aku dan Sara sama-sama
kaget. Untungnya si Ketty takut sekali sama kakaknya sehingga tetap
menjadi rahasia bertiga. Sehingga orang tuanya tidak mengetahui skandal
kami.
Saat pembagian raport tiba, aku deg-degan sekali. Ternyata.. nilai
Matematika, Fisika dan Kimianya adalah 8. Bahkan dia bisa masuk 10
besar. Orang tuanya sangat bangga padaku. Aku diberi uang banyak.
Selanjutnya kami membuat perjanjian, untuk semester depan agar aku
mengajar dia lagi. Selama kurang lebih 2 minggu aku tidak bertemu Sara
karena orang tuanya mengajaknya liburan ke Bali. Walaupun aku sekarang
tidak mengajar Sara, tapi aku sering mengunjunginya kalau orang tuanya
sedang tidak berada di rumah.
Selanjutnya akan kuceritakan pengalamanku dengan adiknya Ketty yang masih berusia 12 tahun dan temannya Sara, Sari dan Rina.